Bab 6

123 18 0
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
[Alternate Universe]
...

Fanfiction by @Krt_hyuu
_______________________________

"Malam ini Ibu pulang karena sakit pinggang ayah kambuh. Tapi Ibu akan kembali menginap setelah ayah baik-baik saja. Tak apa, 'kan, Sayang?" Kushina bersuara sedikit cemas.

"Tak apa, Bu. Semoga ayah cepat sembuh. Salam untuknya." Hinata tersenyum dengan tatapan masih pada jendela berembun. Di luar masih hujan deras.

"Pasti Ibu sampaikan. Mm ... Hinata."

"Ya, Bu?"

"Jangan terlalu lama perang dingin dengan Naruto. Ibu tunggu kalian berbaikan lagi."

"Aku mengerti. Selamat malam, Bu."

"Selamat malam."

Telepon diputus. Hinata menaruh ponselnya ke meja. Mengenai perang dingin, ia jadi teringat pada Ayame. Wanita itu pasti sedang kalut menghadapi masalahnya. Sama halnya dengan yang Ayame lakukan dulu, Hinata tentu akan datang sebagai tempat berkeluh kesahnya.

Lalu mengenai dirinya dan Naruto, Hinata sedikit takut. Hilang komunikasi di antara mereka bisa-bisa berdampak kurang baik. Bagaimana jika lelaki itu merasa kesepian lalu mencari pelarian lain? Hinata takkan mau membayangkannya.

"Sshh."

Ia berdesis ketika panas di pergelangan kembali datang, meski tak sehebat di apartemen tadi. Hinata mengusapnya secara perlahan. Lama-lama ia dibuat takut saat kembali merasakan sensasi ini. Rasanya bak dicengkram tangan berapi.

Tatapnya kembali tertuju pada jendela yang tirainya sengaja di buka. Ruang tv terasa dingin dengan hanya ada dirinya, Hinata mulai merindukan Naruto. Tak ada satu pun pesan dari lelaki itu. Terakhir kali saat meminta izin menginap di kediaman besar Namikaze.

Di sisi lain, entah karena disenyapkan oleh suara hebat hujan, atau Hinata yang terlalu hebat melamun, deru mobil sama sekali tak menyadarkannya. Bahkan kini sosok jangkung berwajah lelah sedang berjalan ke sofa tempatnya duduk.

Naruto mengambil tempat di samping Hinata dan langsung duduk menghadapnya. Ia menumpu pinggiran bahu pada punggung sofa dengan tangan bersedekap. Sorotnya begitu sayu memandang Hinata yang belum menyadari kehadirannya.

"Sayang."

Ah, suara itu ... Hinata menolehkan wajah.

Alisnya menukik samar. Hinata merasa kasihan melihat suaminya begitu lelah dan berantakan. Namun tak sedikit pun kata terucap dari bibirnya.

"Peluk sebentar ... boleh?" pintanya dengan suara serak.

Alih-alih menjawab, Hinata malah betah memandangi wajah lelah itu. Naruto sudah pesimis saja. Ia ditolak.

"Kemari." Senyum lembut tersungging di bibirnya dengan tangan yang merentang.

Naruto sempat terpaku namun perlahan bergerak mendekat ke dalam pelukan hangat istrinya. Kepalanya bersandar nyaman di dada Hinata, mata birunya memejam.

"Apa yang membuatmu sangat kelelahan seperti ini?" tanya Hinata selagi mengusap rambut pirang suaminya.

"Aku mengurusi masalah di kantor tanpa tidur."

"Kau sempat ke rumah ayah?"

"Hm. Di sana pun aku masih harus mengurus pekerjaan. Aku juga membahasnya bersama ayah."

Hinata menghela napas. Di sepanjang jeda keduanya saling terdiam menikmati kehangatan. Hingga sampai di mana Naruto membuka mata.

"Ibu mengabarimu kalau dia pulang hari ini?"

Sweet Eyes: With YouWhere stories live. Discover now