Ch.2 - Perubahan Hasrat

2.1K 46 4
                                    

Semua orang geger. Jelas saja, sudah sebulan sejak kasus pertama terjadi lalu terjadi lonjakan kasus yang sangat ekstrim. Hampir semua lelaki kehilangan alat kelaminnya. Terjadi protes besar besaran yang terjadi, menuntut pemerintah untuk segera melakukan tindakan dan segera mencari obat. 

Namun tentu saja pemerintah juga tidak dalam kondisi yang baik baik saja, sebut saja sang Presiden, juga kehilangan alat kelaminnya. 

Beberapa bulan menjadi masa tersuram dalam sejarah umat manusia. Semuanya putus asa, seakan dunia sudah kiamat. Para lelaki dengan egonya yang besar seakan tak berdaya saat bagian tubuh terpentingnya hilang tak berbekas, digantikan dengan liang panjang yang masuk ke dalam tubuhnya, seperti milik istrinya, milik anak perempuannya, milik teman wanitanya. 

Tidak ada sekolah waktu itu, hampir satu tahun sejak kejadian itu namun keadaan masih tak tentu, belum ada progress apapun tentang obat yang bisa menyembuh kan keanehan ini. 

“untung bapakmu sudah nda ada ki, ibu ngga bisa bayangin kalau itu semua terjadi sama bapak kamu.” ucap ibu lirih kepadaku pada suatu sore. 

Orang orang kerap melirik dan memperhatikanku sejak mereka tau aku memiliki gen imun yang membuatku kebal. Ya itu salah ku sih, saat teman teman sebayaku waktu itu semuanya berubah, aku dengan entengnya bercerita kalau burungku masih ada, menempel di tubuhku dan tak menghilang. 

Ya namanya juga anak SD, mana bisa berfikir panjang. 

Dua tahun berlalu, ada pengumuman darurat dari pemerintah untuk memanggil para imun yang ada agar berkumpul dan menjalani test. Secara suka rela. 

Ibu jelas menolak dan mencegah siapapun yang memintaku untuk ikut dengan program pemerintah itu. Ibu khawatir mereka akan melakukan test dan eksperimen tertentu dengan tubuh anaknya ini. 

Hal ini yang membuat keluargaku menjadi target para penduduk kampung, mereka mengutuk ibu sebagai manusia egois, hanya karena menolak anaknya untuk ikut program pemerintah. Mereka kebanyakan dari keluarga dengan mutasi para lelakinya, jelas mereka putus asa, mereka juga ingin hidup normal kembali. Ibu tahu itu, tapi ia juga tak rela kalau anaknya yang menjadi korban.

Salah satu yang menghujat ibu dan keluargaku tak lain juga adalah adiknya sendiri, Tante Nia. Pada saat itu mereka baru menikah, Tante Nia dan Om Raka, pasangan muda yang masih di mabuk Cinta. Pernikahan yang menghasilkan satu anak. Dengan gen mutasi juga.

Tante Nia jelas sangat terpukul saat mengetahui suaminya, berubah. Mereka masih mesra mesranya, pasangan muda yang saling mencintai, di hadapkan dengan cobaan yang sangat berat. Hilangnya nafkah batin untuk dirinya. 

Tentu mutasi ini hanya mempengaruhi alat reproduksi Om Raka saja, tubuhnya masih kuat, masih bugar dan masih sehat. Nafkah materi masih bisa ia berikan pada keluarga kecilnya, namun tetap saja, keluarganya tidak bisa utuh kembali. 

“Ngga bisa dek, mba ngga mau!” ucap Ibu waktu itu. 

“Tapi mba… dengan ikut program itu mungkin Hizki bisa bantu untuk cari obatnya, obat untuk kita semua!” ada getaran dan rasa putus asa yang terpancar dari suara Tante Nia waktu itu. 

“Mba ngga mau kehilangan Iki, entah program apa yang mereka punya, Mba masih ngga percaya, Mba ngga mau kehilangan orang yang mba sayang lagi.” ucap Ibu menatap Tante Nia dengan keteguhan hatinya yang penuh. Keputusannya sudah bulat.  

Aku melihat dari celah pintu kamarku, melihat Tante Nia sudah berdiri dan menatap Ibu dengan rasa frustasi, ada Om Raka juga di sana, hanya diam tak memberikan komentar. 

“MBA!!!” teriaknya pada akhirnya. Saat itulah Om Raka berdiri dan langsung memeluk istrinya itu. Suara tangis Erin, putri mereka yang jelas memiliki gen mutasi, pecah di dalam perlukan papanya, ikut memeluk Tante Nia. 

“Udah udahh… ini udah keputusan mba, kita ngga boleh ikut campur…” ucap Om Raka menenangkan istrinya. 

“Mas mau kaya gini?!! Mas mau selamanya kaya gini?!” Tante Nia menangis dan langsung memeluk suaminya. Ibu mencoba berdiri dan ikut menenangkan Tante Nia, namun langsung ditepis tangannya sebelum Tante Nia beranjak pergi keluar dari rumah. 

“Maafin Nia dulu ya Mba..” ucap Om Raka kepada Ibu dengan raut wajah yang penuh rasa bersalah. “Kalau Erin yang ada di posisi Iki, pasti aku juga bakal nolak, walaupun selamanya Raka jadi seperti ini, itu lebih baik.” ucap Om Raka yang langsung pamit untuk menyusul istrinya. 

Saat itulah tatapan Om Raka melihat di celah pintu tempat aku mengintip. Kami saling pandang, dan Om Raka tersenyum sekilas kepadaku. Ia berpaling dan berjalan pergi. 

Tangis Ibu pecah setelahnya, aku hanya bisa diam melihat dari celah pintu tak tau harus berbuat apa. 

Namun yang aku tahu pada waktu itu, Om Raka adalah pria paling keren di dunia. 

***

Saat mutasi itu terjadi, seluruh gen manusia di seluruh dunia mengalami perubahan. Pria maupun wanita, imun atau tidak imun. Wanita tak mengalami perubahan signifikan, atau bahkan tak mengalami perubahan sama sekali. Kami para lelaki yang mendapatkan dampak paling besar. 

Kromosom XX yang dimiliki wanita berubah seluruhnya, sedangkan untuk pria yang memiliki gen XY, hanya mengalami perubahan di gen X nya saja. 

Dari yang aku tangkap dari berita, aku juga membawa kromosom X mutasi, namun efeknya masih bisa dikalahkan oleh kromosom Y yang lebih dominan. Tipe yang hanya dimiliki oleh 20% pria di dunia. Para lelaki dengan kromosom Y biasa pasti mendapatkan dampak dari sinar radiasi yang terjadi waktu itu. 

Termasuk ibu hamil. Selama setahun pertama, seluruh kelahiran dinyatakan sebagai bayi perempuan. Semuanya memiliki organ reproduksi wanita. Seluruh dunia geger, sampai ada test DNA yang dilakukan oleh para tim dokter. 

Sebuah hasil yang mencengangkan karena hampir 50% diantara bayi yang dinyatakan perempuan itu, memiliki kromosom XY. Kromosom untuk manusia berjenis kelamin laki laki. Mereka hanya bayi laki laki yang lahir dengan memiliki vagina. Bayi yang memiliki gen mutasi kromosom X. 

Jelas tidak ada yang bisa membedakan mereka selama tahun tahun awal, saat kepribadian dan juga fisik mulai terbentuk, barulah mereka bisa dibedakan, puncaknya adalah saat mereka mengalami pubertas. 

Makin tampak perbedaan antara laki laki dan perempuan. Jelas perempuan masih mengalami menstruasi, tapi tidak dengan pria, walaupun mereka miliki vagina sebagai alat reproduksi mereka. 

Ya, mereka memiliki rahim, laki laki dengan rahim sebagai tempat menempelnya sel telur dan mengalami pertumbuhan janin. Saat ini, pria juga bisa hamil. Secara teori pada waktu itu, secara teori pada waktu itu.

Sampai ada satu pemberitaan yang membenarkan desas desus yang terjadi. Ada pria yang mengalami kehamilan dari eksperimen yang dilakukan pemerintah di negara bagian bumi yang lain. 

Pada saat itu Tante Nia sudah menerima keadaan yang sudah berbaikan dengan ibu dan keluarga kami. “Tuh liat… makanya mba ngga percaya sama pemerintah dekk… tau nanti apa yang dilakuin ke Iki… harus berhubungan sama lelaki lain… aduhhh…” ucap Ibu ikut sedih melihat berita. 

“Ahh itumah di luar mba…” ucap Tante Nia sambil menggendong Arin yang sudah besar. 

“Sama aja, Mba masih ngga percaya…” ucap ibu. 

Pada saat itu kita semua tidak tau kalau dengan berubahnya organ reproduksi pria yang mengalami mutasi, juga mempengaruhi preferensi seksual mereka. Dengan keadaan horny dan sange parah, para pria itu haus akan kontol yang masuk ke dalam lubang memeknya, dan merangsang tubuhnya sampai orgasme.

Dan Om Raka adalah salah satunya. 

***

“Aku ngga tanggung jawab ya om kalau om sampe hamil…” ucapku kembali memastikan. Om Raka sekarang sedang telentang dan membuka kakinya lebar.

.......

Selengkapnya Full ada di KaryaKarsa ya. thanks!!!

Mutasi Gen Xحيث تعيش القصص. اكتشف الآن