6. The Rumor is True

35 2 0
                                    

Suara bel rumahnya terus berbunyi. Baru saja ia ingin membukakan pintu, tapi ibunya langsung melarang dirinya. "Kau duduk saja. Biar ibu yang membuka pintunya. Kali saja itu paket pesanan ibu." Ujarnya, melarang dirinya.

Dan ia hanya bisa menuruti perkataan sang ibu dan langsung duduk di samping ayahnya. "Gimana yah, apakah di sana enak?" Tanyanya, yang saat ini masih menatap ayahnya yang saat ini tengah meminum kopi yang telah di sediakan ibunya.

"Enak apanya! Di sana ayah sangat sibuk tau!" Ujar sang ayah, di iringi dengusan kasar begitu mendengar pertanyaan yang ia berikan.

Sedangkan dia tidak percaya begitu saja. "Benarkah?" Tanyanya yang saat ini tengah menatap ayahnya dengan tatapan penuh selidik dan curiga.

"Tentu saja! Ibu kamu tuh yang enak! Dia sering belanja sewaktu ayah bekerja." Seru sang ayah, yang langsung mengingat istrinya yang pergi belanja dengan sangat tenang dan hikmat, sementara dirinya harus berkutat dengan pekerjaannya.

Dan ia langsung terkekeh mendengar perkataan ayahnya. Ibunya ini memang benar-benar maniak belanja. Terbukti ketika ia yang sering melihat insta story sosial media ibunya yang sedang berada di berbagai pusat perbelanjaan di sana.

Baru saja ia ingin membalas perkataan ayahnya, ibunya yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang makan membuat dirinya urung untuk membalas ucapan ayahnya. Terlebih ketika dia melihat mantannya yang datang bersama dengan ibunya. "Nah Harsha, kau duduk dulu ya. Kita makan malam bersama dulu." Ujar sang ibu yang langsung mendudukkan mantan pacarnya di samping dirinya, sukses membuat dia kikuk. Ia merasa canggung berada di dekat mantannya saat ini.

Memang kedua orang tuanya belum tau mengenai kabar putusnya hubungan antara dirinya dan juga pacadnya. Ia pun bingung harus memberi tahu mereka berdua kayak gimana.

Dan Harsha pun sama seperti dia. Ia belum memberitahu orang tuanya kalau dirinya sudah memutuskan hubungan dengan pacarnya. Dia juga bingung harus memberitahu kayak gimana. Mantan pacarnya ini sudah sangat dekat dengan orang tuanya. Bukan hanya dekat dengan dia saja. Bahkan kedua orang tua mereka dekat satu sama lain.

Kayak tadi, dirinya bingung mau menolak kayak gimana ketika ibunya yang menyuruh dirinya untuk mengantarkan makanan ke rumah mantannya dan keluarganya, sebagai penyambutan kedua orang tua sang mantan yang baru saja kembali dari California. Kalau saja ia menolak, ibunya pasti akan memberikan berbagai macam pertanyaan kepada dirinya, dan ia malas untuk menjawabnya.

Mereka pun akhirnya makan dengan hikmat tanpa adanya yang membuka suara. Memang sudah menjadi kebiasaan dan peraturan yang di buat oleh ayahnya, kalau makan itu harus hening dan tidak boleh mengeluarkan suara, sampai makanannya habis.

Setelah selesai, mantan pacarnya ini berniat untuk pamit pulang, tapi ia langsung menahan mantan pacarnya untuk pulang. "Ada oleh-oleh dari ayah di kamarku. Jadi, sebelum kamu pulang, lebih baik ambil barangnya." Serunya.

"Ah, iya." Jawaban yang langsung ia berikan, dan langsung mengikuti mantannya dari belakang, menuju kamar sang mantan.

"Masuk-lah." Perintah yang langsung ia berikan kepada mantannya yang stay di depan kamarnya tanpa ada niatan masuk. Asing banget, kayak gak pernah pacaran aja sebelumnya. "Nanti ibu sama ayahku melihat. Aku belum memberi tahu mereka kalau hubungan kita telah usai." Sambungnya, sebelum mantan pacarnya ini memprotes atau menolak tawaran yang ia berikan.

Dan akhirnya ia pasrah mengikuti perintah sang mantan. Ia juga sedikit tidak menyangka bahwa mantannya ini belum memberi tahu kedua orang tuanya kalau hubungan mereka telah usai, sama seperti dirinya.

Sedangkan sang tuan kamar terus melangkahkan kakinya, mengambil barang titipan dari ayahnya untuk mantan pacarnya, dan langsung memberikan semuanya kepada mantan pacarnya. "Itu ada untuk kau 2 buah, satu untuk ibu, ayah, abang sama kakak kamu." Serunya, memberi tahu mantannya seraya menunjuk hadiah yang dimaksud.

"Ah, iya. Terima kasih." Ucapnya kikuk, setelah mantannya ini memberi tau tas belanja yang diperuntukkan untuk masing-masing keluarganya.

"Jangan kepada diriku. Ayah aku yang memberikan kamu itu." Sahutnya yang tidak pantas menerima kata terima kasih. Pasalnya ayahnya yang memberikan ini semua, bukan dirinya.

"Ah, oke. Aku akan berbicara kepada ayah kamu untuk berterima kasih." Seruan yang langsung ia berikan, akan balasan yang diberikan oleh sang mantan. "Kalau begitu aku pamit." Sambungnya yang ingin pergi, namun di tahan oleh mantannya.

"Harsha, apakah aku boleh bertanya satu pertanyaan untukmu?" Tanyanya, yang saat ini masih setia menatap punggung belakang mantan pacarnya yang saat ini sedang membelakangi dirinya.

Dan ia yang mendengarnya pun langsung menghela nafasnya sebelum akhirnya memutar balikkan tubuhnya menghadap sang mantan. "Apa?" Tanyanya, yang langsung memandang manik mata sang mantan.

Entah kenapa setelah mantan pacarnya ini membalikkan tubuhnya, entah kenapa mulut dan lidahnya terasa sangat kelu, hanya sekedar untuk bertanya kepada mantan pacarnya ini. 'Kau pasti bisa!' Batinnya yang langsung menyemangati dirinya sendiri, sebelum akhirnya bertanya kepada mantan pacarnya.

"Apa rumor itu benar?" Pertanyaan yang akhirnya ia berikan, setelah beberapa hari belakangan ini menjadi pikirannya tanpa ada niatan untuk bertanya. Netranya juga masih setia menatap mantan pacarnya dengan tatapan penuh harap.

Ia berharap kalau mantan pacarnya ini berkata tidak dan menyangkal rumor itu. Ia akan sangat sakit ketika mantan pacarnya ini membenarkan rumor itu. Rumor mengenai selingkuhnya mantan pacarnya di belakangnya bersama dengan wanita lain.

Ia sendiri tau apa yang di tanyakan mantannya ini. Dia juga tau tentang rumor yang menyebar luas itu. "Rumor itu benar." Serunya yang sukses membuat hati mantannya mencelos begitu mendengarnya.

"Kenapa?" Tanyanya, yang masih berusaha menahan tangisnya, setelah mendengar jawaban yang tidak ingin ia dengar. Salahnya, memang. Tapi ia gak menyangka bahwa mantan pacarnya ini malah membenarkan itu semua.

"Kau hanya mempunyai satu pertanyaan, dan aku sudah menjawabnya. Jadi, aku permisi." Serunya yang langsung pergi, tanpa menjawab pertanyaan mantannya yang kedua.

Dan ia langsung ambruk setelah mantan pacarnya pergi. Dirinya langsung jatuh ketika mantan pacarnya malah membenarkan rumor itu. Jadi, selama ini dia berselingkuh di belakangnya? Padahal dirinya ini selalu percaya kepada dia dan tidak pernah menaruh curiga kepadanya.

Ia selalu menyangkal semua komentar buruk mengenai dia. Entah itu tentang dia yang memacari dirinya hanya karena dirinya yang di jadikan bahan taruhan olehnya. Dia yang katanya berpura-pura baik dengan dirinya, dan bahkan dia yang berselingkuh di belakangnya. Ia selalu menyangkal semua rumor itu. Ia tidak pernah memikirkan komentar jahat mengenai kekasih yang sudah berstatus sebagai mantannya inu.

Tapi kenapa saat ini ia merasa sangat sakit ketika mendengarnya langsung dari mantan pacarnya, daripada ia mendengarnya dari orang lain. Atau jangan-jangan semua rumor yang menyebar itu benar semua?

Ia langsung menggelengkan kepalanya, menghapus air mata yang mengalir di kedua matanya melewatu pipinya dan tersenyum. "Dia berkata seperti itu hanya karena dia ingin kamu menjauh darinya! Dia ingin kau membenci dia! Maka dari itu dia membenarkan semua rumor itu." Ujarnya, yang masih meyakinkan dirinya sendiri.
***

Ponselnya bergetar, sukses membuat dirinya langsung membuka matanya. Dia memilih untuk tidur, setelah acara menangisi mantan pacarnya. Dan sekarang dia terbangun karena ponselnya yang sedari tadi bergetar.

Langsung saja ia mengambil ponselnya, dan langsung membuka pesan dari nomor yang tidak di kenal.

From : xxx

Hallo, Hanna! Ini aku, Erico! Aku sudah ada di depan gerbang rumah kamu. Aku ingin masuk, tapi tidak enak. Jadi, cepat ke bawah ya! Aku membawakan sesuatu untuk-mu.

Ia langsung membelalakan matanya ketika mendapat pesan dari pria yang tadi mengantarnya pulang. Ia segera bangun dari tidurnya dan langsung bergegas ke kamar mandi. Mencuci wajahnya dan langsung pergi menemui dia yang sudah ada di depan gerbang rumahnya.

"Erico, maafkan aku ya. Tadi aku ketiduran, jadi aku tidak mengangkat telepon-mu." Ujarnya, ketika sampai di hadapan teman barunya yang sedang duduk di motornya.

"Ayuk masuk dulu yuk!" Ucapnya yang langsung menarik pria ini untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak enak kalau tidak membawa masuk pria ini. Pasalnya dia sudah menunggunya dari tadi. Masa iya langsung di suruh pulang.

Tanpa dia sadari, kalau dari jarak yang tidak jauh, ada seseorang yang tengah melihatnya.

YOU SAY BREAK UP? - JAEMRINAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum