Prolog

222 17 11
                                    

Ruang Hampa Sejauh 500 Juta tahun cahaya dari bumi.

??:"...tch...menyebalkan sekali...."

Terlihat seperti wanita, akan tetapi, dirinya tidak mengakuinya sendiri.

Di ruang hampa tanpa udara, terlihat dua orang yang berdiri berhadapan sejauh 3 meter memegang senjata mereka masing-masing.

Seorang pria dan seorang wanita, mereka berdua berhadapan di ruang hampa yang mengabaikan segala logika yang ada.

Si wanita, yang senjatanya telah patah mendecakkan lidahnya sendiri dengan perasaan kesal.

Di sisi lain, si pria, yang memegang pedang besar berwarna merah gelap yang masih utuh menyeringai dengan wajah yang yakin akan kemenangannya.

L:"ada apa? Apa hanya segini kekuatan seorang God of Ender?

Sungguh mengecewakan sekali...."

Tubuhnya besar dan memancarkan aura merah yang mengerikan, disertai dengan aura gelap gulita yang menyatu dalam kehampaan tak terbatas sejauh 2 juta tahun cahaya.

Pedang merahnya juga mengeluarkan aura yang sama dengan dirinya. Pedang tersebut memiliki bilah yang terlihat tak terhancurkan serta sebuah permata ungu di pangkal pedangnya.

 Pedang tersebut memiliki bilah yang terlihat tak terhancurkan serta sebuah permata ungu di pangkal pedangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

L:"kupikir sekarang.....saatnya-"

*Bzzt...

L:"ugh!!? A-apa....?"

Sekilas, pria itu merasakan kematian tak terhindarkan yang membuatnya tertegun disana.

Kedua matanya terbelalak sambil menatap wanita di depannya yang tidak berkedip sedikitpun ketika melihat pria itu.

L:"k-kau.…..apa itu kau..?!"

Ia mengarahkan ujung pedangnya ke arah wanita itu dengan keringat yang menguap dari tubuhnya.

Wanita itu membuang pedangnya yang telah patah.

Pria itu langsung menerjang sesaat setelah wanita itu membuang pedangnya.

L:"tidak akan kubiarkan!"

Wanita itu menyeringai dalam sesaat.

Rambut birunya yang berkilau perak memantulkan sinar dari jarak jutaan tahun cahaya bintang yang melukis alam semesta, tubuhnya yang ramping nan sempurna, dan pantulan cahaya emas dari kedua bola matanya yang indah.

Rise of The Omni-God RimuruWhere stories live. Discover now