Sang Raja dan Penyihir

Depuis le début
                                    

Camelia merapalkan mantra yang sama kepada Little Kirke. Tidak sampai lima menit, di sebelah William kini berdiri William yang lain. Pakaian dan penampilan mereka sungguh serupa. William berdecak kagum.

"Wow, itu baru namanya sihir!" katanya. "Nah, penyamaran beres. Sekarang tinggal menentukan siapa yang akan membawa siapa."

"Aku akan ikut Nona Penyihir," kata Puddlepot segera.

"Biar aku yang ke Wye Dungeon," kata Marzavi. "Berdiri di depan gerbangnya merupakan impianku sejak kecil."

"Baik, jadi sudah diputuskan," kata William. "Kirke dan Marzavi, kalian menuju kastil. Jangan lupa dengan perkataan yang sudah kita latih. Ingat, Kirke, jangan pernah mengomentari kastil, jangan pernah menguntit pelayan wanita, dan jangan pernah—"

"Oke, oke, aku sudah tahu," kata Kirke tidak sabar. "Ayolah, pikirmu aku ini tolol? Aku sudah berpengalaman dalam hal menyamar!"

"Rosie, Puddlepot, dan Rowlish pergi ke Abbery," lanjut William. "Hati-hati dengan jalanan licin di barat Mortonwy. Kalian juga harus berhati-hati dengan perampok yang mendiami pegunungan. Mereka suka menjarah apapun termasuk pemburu asing."

"Serahkan semua padaku!" kata Rowlish sambil membusungkan dada. "Aku ini ahli pedang, Yang Mulia! Rosie—eh—Putri Camelia aman bersamaku!"

"Bagaimana dengan pemilik penginapan?" tanya Camelia khawatir.

"Sudah kuberitahu supaya tutup mulut," sahut William. "Dia tidak akan mengingkari janjinya pada putra mahkota Wye Dungeon."

Setelah itu, mereka mengeluarkan kuda-kuda. Rowlish dan Rosie masing-masing membawa dua kuda; Flittle dan Thornfoot. Marzavi dan Kirke membawa Bilbo dan satu kuda lain. Bilbo tampak kurang senang dikendarai oleh Kirke, sekalipun Kirke sudah berpenampilan menyerupai tuannya, William. Puddlepot melompat ke punggung Flittle dan bersembunyi di balik mantel Rosie, seperti yang sudah diinstruksikan. Tabib MacDonald akan tinggal bersama William dan Camelia di penginapan. Mereka akan saling mengirim kode bila terjadi sesuatu. Kode yang akan dikirim melalui burung merpati. Rosie ingin menitipkan almanaknya kepada Camelia sebelum mereka berpisah, tapi sang putri menolak.

"Almanak itu terikat padamu, seperti halnya jantungmu sendiri," kata Camelia lembut. "Bawalah. Kau punya tugas yang cukup berat dan membutuhkan banyak mantra."

"Tapi kau masih ingat mantra-mantranya, bukan?" tanya Rosie.

"Gampang," ujar Camelia riang. "Itu, kan, rahasia penyihir!"

Rowlish, Rosie, dan Puddlepot berderap lebih dahulu. Saat itu masih terlalu pagi. Matahari bahkan belum muncul. Dengan mudah mereka meninggalkan Capital tanpa harus ditanya petugas keamanan yang ingin tahu. Jalan menuju Abbery kasar dan penuh batu, tapi satu kilometer setelahnya mulus dan licin—persis seperti kata William. Flittle dan Thornfoot begitu lincah. Rintangan seperti apapun mereka lalui dengan santai.

Beberapa lama kemudian, jalanan berpetak-petak mulai terlihat di bawah tumpukan salju. Flittle dan Thornfoot membawa penunggang mereka dengan hati-hati. Jalan berpetak-petak itu mengarah pada sebuah kota yang kenampakannya begitu berbeda dengan Capital Town. Kota itu berada di balik sebuah benteng yang terbuat dari tanah liat. Ya, itulah Slyderwent, kota terluar Abbery. Saat ketiga penunggang melewati lengkungan gapura, pemandangan yang sunyi terbias di sekeliling mereka. Bentuk bangunan di Slyderwent menyerupai jamur raksasa, berjendela tiga, dan setiap rumah dindingnya dicat putih. Lampu-lampu kuning bergantung di pinggir atap rumah-rumah penduduk. 

Dari balik tirai jendela, Rosie melihat bagian dalam rumah yang gelap. Hanya satu rumah yang bagian dalamnya terang. Rumah itu dihuni oleh wanita tua yang sedang sibuk mengerjakan bordir. Hati Rosie terasa sesak. Melihat wanita tua itu membuatnya ingat pada neneknya sendiri. Yang menarik dari Slyderwent adalah di setiap sudut jalan selalu terkibar panji-panji Abbery. Jika Moontrose memiliki lambang Morgornstarn, Abbery memiliki busur hawthorn yang melintang di atas kepala naga merah. Rosie tercengang. Ia ingat perjumpaannya dengan rombongan prajurit yang tergesa-gesa itu. Panji-panji tersebut bergoyang muram menyambut ketiga pengendara kuda asing. Rowlish tidak mengatakan apa-apa selagi bangunan-bangunan unik Slyderwent masih mereka lewati. Puddlepot menggoyangkan kumisnya dengan suntuk di balik mantel. Bagaimana tidak? Sejauh yang dia lihat, di Slyderwent tidak terdapat kios penjual sayur dan buah-buahan.

MAHKOTA BERDURIOù les histoires vivent. Découvrez maintenant