*****

Di dalam angkutan umum Raka merasa orang yang didepannya terus menatapnya lekat, Raka merasa risih dan tidak nyaman ditatap lekat seperti itu, apalagi cuman ada mereka berdua saja didalam angkot ini.

"Lo ngapain ngelihatin gue terus ? Ganteng ya, gue tahu kok makanya jangan diliatin terus takut diabetes nanti." Raka sedikit bercanda agar suasana tidak terlalu canggung.

Pemuda didepannya mengernyit bingung, tidak bisanya Raka bersikap seperti itu. "L-Lo Raka bukan?"

"Iyaa, kenapa. Lo kenal gue ?" Tanya Raka dengan mata berbinar, bagus jika orang yang didepannya ini adalah temannya. Itu memudahkan dia untuk datang kesekolah, Raka tidak tahu letak sekolahnya dimana karena Arvie tidak memberikan semua ingatannya. Bahkan tadi dia naik angkot asal naik saja tidak tahu jurusan angkot ini kemana. Asal nekat memang dia.

"Gak! Gue gak kenal Lo." Ketus orang itu sebelum dia keluar dari angkot.

Tidak ini tidak bisa dibiarkan, dia harus mengejar orang itu sebelum kehilangan jejak, sepertinya dia tahu sesuatu tentang Arvie.

Setelah membayar amang angkot dia mengejar pemuda tadi dia takut kehilangan jejak, orang itu masuk kekawasan sekolah SMA Citra Pertiwi.
Nah, pas sekali Raka juga sekolah disini.

Ahh, akhirnya dia tidak tersesat Raka meraih tangan pemuda itu. "tunggu lo siapa? Lo tahu sesuatu tentang gue ?" Tanya Raka dengan nafas terengah karena tadi dia berlari.

Pemuda itu menepis keras tangan Raka, "Lepasin tangan gue!"

"Lo kenapa sih, ada masalah apa sama gue ? Gue cuman nanya kenapa Lo nyerongot, apa gue ada salah sama Lo ?" Raka berharap orang ini tahu sesuatu tentang kehidupan Arvie dulu.

Saat ini mereka berada ditengah lapangan, mereka berdua menjadi perhatian siswa siswi yang lain.

Ehh itu Ashel bukan sih ?

Iya cuy, kira-kira kali ini dia dibully sama siapa lagi, kan si Raka gak masuk sekolah udah 2 Minggu lebih.

Gue seneng sih kalo si Raka gak balik lagi kesekolah ini, gue kasihan sama orang-orang yang sering dia bully.

Gue juga, dia itu sok merasa berkuasa banget pake bully orang-orang.

Pokoknya, gue yang paling teriak kenceng kalo si Raka dikeluarin dari sekolah.

Iya sih, hama kaya dia harusnya dikeluarin aja. Ngotorin sekolah

bukannya dia gak punya orang tua yah, paling juga dia dibuang sama orang tuanya. Atau jangan-jangan ibunya j*Lang lagi makanya anaknya gak bener.

Gue kasihan sama Alkan yang jadi korban bullyan nya terus.

Raka mengepalkan tangan sampai buku-buku jarinya memutih, rasanya seperti ada yang menghimpit dadanya. Mungkin ini perasaan asli Raka Arviendra.

"Tahan Raka, Lo gak boleh kepancing amarah yang ada nanti Lo malah makin dibenci dan bakalan sulit buat ngejalanin rencana gue." Raka meyakinkan dalam hati.

"M-maaf L-Lo j-jangan pukulin g-gue l-agi, m-maaf gue t-akut, maaf  Raka maafin gue, m-maaf gue gak s-salah."

Raka terkejut kenapa tiba-tiba pemuda ini seperti ketakutan kepada nya, Raka memegang tangan Ashel namun, Ashel malah berbicara tak jelas dan meracau.

"MAAF RAKA, M-MAAFIN AKU. AKU BAKALAN TURUTIN S-SEMUA KEMAUAN KAMU, A-ASAL JANGAN P-PUKULIN AKU LAGI. M-MAAF RAKA, M-MAAF S-sakit." Ashel berteriak tidak jelas dan mengundang atensi orang-orang, seakan akan dia tengah di bully oleh Raka.

Transmigrasi                                                  Raka AndreafaWhere stories live. Discover now