Bab 1

188 23 13
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
[Alternate Universe]
...

Fanfiction by @Krt_hyuu
_______________________________

Naruto baru memasuki rumah, membawa wajah kusutnya. Ia tak lagi memakai jas yang kini berada di genggaman. Langkah panjangnya terus bergerak menuju tangga setelah memastikan Hinata tak ada di lantai bawah.

Ia menggapai pintu kamar yang tidak tertutup rapat, alisnya bahkan sempat mengerut sesaat.

Begitu masuk ke dalam, suguhan yang ia dapat di depan sana membuatnya langsung berlari cepat, jas pun ia jatuhkan begitu saja. Persetan dengan itu! Istrinya yang nyaris terjun dari balkon lebih penting.

"Hinata!"

Semua terjadi begitu cepat, beruntung dengan tepat waktu. Naruto membuang napas lega sambil memejam ketika ia berhasil memeluk pinggang Hinata dan menariknya ke belakang.

Wanita itu tak bereaksi. Wajahnya tampak tegang selagi mencerna yang terjadi. Menyadari hal tersebut, Naruto segera menuntun istrinya untuk duduk di sisi ranjang.

Mata birunya terus memandangi wajah Hinata yang belum beralih dari balkon. Naruto sempat ikut melihat ke sana, lantas kembali menatap wajah itu.

"Hei," bisiknya lembut. Dia mengusap punggung tangan Hinata. Wanita itu kini menatapnya. "Kenapa tiba-tiba berlari ke arah balkon? Itu berbahaya," tanyanya dengan alis mengerut.

"Maaf. Tadi aku berhalusinasi. Ada seorang gadis yang melompat dari balkon dan aku refleks berlari menghampirinya." Setidaknya begitu. Hinata belum mau menyimpulkan kemampuan melihat hantunya kembali. Ia lebih ingin percaya gadis yang melompat tadi hanya bayangannya saja. Itu bukan hantu. Hinata menghela napas ringan di tengah lamunannya.

Melihat wanita itu masih kebingungan, Naruto jadi merasa was-was. Kejadian tadi tidak bisa diabaikan dan dianggap hal biasa. Hinata nyaris terjun dari balkon kalau saja ia terlambat datang. Bisa-bisa yang lebih parah terjadi saat ia sedang tak di rumah. Satu bulan lalu Hinata dinyatakan berbadan dua, ia tentu harus lebih menjaga wanita itu.

"Sejak kapan kau mengalaminya?"

"Baru sekali. Bukan apa-apa, aku hanya merasa sangat kelelahan hari ini. Maaf karena aku sudah bersikap ceroboh." Hinata merasa bersalah. Hampir saja ia mencelekai calon bayi mereka. Namun yang ia takuti sekarang, Naruto marah atas kejadian ini.

"Tak apa. Untuk seterusnya jangan terlalu banyak mengurusi pekerjaan rumah sampai kau kelelahan. Ingat sekarang kau tak sendiri." Naruto sempat berencana mencari pelayan untuk membantu sekaligus menemani Hinata di rumah. Sayangnya Hinata tak setuju. Katanya ia masih bisa sendiri. Naruto berakhir mengalah waktu itu.

Hinata mengangguk. Lega karena ia tak dimarahi. Bibirnya menyungging senyum manis. "Aku mengerti. Aku siapkan air hangat dulu. Tunggu sebentar, ya?" ia mengusap pipi bergaris tiga itu sebelum akhirnya beranjak ke kamar mandi.

Sepeninggal istrinya, Naruto kembali mengamati balkon. Ia perlahan berdiri dan berjalan ke sana. Mengamati seluruh bagian balkon yang biasanya Hinata singgahi saat sore hari. Sampai area bawah pun ia periksa. Naruto terus memikirkan pengakuan Hinata soal gadis yang melompat dari sini.

Meski katanya halusinasi, Naruto sedikit tak yakin. Apa mungkin Hinata bisa melihat makhluk-makhluk aneh itu lagi? Sejak mereka berpacaran dulu, Naruto sudah tahu Hinata punya kemampuan melihat hantu. Dan setelah mereka menikah kemampuannya menghilang.

Naruto terkesiap mendapat usapan lembut di lengannya. Ia langsung mendapati Hinata sedang menatapnya heran.

"Airnya sudah siap," katanya dengan senyum mengembang. Meski dari mata, ia terlihat begitu penasaran tentang apa yang dilakukan Naruto.

Sweet Eyes: With YouWhere stories live. Discover now