chapter 20: "pesta"

14 1 0
                                    


Aku dan Nicholas telah kembali ke paris 

Dan ya, begitu sampai dia langsung pergi untuk bersiap pergi ke mesir.

Sudah beberapa hari dia pergi dan aku merasa kesepian

"Haaahhh....apakah dia baik baik saja disana?" Ucapku pada diriku sendiri.
"Mesir ya.....ku harap dia bisa bertahan disana...." lanjutku.

Ditengah lamunanku, tiba tiba ada yang mengetuk pintu rumahku.

"Sebentar!" Aku mulai menuju pintu dan membukanya.

Di luar, terdapat seorang wanita paruh baya yang nampak kaya

"Ah, selamat siang Nona" ucap wanita itu ramah. "Selamat siang" balasku 

"Apa yang membawa nyonya datang jauh jauh ke tempat saya?" Tanyaku ramah.

"Ah, begini... aku mendengar dari tuan Achille tentang dirimu. Nona ini merupakan pelukis yang melukis potret mendiang istri tuan Achille bukan?" Ujar wanita itu memastikan.

"Ah, begitu rupanya... kalau begitu Nyonya, silahkan masuk" ujarku mempersilahkan.

"Terimakasih" ujarnya dan masuk ke dalam dan akupun menutup pintu.

"Silahkan duduk" ujarku dan dia pun duduk. "Pertama tama, perkenalkan nama saya Rianna Fabrice." Ujar wanita itu.

"Senang bertemu dengan anda nyonya Fabrice. Saya Eilaria Yvette" balasku.

"Jadi, alasan saya datang kesini adalah, saya ingin memesan sebuah lukisan pada Nona Yvette"  ujar wanita itu

"Lukisan? Lukisan apakah yang ingin Nyonya pesan?" Tanyaku.

"Suami saya akan berulang tahun" ujarnya sambil mengambil sesuatu dari tas miliknya. "Saya ingin memberikan hadiah berupa lukisan...apakah nona bisa melakukannya?" Tanya wanita itu sambil memberikan sebuah foto.

Aku mengambil foto tersebut dan melihatnya dengan seksama. "Kapan ulang tahun suami anda?" Tanyaku.

"30 juli Nona" ujar wanita itu dan aku melihat kalender.

3 Juli 1942

'27 hari...' batinku. "Baiklah Nyonya, saya bisa melakukannya" ujarku.

"Benarkah? Terimakasih banyak Nona Yvette...." ujar wanita itu bahagia.

"Saya akan membayar berapapun" ujarnya. "Setengah pembayaran bisa anda berikan begitu lukisannya mulai dibuat Nyonya" ujarku tersenyum.

"Kalau begitu, saya akan pergi sekarang." Ujar wanita itu dan mulai meninggalkan rumahku.

Aku memandang foto yang diberikan nyonya Fabrice.

"Yah, kupikir aku akan sibuk....." ujarku dan mulai mengecek kelengkapan alat alatku.

"Ah.... aku kehabisan kanvas ukuran besar" gumamku melihat berbagai ukiran kanvas milikku.

"Yah, kupikir aku harus membeli kanvas baru yang sudah jadi.....itu tidak akan sempat jika aku membuat kanvas sendiri" ujarku.

Aku mulai mengambil tas, mantel dan memakai sepatu. "Oke waktunya pergi" ujarku dan mulai meninggalkan rumah.

Setelah berjalan sekitar 20 menit, aku sampai ke toko langgananku.

Begitu masuk, aku langsung mencari kanvas dengan ukuran yang ku mau.

'Kenapa itu begitu tinggi?' Gerutuku dalam hati karena kanvas itu berada di rak paling atas yang sangat tinggi.

Saat aku hampir menyentuhnya, tiba tiba seseorang mulai mengambilnya. "Nona ingin mengambil ini?" Tanya pria itu hangat. 

"Ah, iya.... terimakasih" ujarku tak nyaman sambil menerima kanvas besar itu.

A CANVASWhere stories live. Discover now