77

1.1K 85 15
                                    

Elena masih terpaku di tempatnya bahkan ketika mobil Frank sudah menghilang dari pandangan. Dua butir bening turun di pipinya. Ia seperti masih melihat Frank berdiri di samping pintu mobilnya dan mengucapkan kalimat itu.

Aku mencintaimu Elena Jensen...

"Kenapa baru sekarang Frank?".

Bisiknya serak. Bertahun- tahun tinggal bersama Frank dalam pernikahan baru sekali ini ia mendengar kalimat itu.

Dulu, ia terlalu bersemangat hingga ia tak peduli jika Frank tidak mengucapkan kalimat itu. Yang ia tahu adalah pernikahannya begitu bahagia, apalagi dengan hadirnya Mattew dan Shawn dalam pernikahan mereka. Itu sudah lebih dari apapun. Semuanya sempurna.

Perhatian dan perlakuan Frank padanya membuat Elena tidak memerlukan kalimat seperti itu. Mungkin karena cintanya yang besar untuk pria itu, ia tidak pernah menuntut kata cinta. Baginya, dengan bersama dan bahagia itu sudah menyiratkan cinta yang banyak.

Hingga kehadiran Larine dan perselingkuhan itu, Elena baru menyadari hati Frank.

"Apa kau baik-baik saja?".

Derek yang muncul tiba-tiba memutus lamunan Elena. Ia menyeka air matanya cepat dan tersenyum.

"Ya".

"Ayo masuk. Ini sudah larut. Kau harus menjaga kesehatanmu".

Derek menuntun Elena masuk namun baru saja mereka duduk di sofa Shawn muncul.

"Apa ayah sudah pergi?".

Elena mengangguk. Kemudian ia menatap Derek.

"Terima kasih untuk hari ini. Aku ingin istirahat karena besok aku harus kembali bekerja".

"Ya. Tapi kau juga harus memperhatikan kesehatanmu. Bukankah kau masih cuti?".

"Aku hanya demam. Dan tubuhku sudah pulih. Itu hanya sakit biasa".

Malam itu, setelah Derek pulang Elena tidak bisa tidur. Bayangan Frank di halaman rumah masih terekam jelas di pelupuk matanya. Entahlah, tapi dia merasa sikap Frank begitu dingin. Tatapan matanya sayu.

Pagi-pagi sekali, setelah pamit pada Shawn ia sudah berangkat ke kantor. Penampilannya begitu segar. Ia bahkan mengenakan pakaian berwarna cerah.

Bahkan bunga mawar yang diberikan Derek kemarin ia bawa juga ke kantor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bahkan bunga mawar yang diberikan Derek kemarin ia bawa juga ke kantor. Ia hanya ingin menaruhnya di meja kerjanya. Hatinya begitu lapang seakan baru keluar dari lumpur hisap.

Begitu tiba di kantor ia langsung pergi ke ruang kerjanya dengan wajah sumringah. Jantungnya berdegup kencang saat membuka pintu kaca.

"Selamat pagi Nyonya. Selamat datang".

Theodor menyapanya dengan kepala tertunduk.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now