Bab 8

92 13 1
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
[Alternate Universe]
...

Fanfiction by @Krt_hyuu
________________________________

"Boleh, ya?"

"Tidak, Hinata."

"Ayolah, Sayang. Aku cuma mau mengantar ini."

Naruto menyipitkan matanya. "Kau menyebutku begitu hanya saat merayuku."

Hinata mengernyitkan alis. Ia sendiri baru manyadari hal itu. "Memang iya?" tanyanya berlagak tak tahu.

Naruto berdesis di tengah senyumnya yang tanggung. Dan Hinata memanfaatkan itu untuk merayu suaminya lagi.

"Izinkan aku pergi. Aku janji tidak akan ke mana-mana lagi. Ya?"

"Pakai jasa pengantar saja. Nanti aku pesankan."

"Tidak mau."

Tak ada cara lain, Naruto menggunakan senjatanya untuk membuat Hinata diam. Ia menatap wanita itu dengan tajam tanpa bicara apa-apa.

Hinata berhasil dibuat ciut. Bibirnya mengatup lagi tanpa sempat mengucap rayuan selanjutnya. Tapi kini wajahnya merengut kecewa. Ia menilik mata Naruto yang belum berhenti menatapnya tajam.

"Iya, aku mengerti." Hinata menyerah setelah kembali menundukkan kepala. Ia pasrah saja kalau foto milik Ino akan diantar oleh jasa pengantar. Padahal Hinata ingin sekalian berbicara dengan orang tua Ino.

Mata biru Naruto meredup. Tangannya bergerak lembut mengusap kepala wanita itu. "Maaf. Ini untuk kebaikan kalian."

Hinata menjauhkan tangan di kepalanya secara perlahan. Duduknya kini bersila menghadap Naruto, sebuah bantal ditaruh ke pangkuan untuk menjadi tumpuan siku.

"Ino meminta maaf padamu. Kira-kira kau mau menerimanya atau tidak?"

Mata lelaki itu menunjukkan ketidaksukaan secara tersirat. Hinata sadar Naruto enggan membahas ini. Namun ia hanya mampu menunggu jawaban.

Naruto mengambil tangan Hinata untuk ia mainkan selagi diam menata kata. "Kau yang pantas mendapat permintaan maafnya."

Hinata menarik tangannya dari genggaman lelaki itu sebelum menyuarakan protes. "Aku saja? Bagaimana jika dulu dia berhasil mencuri ciuman darimu? Kita bahkan belum pernah melakukannya waktu itu. Kau tidak merasa dirugikan jika Ino mendapatkannya, begitu?" emosi Hinata tersulut karena pemikirannya yang tidak-tidak. Agaknya ia lupa untuk menghindari pertengkaran dengan Naruto, sekarang malah dirinya sendiri yang memancing.

Meski memang cukup mengesalkan jika dipikir kembali. Bahkan mereka yang merupakan sepasang kekasih belum pernah melakukannya untuk pertama kali, dan Ino mendadak datang ingin merebutnya. Hinata nyaris lupa ia sudah memaafkan Ino saking kesalnya.

Naruto belum mau menjawab. Takut-takut salah bicara. Ah, wanita itu jadi mudah kesal semenjak mengandung. Itu membuat dirinya harus semakin pintar menahan diri. Ia membuang napas perlahan.

"Maaf, aku salah bicara. Aku hanya ingin memastikan Ino meminta maaf padamu lebih dulu. Baru setelahnya padaku," jelasnya hati-hati.

Kerutan di alisnya pelan-pelan memudar, Hinata berhasil menguasai dirinya lagi. Ia langsung misuh-misuh di dalam hati sebab nyaris memancing pertengkaran. Anggukannya terlihat lemah.

"Sudah. Aku memaafkannya. Bagaimana denganmu? Jawabanmu bisa menjadi salah satu penghambatnya pergi ke atas."

Dengan satu anggukan yakin, Naruto berhasil mengundang senyum tipis milik Hinata. "Aku memaafkan Ino. Sekarang biarkan dia pergi agar tidak mengganggu kita lagi."

Sweet Eyes: With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang