chapter 5: "berkunjung"

69 7 10
                                    

[Nicholas POV]

Aku telah pergi menjauh dari kediaman Larie. "Sekarang, mari kembali" ucapku pada diriku sendiri.

Aku mulai kembali ke Kantor Militer Jerman yang ada di Paris. 'Mereka pasti melihat diriku dengan Larie tadi' batinku.

Aku melangkah masuk dan benar saja banyak tentara yang nampak berbisik bisik tentangku.

"Kolonel Harcourt" panggil seseorang. Aku berbalik dan mendapati bawahan setiaku, tersenyum lebar seperti mengetahui fakta menarik.

"Alphonse Fulbert" panggilku. Dia nampak sedikit terkejut "ya Tuan?" Ucapnya.

"Bawakan tentara dengan nama Kurt ke sini" ucapku dan langsung diangguki oleh Alphonse.

Tak lama, dia membawa tentara yang ku maksud ke hadapanku. "Hei! Apa apaan ini?!" Ucapnya nampak sedikit kesal saat dibawa paksa ke hadapanku dan dipaksa berlutut.

Tentara itu melihatku dan matanya membelalak. "Kau?! Kau yang bersama gadis incaranku itu bukan?!" Ucapnya berteriak padaku.

"Jaga perkataanmu terhadap Kolonel" ucap Alphonse dan menamparnya keras. "Ko-kolonel?" Ucapnya gugup.

Aku memasang wajah datar milikku. "Kau tau apa kesalahanmu?" Ucapku dingin. "Ma-maafkan saya Kolonel! Saya bersalah telah menghina anda!" Ucapnya ketakutan sambil bersimpuh.

"Aku tak peduli dengan hinaanmu." ucapku. "Kau sudah berani menggoda wanitaku" setelah aku mengatakan itu, semua tentara langsung terkejut dan Alphonse nampak akan kehilangan jiwanya karena terkejut.

"Dengan tangan ini kau biasanya menyentuh dan merayunya bukan?" Ucapku dingin sambil menginjak tangannya dengan sepatuku hingga membuatnya berteriak. "Atau yang ini?" Aku menginjak tangannya yang satunya dan dia kembali berteriak.

"Berisik." Aku menendang wajahnya hingga dia terkapar ditanah. "Ini peringatan bagi kalian semua" ucapku.

"Siapapun yang berani menggoda wanitaku, akan ku patahkan seluruh tulangnya" aku mengatakannya dengan suara lantang sehingga semua tentara dapat mendengarnya.

Tak lama, aku mulai berjalan meninggalkan kerumunan tentara itu.

Alphonse segera mengejarku. "Benarkah itu Tuan? Anda punya kekasih?" Ucapnya bersemangat saat kami sudah masuk ke kamarku.

"Belum" ucapku. "Ah belu-" Alphonse menghentikan kalimatnya. "Tunggu, anda belum berkencan dengannya?" Alphonse terkejut.

"Kami sudah berkencan" ucapku. "Tetapi hubungan kami tidak jelas" Alphonse menganga.

"Anda selalu menolak para wanita yang mendekat dan apakah saat ini seorang Nicholas harus berjuang untuk mendapat seorang wanita?" Alphonse terkekeh dan mendapat hadiah lemparan handuk dariku.

"Aku tak apa jika membutuhkan waktu untuk mendapatkannya" ucapku sambil melihat uang yang diberikan Larie padaku tadi. "Karena dia layak untuk diperjuangkan" aku sedikit tersenyum dan membuat Alphonse terkejut.

"Kau benar benar jatuh cinta" ucap Alphonse sambil menepuk tangan. "Katakan saja seperti itu" jawabku terkekeh.

"Bagaimana penampilannya?" Tanya Alphonse penasaran. "Dia memiliki rambut pirang dan mata berwarna hijau" ucapku.

"Apa lagi?" Tanyanya. "Senyumnya begitu hangat.....dia terlihat lemah tapi tiap pikiran, perkataan, dan perbuatannya menunjukkan bahwa dia adalah wanita yang tidak bisa ditindas sekalipun kau menggunakan senapan" jawabku.

"Dia pasti cantik" ucap Alphonse membuat diriku langsung menatap alphonso dengan tatapan tidak suka. "Hei buka seperti itu oke?!" Ucapnya panik.

"Dia pasti akan cocok denganmu" ucapnya. "Dia akan sangat beruntung memiliki pria sepertimu" lanjutnya.

A CANVASWhere stories live. Discover now