The Only Owner For Me [3]

299 59 17
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"Everyone's afraid of me so i am untouchable man, but why can't you reject me?"

⚠️


Sayup-sayup Riley membuka mata meski kepalanya masih berdenyut hebat. Hal pertama yang ia lihat adalah rerumputan dalam kegelapan. Saat ia mendapat kesadarannya kembali, ia sadar bahwa ia sedang berada dalam gendongan bridal style lelaki asing yang tadi memukulnya. Lelaki yang mengakui namanya adalah Hares.

Suara gesekan sepatu yang dikenakan lelaki itu dengan rerumputan terus memberondong indra pendengaran Riley. Gadis itu masih diam. Denyut di kepalanya makin menjadi. Riley memejam, membiarkan lelaki itu membawanya pergi entah kemana.

Hingga ia mendengar suara pintu yang dibuka dengan keras. Hares membawanya masuk ke sebuah rumah yang lebih terlihat seperti kabin di tengah hutan. Setelah membaringkan Riley di sofa, lelaki itu mulai melepaskan sandal yang dikenakan Riley. Pada saat itulah Riley sedikit membuka mata, mendapati bahwa Hares tengah mengenakan kaus hitam tanpa lengan. Kaus itu cukup ketat sehingga menonjolkan beberapa otot dadanya. Pandangan Riley naik. Sebuah objek di lengan kiri atas lelaki itu menarik perhatiannya. Itu adalah sebuah tato bulan sabit dengan sedikit ornamen daun dan bunga melingkar pada sebuah rangkaian huruf.

MOONA.

Riley mengernyit. Apa itu Moona? Namun karena Hares mendadak menoleh, Riley memejam kembali, pura-pura masih tak sadarkan diri.

Entah apa yang Hares lakukan karena Riley mendengar gesekan antara kain-kain dan beberapa bunyi benda yang diletakkan dengan keras. Sesaat ia menutup mata dan berpura-pura pingsan, Riley mendengar langkah kaki Hares menjauh darinya.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Riley langsung membuka mata dan bangkit dari sofa. Ia mengamati isi kabin itu sejenak sebelum berjalan menuju pintu dan keluar.

Meski kepalanya masih berdenyut, gadis itu memaksakan kakinya untuk berjalan. Dia jaga langkahnya dengan pelan, mengendap-endap seperti pencuri untuk menghindari efek suaranya sampai ke telinga Hares. Untungnya tadi lelaki itu masih menidurkannya di sofa, bukan di dalam ruangan lain.

Lima detik Riley berhitung sejak ia keluar dari kabin itu, kakinya langsung berlari secepat yang ia bisa. Tak tahu apa yang ia lalui, Riley hanya berlari sekuat tenaga menembus hutan, mengabaikan denyut di kepalanya maupun kakinya yang telanjang. Pohon-pohon yang tinggi dan menjulang, ranting-ranting yang telah panjang dan menggores lengannya saat ia melewatinya, dan juga beberapa genangan-genangan air di antara dedaunan yang berserakan, membuat kakinya kadangkala terperosok. Kepalanya kian berdenyut hebat, membuat pandangnya memburam dan tanpa sengaja kakinya tersandung sebuah akar yang mencuat ke permukaan.

Riley jatuh terjerembap ke tanah.

Gadis itu tak pantang menyerah. Saat ia kembali berdiri, meski keadaannya belum stabil, Riley sadar ada sesuatu di depan sana.

Sebuah gapura tanpa tanda apapun. Namun, sorot-sorot cahaya setelah gapura itulah yang menarik perhatiannya. Apa yang ia temukan setelah berjalan melewati gapura itu cukup mengejutkan baginya.

Itu adalah pasar rakyat.

Manik hitam Riley mengamati sekitarnya dengan syok. Bingung dengan pasar yang baru ia tahu keberadaannya. Riley melangkah, memasuki pasar itu kian dalam. Setidaknya disini ramai, jika Hares menemukannya sekalipun, lelaki itu takkan bisa membawanya lagi karena ada banyak orang disini yang bisa membantunya.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang