Part 3 - Rumah Keluarga Dursley

19 4 0
                                    

Thalia sungguh jengkel dengan ibunya sendiri, 3 hari yang lalu Mori memaksa Thalia yang lelah, pergi berbelanja. Lalu esok harinya sang ibu memaksa Thalia beres-beres karena mereka akan pindah rumah. Padahal rumah masa kecil ibunya juga sudah sangat nyaman, dan baru 1 hari mereka pindah ke perumahan muggle begitu ibunya menyebut. Ia langsung dipaksa untuk berkenalan dengan tetangga nomaj atau mugglenya yang baru.

Thalia terlihat sangat kesal dan marah, rasanya ia ingin menyihir anak bodoh yang tampak seperti babi yang duduk di depannya. Ia terlihat malu - malu menatap, ia juga merasa sebal mendengar nada mendayu-dayu dan tangis palsu dari ibu anak itu. Thalia dapat merasakan kepalsuan dari tangisan tetangga barunya, tetapi ibunya tercinta malah menawarkan bantuan kepada keponakan tetangga barunya yang diketahui bermasalah.

Lucunya bagi Thalia, ibunya malah menawarkan Harry masuk ke sekolah yayasan milik keluarganya. Memang keluarga mereka memiliki 2 sekolah. Pertama Ilvermony, tapi itu sekolah untuk para penyihir yang dibangun leluhurnya Isolt Sayre, dan kedua Saint Sodova sekolah swasta mahal bagi kaum nomaj di Amerika.

Dulu saat kecil, ia dan Troy bersekolah di Saint Sodova selama 6 tahun untuk sekadar belajar baca tulis dan hitung, kemampuan dasar Nomaj. Lalu di umur mereka yg ke 11 mereka mulai bersekolah di Ilvermony ia di terima bersama para kucing di wampus, sedangkan kakaknya bersama para ular di Hornet Serphent.

Nah masalahnya adalah baik itu Ilvermony yang jelas sekali hanya menerima murid penyihir, ataupun Saint Sodova tidak akan cocok untuk keponakan Mrs. Dursley. Karena seperti yang dikatakan sebelumnya Saint Sodova adalah sekolah unggulan untuk kaum nomaj yang memiliki bakat, dan nilai akademis yang tinggi.

Dapat dibayangkan anggota keluarga Dursley bersekolah disana, tidak akan cocok. Bahkan untuk Harry sekalipun yang terlihat paling normal di keluarga itu, ia tetap aneh. Sejak pertemuan di taman, ia tidak mau mengeluarkan sepatah kata pun. Thalia saat ini mulai meyakini gosip yang beredar di komplek ini mengatakan kalau Harry adalah anak bermasalah.

"Tersenyumlah Thalia, kau akan dituduh ingin meledakkan rumah keluarga Dursley jika selalu bertampang seperti itu."

"Yang benar saja mom, lagi? Kau ingin aku berkunjung ke rumah mereka lagi?"

"Ajaklah Dudley dan Harry bermain bersama, lalu tinggalkan si Dudley. Atau pingsankan saja sekaligus kalau kau memang sangat tidak menyukainya." Ucap Mori.

Yah memang saat ini Mori meminta Thalia untuk pergi ke rumah keluarga Dursley lagi. Ia jadi heran dengan ibunya, ia begitu terobsesi dengan Harry. Yang entah apa nama belakangnya itu? Namun, yang paling menyebalkan adalah kali ini ia harus pergi ke rumah mereka sendiri, karena ibunya akan pergi entah kemana.

"Ah baiklah Mrs. Sayre, Thalia akan aman di rumah kami. Dudley akan menjaganya kalau Harry berusaha berbuat nakal." Harry mendelik mendengar perkataan bibinya, padahal Dudley yang harus diwaspadai. Walau Harry sangat yakin kalau Dudley tidak akan berani kepada Thalia yang terlihat seperti tokoh antagonis.

"Nah Thalia kau bisa bermain di kamar Dudley, ia memiliki komputer dan banyak permainan menarik." Ucap Mrs. Dursley setelah Mrs. Sayre pergi. Namun Thalia terlihat agak shock mendengar perkataan Mrs. Dursley. "Dengan Harry juga kan?" Tanyanya, ia benar - benar tidak mau hanya bermain dengan Dudley apalagi dikamarnya. Ia bisa khilaf dan betul - betul menyihir Dudley.

"Ah tentu saja dengan Harry." Balas Mrs. Dursley yang kelihatannya enggan. Nah tapi tentu saja ia tidak berani mengatakan tidak, karena ia pun tahu kalau Thalia anak yang cukup pandai menilai situasi. Akan sangat mencurigakan kalau ia sangat mendiskriminasi Harry saat ini. Apalagi Ibu Thalia nampaknya cukup peduli dengan keadaan Harry.

"Jadi kau disini karena orang tuamu meninggal?" Akhirnya Thalia mulai membuka percakapan dikamar Dudley. "Yah begitulah aku tidak punya keluarga lagi." Saat ini Thalia mulai merasa kalau Harry tidak buruk - buruk amat kok. "guhhhh guhhhh... ngokhh ngokhh..." Seperti dugaan Thalia, dengkuran Dudley pun terdengar seperti babi.

"Maafkan dia ya, dia sepertinya ngantuk berat. Mungkin karena terlalu banyak makan." Thalia hanya menyengir menatap Harry, padahal memang makanan yang ia berikan untuk Dudley sudah diberi ramuan tidur. "Tidak apa Harry, lagipula ini salah ibuku yang seenaknya menitipkan anak."

"Jadi sekarang berapa umurmu?" Tanya Harry. "Aku akan berumur 13 beberapa minggu lagi, bagaimana denganmu?" Thalia balik bertanya pada Harry yang sedang fokus memindahkan pion catur nomaj atau mugglenya? Sebenarnya Thalia mulai menyukai kata muggle yang terdengar aneh sekaligus lucu. Permainan catur Harry sangat buruk walau menggunakan catur muggle. Ia ingat selalu kalah bermain dengan Ron, dan Thalia juga bukan lawan yang mudah.

"Aku berumur 13 hari ini. Tapi yah mungkin tidak akan ada yang ingat juga." Mendengar itu Thalia sebenarnya merasa agak iba. "Kau ingin hadiah apa? Akan aku kabulkan 1 permintaanmu." Ucap Thalia, yang membuat Harry terdiam. Memang Thalia anak orang kaya. Mungkin berbicara seperti itu mudah untuknya. 

Harry tidak bisa memutuskan apa ia harus menjawab tawaran Thalia. Thalia memang terlihat tulus tapi mereka baru berkenalan 2 hari, dan ia belum betul-betul mengenalnya. Kalau ia langsung menjawab apakah ia terlihat seperti cowok matre? Tapi kalau ia menolak, apakah ia akan dianggap sombong? 

Dilain sisi Harry juga agak khawatir kalau Thalia sebenarnya hanya mengetes, apakah Harry seperti bibinya yang berpura-pura baik karena memiliki maksud tujuan tertentu? Nah, sepertinya akan lebih aman kalau dia menjawab begini, "akan kupikirkan dulu, nanti ku beritahu."

Sepanjang siang itu Harry dan Thalia asyik bertukar cerita. Hingga tak terasa senja datang dan Mrs. Sayre yang sudah selesai dengan urusannya, langsung menjemput Thalia. Yah paling tidak ulang tahun Harry di musim panas kali ini tidak begitu buruk, memiliki teman baru sedikit menghiburnya. Walau Thalia jelas bukan teman yang ramah. Tapi dia asyik kok.

"Mama habis darimana tadi? Tanya Thalia yang baru akan membuka pintu depan rumahnya. "Ada urusan di Hogwarts." Jawabnya dengan tenang sambil berusaha mencopot sepatu heelsnya yang tinggi itu. Mendengar jawaban ibunya, sebenarnya membuat Thalia agak jengkel. Karena ia sebenarnya ingin ikut dan menemui Hagrid, sekalian yah sambil melihat - lihat bagaimana sekolahnya nanti.

"Nah bagaimana tadi?" Tanya Mori ketika mereka masuk ke dalam rumah. "Asyik kok, ternyata Harry tidak seperti yang orang komplek katakan, dan aku iba. Ia tinggal bersama keluarga Dursley karena orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Tapi Dudley sesuai dugaanku, terlihat seperti babi hanya saja punya rambut." Mendengar ucapan Thalia, mata Mori sempat melotot. "Yah betul kan kata mama, Harry anaknya baik."

"Ma, kau tidak bermaksud ingin mendekati Mr. Vernon kan?" Mendengar perkataan anaknya Mori langsung menarik telinga Thalia. "Jangan berbicara sembarangan, kau ingin memiliki ayah tiri sepertinya, kau tidak tahu saja apa yang telah dilalui Harry dengan keluarga itu." Ucap Mori lalu melepaskan tarikannya. Thalia menggosok telinganya yang memerah dengan kesal. 

"Habis mama sangat terobsesi dengan mereka, aku tahu mama punya niat baik untuk menolong anak yang malang seperti Harry. Tapi tolong jangan libatkan aku, apalagi kalau harus bermain dengan Dudley." 

"Tapi akhirnya kau tahukan kalau Harry tidak seburuk itu, lagipula bukankah bagus sekarang, paling tidak kau sudah punya 2 orang teman.  Nah sepertinya sudah saatnya kamu tahu alasan, kenapa mama sangat berharap kamu dan Harry bisa akur dan berteman baik."



Thalia Sayre | Harry Potter FanficWhere stories live. Discover now