SAE 10

919 133 11
                                    

Rose pov.

Entah kenapa perasaan ku sejak tadi tidak enak. Padahal sebelum memasuki pesawat aku sudah menghubungi Joy kembaran ku untuk menanyai kabarnya, tapi dia mengatakan bahwa ia baik-baik saja lalu perasaan buruk ini muncul karena apa? Apa sesuatu terjadi pada Jisoo?

Atau.. ah tidak ! Tidak mungkin perasaan ini muncul karena sesuatu yang buruk menimpa putri ku dan Jisoo kan? Aku harap mereka baik-baik saja di luar sana.

Rose pov end.

                                 °°°°°°°°°

Jisoo pov.

Aku benar-benar khawatir akan keadaan Lisa yang di bawa pergi oleh Nyonya Cho. terlebih tadi terdengar suara pecahan. Aku memang menyusul Nyonya Cho tapi beliau sudah membawa Lisa ke lantai 7 dimana tidak sembarangan orang bisa memasukinya.

Aku begitu frustasi takut Nyonya Cho memberikan hukuman berat untuk Lisa. Aku yang lemah ini tidak berdaya karena tidak memiliki kuasa atau akses apapun.

Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan semoga kali ini aku dapat menolong putri ku tepat waktu.

Ting

Suara lift menarik perhatian ku dan ku lihat Nyonya Cho keluar dari dalam lift. Langsung ku hampiri dia dan berlutut, bahkan aku rela mencium kakinya dengan harapan Nyonya Cho memberi akses bagiku untuk naik ke lantai 7 dimana Lisa saat ini berada.

"Apa yang sedang kau lakukan Yoona-ssi?"suara dingin itu membuat tubuh ku gemetar ketakutan, namun ini bukan waktu nya menjadi lemah.

"Nyonya Cho, saya mohon kepada anda untuk memberikan saya kartu akses naik ke lantai 7 dengan menggunakan lift ini. Saya mohon Nyonya."

"Lantai 7?"permohonan ku ini terdengar seperti lelucon baginya.

"Hei, Yoona-ssi. Memang nya siapa dirimu sampai berani meminta akses ke lantai 7 padaku? Ingat lah derajat mu keparat ! Kau itu hanya lah pembantu di rumah ini."

Kata-kata nya memang sungguh pedas , tapi itulah kenyataannya. Kenyataan bahwa aku bukanlah siapa-siapa di rumah ini.

"Saya memang bukan siapa-siapa tapi saya sangat menyayangi Lisa seperti anak saya sendiri."Jawab ku.

"Lalu aku peduli, begitu?"

"Nyonya."kepala ku mendongak ke atas menatap langsung wajah wanita paling kejam yang ku temui sepanjang hidupku.

"Saya tau anda tidak akan pernah  memberikan kartu akses itu pada siapapun. Terlebih saya hanya lah orang asing dimata anda."

"Itu kau tau. Jadi--"

"Nyonya, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?"potong ku dengan cepat.

Aku tau ini keputusan yang gila. Tapi aku harus melakukannya demi melindungi buah hatiku.

"Kesepakatan? Baiklah, kesepakatan seperti apa yang ingin kau tawarkan padaku."seringai nya begitu menakutkan sampai membuat kedua kaki ku gemetaran.

"Bagaimana jika .................?"Nyonya Cho tertawa puas setelah mendengar tawaran dariku.

"Hahaha baiklah-baiklah, aku menyetujui kesepakatan yang kau tawarkan tadi."ujarnya menjawab

Tak berselang lama kemudian baliau mengambil kartu dari dalam tas yang ia bawa. Melemparkan sebuah kartu berwarna emas dan hitam bertuliskan OA disana.

"Pakai kartu-kartu itu untuk membiayai pengobatan anak itu. Segera lah naik ke atas, ku harap anak itu masih hidup saat kau datang."mendengar itu dengan segera aku mengambil dua kartu yang di berikan oleh Nyonya Cho dan bergegas menuju lift disana.

Menempelkan kartu berwarna emas  sebanyak 7x barulah lift itu terbuka secara otomatis. Aku memasuki lift itu dengan perasaan cemas yang luar biasa.

"Ya Tuhan, tolong selamatkan putri ku."aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan mendengar harapan ku ini.

Ting

Lift itu kembali terbuka. Dengan langkah lebar aku berlari menuju satu-satunya ruangan di lantai ini.

Semakin lebar kaki ku melangkah detak jantung ku semakin berdetak kencang melihat begitu banyak noda darah yang keluar dari pintu yang terbuka.

Air mata ku seketika turun. Aku takut, takut sesuatu yang buruk menimpa putri ku dan aku terlambat menolong nya.

Tidak-tidak! Kau tidak boleh berpikir seperti itu Jisoo-ya, kau harus percaya bahwa Lisa bisa bertahan karena kau tau putri mu itu sangatlah kuat.

Akan tetapi, langkah ku tiba-tiba melambat mana kala melihat sebuah tangan baru saja keluar melewati pintu yang terbuka itu. Dengan perasaan cemas aku berlari semakin kencang ketika menyadari bahwa itu adalah tangan mungil milik Lisa.

"Lisa-ya."kaget ku melihat betapa banyaknya darah pada anak itu.

Sekujur tubuh ku terasa berdesir mana kala melihat ia menyambut ku dengan senyuman nya yang khas.

"Bi-bi akilna da-tang, Li ta tenang me-lihat bibi ada ti ni."aku mengangguk dengan air mata yang berderas melihat betapa hebatnya putri ku ini.

"Bibi ada disini sayang. Bibi sudah ada disini untuk menolong Lisa. Kita ke rumah sakit sekarang ya nak?"

"Eung!"Lisa hanya mengangguk dan pasrah saat ku angkat tubuhnya dengan hati-hati.

"Lisa bertahan ya? Bibi mohon  jangan tutup matamu."bukan nya menjawab pertanyaan ku anak itu justru terkekeh kecil.

"Bibi mau tau endak? Mesti Eomma memukul Lita belulang kali tampai beldalah tepelti ini pun Lita endak batalan malah atau benci tama Eomma. Kalena.. tebenalna Eomma tayang tama Lita."aku tidak peduli dia berbicara apa yang ku pedulikan saat ini adalah membawa nya dengan segera ke rumah sakit.

"Bibi."

"Hm? Ada apa?"

"Alo.. Lita udah endak ada bibi janan benci tama Eomma ya? Lita atan tangat malah jika bibi melatutan itu."

"Tapi bibi tidak mungkin diam saja. Bibi-"ucapan ku terhenti ketika menyadari Lisa tidak bergerak lagi.

"Lisa?"

"Lisa-ya? Nak, hei bangunlah! Jangan tutup matamu bibi mohon sayang."aku semakin panik saat baru menyadari bahwa Lisa sudah kehilangan kesadaran.

"Lisa-ya?"

"CHO LISA BUKA MATAMU."

Jisoo pov end.

                          Bersambung

Seneng kan lu pada gua up 😂

Dan kasih gua alasan kenapa harus lanjut 🤣 gua lagi mager soalnya 😂

Sayangi Aku Eomma Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum