Serendipity 6

50 11 0
                                    




"Kamu halu?" Jackson mengunyah kerupuk beras yang baru saja dibukanya.

"Iya kayanya Jack..." Namjoon mengusap wajahnya kasar, menguap lebar-lebar lalu beranjak ke kamar mandi untuk menyikat giginya.

Suara gelak tawa terdengar dari ruang makan.

"Tapi kamu bayangin coba, Nam..."

"Seokjin ada di kota yang sama bareng kamu"

"Gimana kalo kalian ga sengaja papasan?"
"Bakal ngapain kamu kira-kira?"

"Hatau...." Namjoon melongokkan kepalanya dengan sikat gigi yang masih menyumbat rongga mulutnya.

Sesaat kemudian ia kembali setelah selesai berkumur.

"Aku ga terlalu mikirin Seokjin kemarin, Jack..."
"Tuan Lee ngasi aku challenge buat proyek dia selanjutnya" Ia tersenyum lebar lalu duduk berseberangan dengan sang sahabat.

"Kerjain yang bener, Nam...."
"Mana tau nanti kamu beneran jadi project manager" Jackson terkekeh menggigit oleh-oleh yang dibawa sang pria dari kampung halamannya.

"Terus mendadak kaya gitu maksud kamu?" Namjoon menyeruput kopinya dan tertawa geli.

"Eh....ga ada yang ga mungkin, Nam...."
"Liat aku sama orangtuaku sekarang, siapa yang bakal nyangka usaha kita bakal rame kaya gini?"

"Siapa yang sangka kita bakal nemu karcis lotre di jalan dan menang uang banyak?"

"That's criminal, Jack..." Namjoon tergelak dengan usaha sang sahabat membesarkan hatinya.

"Hey.....kalo takdir udah nentuin kita kaya gini....ya terima aja" Jackson pun meneguk habis kopinya.

"Kenapa sih orang-orang?"
"Dari kemarin kayanya ngomongin takdir mulu..." Namjoon mengerucutkan bibir lalu membereskan bekas-bekas sarapan mereka.





"Utarakan pendapatmu, Namjoon..." Tuan Lee duduk bersandar menghadap sang pria seolah mewawancarainya.

"P-pertama....um...." Sepasang jemari itu bertaut di atas pangkuannya.

"Bukankah kita harus tahu keadaan lokasi toko itu, tuan?"

"M-maksudnya.....apakah pelanggan toko itu orang-orang berusia lanjut atau mahasiswa atau pekerja"

"Um......"

"M-menurut saya....toko itu terlalu tua untuk berada di lingkungan yang penuh dengan pekerja dan pelajar"


"Lalu?" Tuan Lee menyimak tanpa merubah posisi duduknya.

Menelan ludah kasar sebelum melanjutkan penjelasannya, Namjoon mengusap dahinya yang mulai berkeringat.

"M-mungkin bukan hanya sebuah toko buku, tuan...."
"Kafe misalnya?" Ia berdehem sebelum kembali berbicara.

"Sebuah toko buku dengan coffeshop bagi mereka yang ingin menikmati waktu senggangnya disana"

"Dengan pencahayaan yang lebih terang dan suasana nyaman"
"Tempat itu terlalu luas jika hanya digunakan untuk berjualan buku"

"Oh.....dan koleksi buku-buku mereka itu bagus, tuan..."
"Banyak diantara buku-buku itu adalah favorit saya saat masih berkuliah"

"Dan saya tahu bahwa banyak yang menggemari buku-buku itu, tidak terlalu berat, tidak dangkal pula seperti buku bacaan biasa..."

"Pemilik toko buku itu mempunyai selera yang sangat bagus....
"Kita hanya perlu memajangnya hingga para pengunjung bisa melihat apa yang mereka jual"

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang