Sembilan Belas

8.4K 292 2
                                    

Holaa, setelah beberapa parta yang tegang nan bikin pusing. Part ini kita rileks kan pikiran dulu dengan yang ringan-ringan. Xixi.

Happy Reading!
Jangan lupa vote dan komennya ;)





Kaila menelusuri dokumen pemberian pak Jauhari. Disana terdapat beberapa bukti yang mengarah pada Mika. Bahkan kasus korupsi yang dilimpahkan pada pak Hasan pun ternyata juga Mika yang melakukannya.

Kaila membaca dokumen itu sampai matanya memanas. Sebenarnya bukan hanya mata yang panas tapi juga hati. Betapa bodohnya dia mempercayai wanita ular itu.

Tetapi masuk akal jika Kaila mempercayainya. Karena Mika pun juga memegang bukti yang melibatkan Budi. Justru akan aneh jika dia tidak percaya.

Pasangan sejoli itu ternyata sama saja. Mereka memiliki niat jahat padanya. Meskipun kejahatan Budi dibalut dengan kenikmatan.

Kaila meregangkan tubuhnya. Ini hari minggu, dia tidak memiliki jadwal apapun. Biasanya jika di kos dulu dia akan bersih-bersih. Tetapi sekarang di apartement ini sudah ada fasilitas kebersihan yang datang setiap hari. Jadi dia tidak perlu capek.

Wanita itu membuka ponsel. Dia bosan, tidak ada yang penting disana. Pesan yang masuk rata-rata dari teman kuliahnya termasuk Arion sang pacar.

Sejak pertanyaan Kaila yang tidak dijawab pria itu, Kaila menghindar. Dia ingin mengakhiri hubungan perlahan-lahan. Arion bukanlah takdirnya. Dia tidak ingin membuang waktu dengan pria seperti Arion.

Saat menjelajah sosial media, mata Kaila dikejutkan oleh notifikasi pesan dari seseorang spesial. Orang yang akhir-akhir ini selalu muncul di pikirannya. Orang yang selalu dinantikannya setiap hari.

Budi Sudjatmiko
Kaila hari ini kamu sibuk? Saya ingin berkunjung ke apartement kamu jika diperkenankan.

Sangat sopan. Berbeda dengan Budi yang dulu dikenalnya. Tidak ada otoritas sama sekali.

Kaila Diah Rasha
Saya ada di apartment. Bapak silahkan kalau mau berkunjung, nanti saya bilang ke resepsionis untuk membuka akses bagi bapak.

Budi Sudjatmiko
Baik, Terimakasih.

Setelahnya, Kaila pergi mandi. Dia bersiap menyambut kedatangan pujaan hati. Jadi Kaila akan berdandan cantik hari ini.

Sekitar 1 jam kemudian Kaila sudah siap dengan dirinya. Dia bahkan sudah menyelesaikan memasak singkatnya. Wanita itu memasak menu masakan jawa berupa bestik daging sapi.

Dia masih ingat Budi sangat menyukai masakannya yang satu itu. Bahkan terakhir kali dia membuatnya, pria itu sampai menambah porsi makannya.

Suara bel di pintu mengalihkan fokus Kaila dari meja makan. Dia meninggalkan makanan yang belum selesai di plating dan membuka pintu.

Saat membuka pintu, senyum Budi memenuhi netra Kaila. Sontak dia ikut tersenyum dan memeluk singkat pria itu. Dan setelahnya dia mempersilahkan pria itu untuk masuk.

Pria itu mengekor di belakang Kaila. Kemudian dia duduk di kursi bagian kepala meja makan dan menyaksikan wanita itu mondar-mandir menyiapkan makanan.

Setelah semua beres wanita itu berucap "Silahkan, pak." Untuk Budi menikmati masakannya.

"Terimakasih. Mari makan bersama." Ajak budi.

Kaila mengangguk. Wanita itu ikut menikmati makanan seperti Budi. Mereka makan dalam diam.

Setelah selesai makan mereka duduk bersama di sofa ruang keluarga. Perasaan canggung melingkupi keduanya. Budi beberapa kali berdeham untuk memecah keheningan.

"Bapak mau minum?" Kaila menawarkan air putih setelah mendengar pria itu berdeham beberapa kali.

"Ehem, tidak." Budi menjawab canggung.

"Saya tidak tau apa yang akan kita bicarakan, pak. Tapi saya ingin pesan ke bapak tolong hari ini jangan bahas tentang masa lalu ya, Pak?" Kaila menatap Budi.

Budi mengangguk kaku. Kemudian dia mengalihkan pandangan karena tidak tahan bertatapan secara langsung dengan Kaila.

Kaila menyalakan televisi. Dia memutar salah satu film dewasa dari netflix. Wanita itu sengaja melakukannya, karena jujur dia merindukan sentuhan Budi. Jadi, nanti jika dia tiba-tiba berhubungan dengan pria itu ada alasan masuk akal.

"Kamu memutar film dewasa?" Budi bertanya ragu.

"Iyaa." Kaila tersenyum menggoda.

Budi tidak menanggapi lagi. Mereka kemudian terfokus pada film. Baik Budi maupun Kaila sudah terangsang ketika melihat adegan dewasa yang ditampilkan.

"Pak?" "Kaila?" Mereka memanggil berbarengan.

Setelahnya malah tidak ada yang bersuara. Budi menggeser duduknya mepet Kaila. Dia kemudian menyambar bibir mungil yang sangat menggodanya sejak tadi.

Kaila membuka mulut. Lidah Budi menelusup masuk mengabsen rongga mulut Kaila. Kegiatan mereka diiringi oleh suara desahan dari aktor dalam film.

Budi membawa tangannya untuk memangku Kaila. Setelahnya pria itu membuka kancing baju Kaila dan terpampanglah gundukan kembar yang menjadi bagian favoritnya.

Pria itu melepaskan ciuman. Dia menatap tubuh Kaila. Hal itu membuat Kaila malu dan menyilangkan tangan di depan dada.

Dengan perlahan pria itu menurunkan tangan Kaila. Dia kemudian meraih pengait bra dan melepaskannya.

Bibirnya kembali menyatu dengan bibir Kaila. Tangannya sudah aktif meremas payudara Kaila secara bergantian. Dan tangan Kaila juga ikut aktif melepaskan baju pria itu.

Kaila mengelus dada bidang yang menjadi tempat favoritnya. Semakin turun hingga menyentuh inti tubuh pria itu. Kemudian dia buka resleting celananya.

Budi mengangkat sedikit tubuh Kaila untuk melepaskan celananya dan celana Kaila. Ciuman mereka tidak berhenti. Bahkan mulut pria itu kini sudah menjelajah payudara Kaila.

"Ahh, pak." Kaila melenguh.

Budi sangat pandai mempermainkannya. Dibawah pria itu tidak segera memasukkan penisnya ke dalam vagina Kaila. Dia sengaja menggoda wanita itu.

"Pak, please." Kaila memohon.

Budi tidak menurutinya. Dia malah memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang Kaila. Dan saat Kaila akan memcapai puncak kenikmatan, Budi menarik tangannya.

Dengan cepat pria itu memasukkan penisnya ke dalam lubang Kaila. Hal itu mampu membuat Kaila merem melek.

"Jangan dulu, Kaila." Budi memperingatkan Kaila saat wanita itu akan mencapai puncak.

"Saya nggak kuat pakh." Kaila mendongakkan kepala.

"Sebentar lagi." Budi mempercepat pacuannya.

Gerakan mereka tidak beraturan. Bahkan bantal yang ada di sofa sudah berjatuhan semua.

"Sekarang, Kaila." Budi memegang erat pinggul Kaila.

Saat mencapai pelepasan tubuh keduanya bergetar hebat. Pacuan Budi semakin melambat seiring cairannya melebur dengan cairan Kaila.

Mereka terengah. Rindu yang sudah lama dirasakan akhirnya terbayarkan. Tanpa harus memikirkan dendam diantara keduanya.

Internship with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang