21| The Struggle

Comincia dall'inizio
                                    

"Iya ini gue kagak kelihatan kagak apa dah." sindir Sekar sambil berpura-pura batuk keras. "Anggep aja gue butiran debu di kolong kasur,"

Sudut bibir Kaila berkedut menahan tawa. Kaila tahu bahwa sebetulnya Sekar pasti sedang batin maksimal. Lagian, salah sendiri siapa suruh bawa Jake masuk ke dalam rumahnya.

Jake juga begitu. Ia tersenyum canggung mendengar sindiran Sekar. "Kalau gitu aku pulang ya. Kabarin aku kalau udah baikan, tidur yang cukup, ya, babe."

Senyuman hangat terbit di wajah pucat Kaila. Ia mengangguk samar. "Inget. Jangan ngebut! Hati-hati di jalan. "

Laki-laki bertubuh jangkung itu pun melangkah keluar. Perlahan hilang dari pandangan Kaila. Gadis itu memilih untuk merebahkan kembali tubuhnya. Menggeliat di balik selimut.

Sekar, alih-alih beranjak dari kasur. Ia malah turut ikut rebahan di bawah kaki Kaila.

"Lo gak balik? Gue gak mau tanggung jawab ya kalo sampe ketularan."

"Tenang. Imun gue kuat," pandangan gadis itu tertuju ke arah Kaila. "Gue penasaran sama ucapan lo tadi. Emang si Jake belum pernah ketemu nyokap lo?"

Kaila menggeleng. "Tiap dia kesini pasti nyokap gue belum balik kerja. Pernah waktu itu gue ajak main ke rumah dianya malah yang gak bisa. Gitu mulu deh siklusnya,"

"Terus kalau jemput lo, si Jake kagak masuk dulu apa?"

Lagi-lagi ia hanya menggeleng. "Dia mah jemput gue selalu mepet. Mana keburu buat masuk dan basa basi."

Sekar menatap tak percaya. "Gila. Gue pikir udah kenalan sama Tante Ratna. Tapi nyokap lo tau kan, kalau lo pacaran?"

Kaila bungkam. Membuat Sekar bangkit dari tidurnya. "Jangan bilang..."

"Tau anjir. Tapi emang belum gue kenalin aja. Udah ah balik sana gue mau tidur." usir Kaila.

Tangan Sekar tergerak untuk menarik selimut Kaila. "Bentar bentar. Pertanyaan terakhir deh, lo manggil Agam buat kesini?" kepo Sekar.

"Gak lah. Yakali." balas Kaila sambil menarik kembali selimutnya dengan mata terpejam.

Hening menyelimuti mereka. Sekar mengangguk paham. "Anyway, beberapa kali gue ngumpul dan ngobrol bertiga bareng Rizal dan Ilham." gumam Sekar.

Mata yang terpejam perlahan terbuka. Sudut matanya menangkap Sekar di sana. "Lo bertiga ngadain konferensi? Kok gue gak diajak?"

Kepala Sekar tergerak untuk menggeleng pelan. "Tidak semudah itu ferguso."

"Bahas apaan lo pada?"

Sekar berdehem. Mengerutkan hidung lalu mengusapnya. "Ntar juga bakal kita kasih tau kok. Tapi gak sekarang, karena kita masih mau make sure sesuatu dulu."

Kaila hendak bangkit dari tidurnya. Namun diinterupsi oleh Sekar. "Gue balik dulu, deh." ucap Sekar kemudian ngacir begitu saja sambil tertawa puas. Meninggalkan Kaila yang tercengang dengan posisi setengah bangun.

"KURANG AJAR! PINTUNYA JANGAN LUPA DITUTUP SEKAR." teriak Kaila frustasi.

°°°

Tidak banyak sahutan percakapan di sini. Perkenalan singkat siang tadi cukup menganggu pikirannya. Bahkan sekarang ia tampak tidak fokus kala namanya dipanggil beberapa kali oleh seseorang yang duduk di hadapannya.

Ia hanya menatap minuman yang sudah dipesan setengah jam lalu. Tatapan itu terlihat kosong seolah jiwanya sedang melalang buana ntah kemana.

"Agam,"

The Apple of My EyeDove le storie prendono vita. Scoprilo ora