02. Pelita Manju

644 65 7
                                    

POV --- Ian, SMA Pelita Raya

Tujuh menit lagi....

Enam menit lagi....

Lima menit lagi....

Aku merutuk dalam hati. Ayolah! Kurang dua soal!

"Psst! Psst! Woi, Ian!"

Aelah, ini lagi si Odo. Sudah berapa kali dia minta jawaban? Ingin rasanya aku pura-pura budek. Tapi nanti aku digebuk masal sama komplotan Pelita Manju. Nasib.

Aku menoleh ke belakang.

"Nomor dua belas!" desis Odo.

Aku berdecak malas. Melirik kertas jawabanku. Memperagakan huruf B dengan jari.

Ini nih yang bikin ulanganku enggak selesai-selesai.

Tiga menit lagi....

Aku menyisir rambut frustasi. Saatnya menggunakan plan terakhir. Cap cip cup.

KRINGGG!!!

"Silakan kumpulkan kertas jawaban kalian di meja saya." Suara Pak Matthias memecah sunyi.

Damn! Pas sekali aku sudah selesai. Aku membawa kertas jawabanku ke meja Pak Matthias. Menumpuknya bersama kertas-kertas yang lain.

Selanjutnya aku melangkah kembali ke mejaku. Tapi belum sempat aku duduk di kursi. Tiba-tiba-

"Woi, Ian! Mana duitnya?!" Bhima menggebrak mejaku.

Ah, sial. Kupikir dia lupa. Ya beginilah rutinitasku tiap hari di sekolah. Dipalakin duit 2 juta.

"Iya, iya...," aku merengut. Merogoh 20 uang merah dari saku celana. Menaruhnya kasar di meja. "Tuh, udah!"

"Gitu, dong!" Bhima menyeringai. Menghitung jumlah uangku. Lalu menyimpannya di saku celana. "Sekarang lo traktir kita di kantin."

Aku menghela napas. Sabar, Ian, sabar....

"Selena! Mau ikut ke kantin nggak? Kita mau ditraktir Ian, nih," tawar Bhima.

Selena, gadis dengan rambut seputih salju yang duduk di bangku belakangku itu mengangguk.

Selanjutnya Odo dan Arshaka ikut menghampiri mejaku. Lengkap sudah empat anggota geng Pelita Manju memalak duitku.

Kulihat anak-anak kelas yang lain sudah pergi ke luar kelas, juga Pak Matthias. Tersisa kami berlima.

Dengan amat terpaksa, aku akhirnya mengikuti mereka pergi ke kantin.

***

"Ayo, Do! Pesen makanan yang enak-enak, Do!" Bhima menyeret salah satu kursi.

"Aku mau steak! Aku mau steak!" Arshaka berseru.

"Woi, Ian, pesanin aku sup jamur." Selena duduk di sebelah Bhima.

"Aku mau ayam goreng! Nih, nih, kutambahin duit 10 ribu." Odo melempar lima uang dua ribuan tepat di wajahku.

Aku memungutinya sambil membatin. Shibal! Mana cukup 10 ribu! Steak aja harganya satu kertas duit merah. Kalau sudah begini, aku cuma bisa jajan jus bayam.

"Nah, aku pesan steak ya, Ian!" Bhima ikut merecoki.

Aku mulai memesan berbagai makanan sesuai pesanan mereka. Steak, Sup, Ayam goreng, juga jus bayam untuk diriku sendiri. Setelah itu aku juga yang mengantarkan makanannya kepada mereka.

Selesai mengantar makan. Aku duduk lesehan di lantai sebelah kursi Bhima. Aku tidak boleh bergabung di kursi bersama mereka, atau tidak aku akan digebukin. Bilang aku nggak setara untuk jadi anggota Pelita Manju, dan lebih cocok jadi babu mereka.

Leave or Die || Bakwan Fight BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang