Pak Hasan tidak merasa panik sama sekali. Dia terus merapalkan doa dan berusaha menenangkan putrinya. Kaila memeluk erat tubuh ayahnya.

Saat berada di tanjakan sopir menemukan perbukitan yang bisa menghadang mobil. Sopir itu menepikan mobil dan bagian depan mobil terbentur sangat keras.

Pak Hasan membuka pintu sebelah Kaila sebelum mobil menabrak perbukitan. Kemudian dia mendorong putrinya keluar. Kaila terguling di tanah. Dan meninggalkan beberapa luka di tubuhnya.

Sopir di nyatakan tewas saat itu juga karena bagian depan mobil juga rusak parah. Sedangkan pak Hasan terjepit di dalam mobil.

Pria itu memanggil pertolongan. Kaila yang mendengarnya langsung berlari kesana tanpa menghiraukan rasa pusing yang dideranya.

Wanita itu segera menghentikan beberapa orang yang berlalu lalang. Dan mereka sedang menunggu pertolongan.

Kaila menggenggam tangan papanya. Dia menangis melihat keadaan papanya yang sangat mengerikan. Napas pak Hasan sudah terputus-putus karena dadanya tertindih badan mobil.

"Paaa, please bertahan pa." Kaila berbicara di tengah tangisnya.

Tidak lama kemudian tim evakuasi datang. Kaila ikut masuk ke ambulans. Tetapi naas, papa nya sudah tidak bisa menahan lagi. Beliau menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Menurut keterangan dokter, papa nya meninggal karena kehilangan banyak darah dan tertindih mobil cukup lama. Sehingga beliau kekurangan oksigen yang cukup banyak di otak.

Kaila menangis tak terbendung. Hari yang seharusnya menjadi hari spesialnya malah jadi hari yang paling menakutkan. Sejak hari itu, Kaila tidak pernah merayakan ultahnya lagi.

~~~

Kaila menitikkan air mata melihat foto terakhirnya bersama pak Hasan. Foto nya ketika wisuda SMA. Sehari sebelum kecelakaan terjadi.

"Pa, aku benar-benar bingung. Sebenarnya siapa yang jahat? Tolong bantu aku menemukan pelakunya, pa." Kaila bermonolog.

Bertahun dia merencanakan pembalasan dendam tetapi kenapa hatinya tidak juga merasa lega. Sebenarnya siapa pelakunya? Kenapa sekarang dia malah meragukan seluruh orang?

Suara dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Nomor tak dikenal. Kaila mengangkatnya karena mungkin ada hal penting. Tetapi dia tak kunjung berbicara.

"Halo, mbak kaila? Perkenalkan saya Jauhari teman dekat pak Hasan. Bisa saya bertemu dengan mbak Kaila?" Seorang pria setengah baya berbicara di seberang telepon.

"Halo, iyaa pak. Boleh, mau bertemu dimana?" Kaila menghapus jejak air matanya.

"Malam ini di Table8 Mulia bisa mbak?" Jauhari bertanya sopan.

"Baik, pak. Nanti saya kesana jam 8 saja bagaimana?" Kali ini Kaila yang menawar.

"Boleh, mbak. Terimakasih atas waktunya." Jauhari menutup telepon.

Kaila menengok jam yang sudah menunjukkan pukul 6. Dia segera mandi dan bersiap. Kemudian setelah siap dia langsung berangkat tanpa menghiraukan jam temu yang masih cukup lama.

Tiba di lokasi Kaila menyebutkan nama Jauhari yang sudah melakukan reservasi. Dia kemudian digiring menuju salah satu meja. Dan kemudian Kaila memesan 1 minuman untuk menemaninya menunggu pak Jauhari.

"Kaila kan?" Jauhari mengacaukan kesibukan Kaila dengan ponselnya.

Wanita itu mendongakkan kepala. Dia sedikit terkejut dengan penampilan pria di hadapannya. Ekspektasinya Jauhari tidak jauh berbeda dari orang tua berusia 50 tahun an. Tetapi realitanya pria itu masih terlihat sangat modis di usianya yang sudah senja. Hanya saja rambut uban dan beberapa kerutan di wajah menunjukkan usia aslinya.

"Iyaa, pak Jauhari kan?" Kaila berdiri dan menyalami pria itu.

Jauhari tersenyum dan kemudian menyambut tangan Kaila. Setelahnya mereka duduk dan memesan beberapa menu masakan.

"Pak Jauhari ini teman apa ya sama papa saya?" Kaila membuka percakapan.

"Saya teman di partai. Dulu kami merintis partai bersama di Kota Solo." Jauhari membenarkan duduknya.

Kaila menegang. Jujur wanita itu menghindari siapapun yang berkaitan dengan papa nya dari partai, kecuali Mika. Dia masih terlalu trauma dengan pertemanan semu mereka.

Nyatanya, Budi yang katanya sudah seperti murid bagi ayahnya juga tega membunuhnya. Hal itu cukup menjadi alasan bagi Kaila untuk menolak bertemu dengan teman partai ayahnya.

"Saya tau kamu takut dengan teman partai papa kamu. Tetapi saya mengajak kamu bertemu kali ini untuk memberitahu hal yang penting. Selama ini kamu telah salah menargetkan dendammu. Bukan Budi pelakunya." Jauhari berbicara tenang.

Mata Kaila membeliak. Kenyataan apalagi ini. Kenapa dia seperti dipermainkan oleh orang-orang berkuasa ini.

"Apa maksud bapak?" Kaila bertanya tajam.

"Kamu ini sedang diperalat Mika untuk membalas dendam. Saya bukan sedang membela Budi atau siapapun. Saya sedang berusaha menyelamatkan kamu dari jalan yang salah. Dan saya masih ingat pesan pak Hasan sewaktu hidup. 'Seburuk apapun orang memperlakukanmu, jangan sampai kamu menyimpan dendam dalam hati.' Itu pesan beliau yang saya pegang hingga saat ini." Jauhari menangkupkan kedua tangan di meja.

"Tolong beri saya penjelasan." Kaila menahan air matanya.

Jauhari menarik napas panjang sebelum berucap "Pak Hasan dengan Budi tidak pernah saling memusuhi. Sekalipun Budi pernah mengungkap keterlibatan pak Hasan dalam kasus korupsi, Budi tidak pernah berani untuk melukai beliau. Bahkan yang menutup kasusnya juga Budi sendiri karena beliau tidak mau pak Hasan semakin di kambinghitamkan."

Kaila tidak dapat menahan air matanya. Dia menggigit bibirnya kencang. Dan mengisak cairan di hidung.

"Sedangkan Mika, dia sudah membenci pak Hasan sejak beliau membuktikan bahwa strategi nya yang lebih berhasil. Pak Hasan tidak pernah berusaha menyakiti Mika atau menjatuhkan wanita itu. Bahkan sudah sering beliau berusaha meluruskan bahwa tidak ada niatan untuk menjatuhkannya. Tetapi, Mika sudah dibutakan oleh dendamnya. Dia memiliki banyak masalah dengan orang lain. Bahkan dengan Budi juga dia menyimpan dendam karena ayahnya gagal menjadi ketum. Dan sekarang dia memanfaatkan kamu untuk membalas dendam pada papa mu dan Budi." Jauhari menghembuskan napas berat.

"Saya terlambat. Maafkan saya, Kaila. Seharusnya sejak awal saya datang. Tetapi koneksi saya ke kamu sangat sulit karena sudah diblokir oleh Mika." Lanjut Jauhari.

"Lalu bagaimana bapak bisa menghubungi saya?" Kaila bertanya.

"Saya melihat kamu waktu di Bali bersama Budi. Awalnya Budi menolak memberikan nomor kamu ke saya, karena dia menganggap bisa menyelamatkanmu sendiri. Tetapi setelah saya bujuk, akhirnya dia mau memberi nomor kamu." Jauhari menundukkan kepala.

Obrolan mereka terhenti kala makanan datang. Kaila meminta izin untuk pergi ke toilet membenarakan penampilan. Di hadapan kaca wastafel wanita itu menangis sejadinya.

Kaila kembali setelah selesai dengan urusan menangisnya. Dia duduk dan dipersilakan untuk menikmati makanan terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan obrolan.

"Bapak tau dari mana saya dikendalikan Mika?" Kaila bertanya di tengah kunyahannya.

"Saya melihat hubungan yang kamu jalani dengan Budi bukan murni hubungan dari hati. Budi bercerita kamu hanya sekedar berusaha mendapatkan perlindungan darinya. Sampai saat ini dia tidak tau kalau kamu ternyata pernah bertemu Mika." Jauhari meletakkan sendok dan garpunya.

"Begini Kaila saya tau kamu meragukan saya. Saya juga tidak meminta kamu untuk mempercayai omongan saya. Keberadaan saya disini hanya berusaha mengembalikan pikiran logismu. Manfaatkan hubunganmu dengan Budi untuk berkomunikasi karena saya lihat kamu mulai ada rasa padanya. Jangan sampai salah paham ini menyakiti kalian." Tutup Jauhari malam itu.

Setelahnya mereka pulang masing-masing. Dan Kaila semakin tidak bisa tidur karena dibingungkan oleh kenyataan. Mana yang harus dipercaya olehnya?









Duh, kasian Kaila. Siapa ya yang harus dipercaya? Apakah Mika? Atau pak Jauhari?
Bantuin Kaila dong harus memihak siapa 🥹

Internship with BenefitWhere stories live. Discover now