It's beginning

2 2 0
                                    

Seorang pemuda, berlari dengan cepat setelah mendengar kabar bahwa adiknya mengalami kecelakaan. Dia mengayuh sepedanya dengan sangat kencang dan cepat. Keringat membasahi tubuhnya, jalan menuju lokasi itu cukup jauh tapi ia tak menyerah. Ia terus menggenjot pedalnya.

Tiba-tiba, tak jauh darinya seseorang gadis menggunakan seragam SMP menunggunya dengan santai menghadangnya. "Kakak pasti nyariin aku..." Ucapnya santai sementara pemuda itu sudah sangat kelelahan, bahkan napasnya terdengar tak beraturan. Melihat kondisinya, pemuda itu langsung berbalik tapi gadis itu langsung menarik sepeda pemuda itu.

"Apa lagi?" Bentak pemuda itu kesal.

"Kakak harus jadi pacar aku... Aku gak mau tahu.." rengek seorang gadis dengan pakaian SMP. Di dadanya tertulis Tunas Pelangi. Ia berdiri di tengah jalan sepi, kanan kirinya masih penuh dengan pepohonan hijau dan pengunungan yang sangat asri dan sejuk. "Kakak gak boleh pergi ..." Ucapnya lagi menahan laju sepeda seorang pemuda. Mukanya penuh luka, ia baru saja menghajar salah satu anak Genk Klein. Genk anak-anak bandel yang sukanya godain cewek atau malakin anak-anak lemah.

"Aku gak tertarik..." Ucap pemuda itu. Ia mendorong gadis itu, pemuda itu anak SMA Tunas Pelangi. Sikapnya sangat dingin, sedingin lemari freezer. Tidak ada senyum, ataupun kata-kata hangat keluar dari mulutnya. "Aku tidak mau punya pacar, cewek bodoh.." ucapnya, kata yang sangat menyakitkan hati.

What the hell? Cewek bodoh! Aku bukan cewek bodoh!

Gadis itu menarik lengannya, "aku bukan cewek bodoh. Aku akan buktikan. Aku akan menjadi nomor satu di sekolah!" Teriaknya, seperti seorang yang sedang berorasi. Mendengar itu, seperti lelucon bagi laki-laki itu. Ia tertawa geli mendengar keinginan itu. Rasanya seperti punuk merindukan bulan. Ia menghampiri gadis itu. Mendekatkan wajahnya pada gadis yang sejak beberapa bulan ini selalu mengikutinya kemanapun dia pergi padahal ia baru saja datang dan pindah dari Jakarta. Tetapi, urat malunya sepertinya sudah putus.

"Kamu yakin? Jangan jauh-jauh, jadi aja juara kelas di kelasmu. Kamu punya waktu 6 bulan lagi." Jawabnya meremehkan gadis itu. "Aku yakin kamu gak akan bisa." Tambahnya lagi dengan senyum sinis.

"Ok!" Ucapnya lalu memeluk lelaki itu. "Aku Aira Adijoyo pasti bisa mendapatkan Kak Adrian Bayutomo." Teriaknya. Perlakuan ini jelas membuat hati Adrian berdetak dengan kencang. Ditambah teriakannya membuat semua orang berada di sana menjadikan mereka sebagai tontonan.

"Apaan sih kamu!" Adrian sontak mendorong Aira, gadis mungil, pipi berisi, berlesung Pipit yang sedang tersenyum padanya hingga matanya hilang. Gadis itu masih memeluknya. "Kak, gimana kalau jadian pas tanggal ulang tahunku. Kebetulan 6 bulan lagi.." ucapnya tak di gubris. Lelaki itu melepaskan pelukannya dan meninggalkan gadis itu, dengan sepedanya.

18 tahun kemudian,

Hujan turun dengan deras di depan rumah mereka. Keduanya saling bertatapan. Wajah tampan dan berkarisma dengan mata yang seduh, memegang payung hitam di tangan kanannya sementara di hadapannya seorang wanita berambut ikal, mungil  tingginya kurang lebih 155 cm. Menggunakan jas laki-laki sebagai pelindung untuk tubuhnya.

"Aku ingin kita bercerai, aku gak mampu lagi meneruskan semuanya. Lagi pula, kita menikah tanpa cinta. Mari kita bercerai, dan menjalani hidup kita masing-masing. Aku ingin mencari kebahagiaanku, lelaki yang ku cintai dan mencintaiku." Ucap Wanita itu terang-terangan tak ada penyesalan dan sepertinya memang sudah di rencanakan.

"Ai... Kebahagiaanmu adalah aku. Lelaki yang mencintaimu adalah aku. Sampai kapan kamu akan terus seperti ini?" Tanyanya. Wanita itu tetap tak bergerak, ia melangkahkan kakinya semakin dekat dengan pria itu. "Aku ingin pernikahan yang di dasarkan oleh cinta. Kamu mencintaiku tapi aku tidak." Pria itu langsung melepaskan payung itu. Bajunya yang semula sudah basah demi wanita itu kini sepenuhnya basah karena hujan. Keduanya, basah karena hujan. "Kamu mencintaiku Ai..Ra. Kamu adalah milikku. Kamu bilang bahwa aku adalah langitmu." Ucapnya merobek kertas itu di depan mata wanita itu...

"Adrian Bayutomo.. kamu jangan keterlaluan!" Balas wanita itu pada lelaki itu, wajahnya masih terluka. Bibirnya pecah, pipinya terluka, dahinya juga. "Karena kamu menyakiti lelaki yang aku cintai." Tambahnya lagi semakin menyakiti hati pria itu.

"Aku gak akan pernah melepaskan kamu. Sedikitpun tidak akan." Ucapnya. "Karena kamu satu-satunya.." tutupnya membuat wanita itu tertawa.

"Satu-satunya, bohong... Sejak awal kamu dan kak Airin punya hubungan kan? Kamu marah karena aku menghancurkan hubungan kalian sehingga kamu juga mau menghancurkan hidupku. Aku sangat membenci kakak!" Balasnya lagi semakin tak karuan.

"Aira... Aku dan Airin tidak ada hubungan apapun. Aku memang bertunangan dengan dia. Tapi kamu istri aku dan alasannya kamu yang tahu sendiri." Wanita itu terdiam membelakangi pria itu. Matanya sendu itu masih berharap wanita itu berpaling menatapnya, dengan hatinya yang hancur.

Air mata menetes membasahi pipinya, semakin deras hingga ia semakin tak bisa berkata-kata. "Ai-ra! ingatkah kamu apa yang aku katakan padamu saat kita di Malang, aku akan datang bersama kamu.. aku pastikan itu terjadi.." ucapnya meninggalkan wanita itu sendiri, memberikan sebuah payung untuk melindungi wanita itu. Dia adalah Aira Adijoyo istri dari Adrian Bayutomo.

"Aku akan kembali ke Malang, kamu juga ikut aku pulang .. " ucap lelaki itu sebelum pergi.

-------------------------------------------------------------

Malang,

3 tahun yang lalu, 7 hari setelah hari  pernikahan mereka yang berlangsung dengan meriah.

Pagi hari itu sangatlah cerah, angin juga berhembus dengan lembut.  Seorang wanita, berambut Curly berjalan sembari membawa camera poket ditangannya. Ia mengambil beberapa gambar untuk dikoleksinya. Sementara, tampak dari kejauhan seorang pria memakan kemeja biru dengan lengan dilipat sedang berkutat dengan tanah di bawah sebuah pohon besar, daunnya sangat lebat, pohon itu berdiri dengan kokoh, diatas sebuah bukit kecil. Ia adalah Adrian dewasa, ia tumbuh menjadi pria tampan dan mempesona, senyumnya sangat hangat.

Ia terus mengali tanah itu, Pohon sangat kokoh, letaknya masih berada di kompleks perkebunan. Penasaran dengan lelaki itu, wanita itu berlari menghampirinya, tangan dan wajah yang tak pernah kotor. Bahkan menyentuh tanah saja tidak pernah dilakukan lelaki itu. Ia lalu berseru,

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya seorang wanita cantik, dengan rambut terikat ke belakang dengan pita putih diatasnya.

"Aku sedang menulis harapan dan menguburnya dibawah pohon ini..." Balas lelaki di depannya. Lelaki itu memindahkan tanah dan mengubur sebuah botol kaca di dalamnya. Ia lalu menoleh dan tersenyum pada wanita itu. Ia melepaskan kacamatanya.

"Kita akan datang lagi ke tempat ini, 3 tahun dari sekarang .. " tambahnya.

"Gak perlu, aku gak akan pernah jatuh cinta padamu..." Balasnya, namun lelaki itu hanya tersenyum sambil membersihkan tangannya. Menatap wanita itu dengan sabar.

Aku yakin kamu akan mencintaiku karena kamu memang mencintaiku.. 

YOU COMPLETE ME Where stories live. Discover now