Empat Puluh Satu

71 1 0
                                    

Matahari tak tampak sedikit pun, membuat udara dingin begitu menusuk tulang.
Musim dingin yang memilukan bagi Sagara, melihat mama nya berada didalam peti mati belum pernah sekalipun terlintas dalam benaknya.

Rasa sakit, kecewa, sedih dan linglung menjadi satu, berkecamuk dan sangat menyiksa bagi Saga.

Ia berdiri disisi liang kubur dengan Thea disampingnya menyaksikan bagaimana peti jenazah mamanya diturunkan perlahan,

Tak sedikit pun Saga berpaling ia menggenggam erat jemari Thea, seolah mencari kekuatan disana.

Thea menatap sendu pada Saga, lalu beralih pada Oren yang berdiri dengan bantuan Daniel, Yoan yang memandang tak minat pada liang kubur dengan jemari digenggam papanya.

Ingatan gadis itu bergulir mundur,

Thea hanya bisa membekap mulutnya, tak lagi bisa berkata-kata.

Dirinya yang seharusnya diantar pulang kerumah, malah dibawa kerumah sakit.
Kaget, kesal, bingung, tidak percaya semua beecampur menjadi satu ketika melihat pemandangan yang tak pernah ia duga sebelumnya. 

Saga terbaring miring tak sadarkan diri di brankar rumah sakit, diruangan yang sebelumnya pernah Thea kunjungi.

"juna ?" panggil Thea,

Menoleh kesamping gadis itu meminta penjelasan pada ayah dan Ibunya yang juga berada disana.

Delta menjelaskan singkat, bahwa Saga terluka di bagian punggungnya saat melakukan misi malam tadi dan mama, suami mamanya juga ipar mamanya meninggal pada tragedi malam tadi.

Thea semakin kaget, ia sama sekali tidak mengerti akan penjelasan ayahnya.
Dirinya seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa.

"na, sayang dengar bunda. Nanti Juna akan menceritakam sendiri padamu, kami tidak berhak untuk memberitahumu. Sekarang tolong untuk tidak dulu marah padanya, dia pasti punya alasan untuk apa yang dia lakukan, terlebih sekarang ia sedang berduka jadi tolong sabar ya sayang " bunda Anna mencoba memberi pengertian pada putrinya.

Thea hanya bisa mengiyakan dan tetap diam sampai

Sekarang Ia mendapati dirinya berada disisi Saga, menyaksikan pemakaman mamanya yang
Perlahan tapi pasti liang kubur itu tertutup tanah bersalju yang lembab, lalu kelopak bunga bertaburan diatasnya, tangkai bunga anyelir putih mendominasi makam baru itu.

Disela keheningan Ari berjongkok, meletakkan setangkai mawar putih disana.
Menutup mata untuk memanjatkan doa dan permohonan.

"maaf sayangku, aku selalu mencintaimu. berbahagialah disurga bidadariku " tuturnya pelan, air matanya menetes perlahan.

Yohan memeluk papanya dari belakang,
"papa ayo pulang " bisiknya.

Oren pergi lebih dulu dengan Daniel yang memapahnya setelah menaburkan bunga.
Dengan perasaan gamang, gadis itu melangkah tertatih

Orang tua Lia hanya bisa menatap sendu pada makam putrinya, tangis tak ada gunanya hanya semakin memperberat langkah, sehingga ikhlas adalah yang terbaik.

Semua orang telah beranjak dari sana, menyisakan dua sejoli yang masih setia dalam hening tapi saling menggenggam

"maaf " kata pertama yang keluar dari mulut Saga setelah ia sadar dari pingsan, dua jam lalu.

"Terimakasih ma, terimakasih sudah berusaha menjadi mama untuk kami, terimakasih sudah berusaha menjadi istri untuk papa dan terimakasih untuk bertahan sejauh ini, Abang sudah tidak marah sama mama, abang ngga benci mama, abang oke ma. Mama tenang ya disana, Abang sudah maafkan mama, jadi tolong maafkan kami juga ya ma. Bahagia disurga mama " lirih Saga, mata kelabunya sudah berkaca-kaca tapi tak ada air mata setetes pun yang keluar.

SAGARA - OngoingWhere stories live. Discover now