Part 2 - Privet Drive

24 4 3
                                    

Malam sudah larut dan Harry masih belajar dibalik selimutnya, ia juga sekali-sekali berhenti dan mendengarkan keadaan sekitar. Jaga-jaga kalau salah satu keluarga Dursley memutuskan ke toilet dan melewati kamarnya, ia sudah siap. Liburan musim panas ini merupakan saat-saat yang paling Harry benci dan penyebabnya adalah keluarga Dursley yang tinggal di Privet Drive no 4.

Mereka adalah Paman Vernon, Bibi Petunia, dan Dudley  keluarga Harry yang masih hidup. Selama bertahun-tahun mereka menindas Harry, dan baru belakangan ini ia tahu penyebabnya, karena jati dirinya yang merupakan seorang penyihir. Itu juga alasan mereka membenci kedua orang tua Harry. Bagi keluarga Dursley, James dan Lily sudah seperti Voldemort yang namanya tidak boleh diucap di bawah atap rumah keluarga Dursley.

Rupanya mereka berharap dengan menindas Harry selama bertahun-tahun, kekuatan sihir Harry akan lenyap. Namun mereka gagal ketika akhirnya Hagrid berhasil membawa Harry masuk ke Hogwarts, dan sekarang mereka harus hidup dalam ketakutan. Jangan sampai ada yang tahu kalau sudah 2 tahun Harry menghabiskan hidupnya berada di sekolah sihir ternama di Britania, Hogwarts.

Karena  itu pula keluarga Dursley mengunci semua peralatan sihir Harry, seperti kuali, kitab mantra, tongkat, kuali, dan sapu Harry di dalam lemari pada awal musim panas, dan melarangnya berbicara dengan tetangga. Itu juga yang membuat Harry harus mengerjakan tugasnya secara diam-diam seperti ini.

Belum lama ini Ron, teman Harry di Hogwarts yang merupakan penyihir berdarah murni menelepon ke rumah. Celakanya Paman Vernon-lah yang mengangkat telepon darinya. "HALO? HALO BISAKAH ANDA MENDENGAR SAYA?  SAYA-INGIN-BERBICARA-DENGAN-HARRY POTTER!" Ron berteriak keras sekali hingga Paman Vernon terlonjak dan memegang gagang telepon seperempat meter dari telinganya.

"SIAPA INI?" Paman Vernon menggerung ke arah corong bicara. "SIAPA KAU?"

"RON-WEASLEY!" Ron balas berteriak, seakan mereka sedang saling berbicara di lapangan bola yang sangat luas."SAYA TEMAN HARRY POTTER DARI SEKOLAH." Seketika itu pula mata kecil Paman Vernon menatap tajam Harry yang terpaku di tempat.

"TIDAK ADA YANG NAMANYA HARRY POTTER DISINI!" Teriak balik Paman Vernon sambil membanting telepon ke pesawatnya. Rupanya Ron sadar akan perbuatannya yang menyulitkan Harry. Maka dari itu sepanjang musim panas ini Harry tidak menerima satu kabar-pun dari teman-temannya.

Hermione, teman wanita Harry satu-satunya juga tidak berusaha menelepon. Mungkin Ron sudah memperingatinya. Padahal Hermione adalah penyihir keturunan muggle yang mungkin akan lebih paham dan berhati-hati saat menelepon ke rumah ini. Tapi kabar baiknya Paman Vernon sudah memperbolehkan Hedwig terbang keluar rumah, dengan syarat Harry tidak boleh bertukar kabar lewat surat.

Tapi ia Harry Potter bukan, tentu ia tetap akan mengirimnya. Siang itu Harry memutuskan akan mengirim surat yang ia tulis dan akan mengirimnya jauh dari rumah.  Ia sampai harus berjanji berulang kali akan berpura-pura sariawan agar tidak perlu beramah-tamah dengan tetangganya yang lain.

Harry sudah berada di taman yang kira-kira berjarak 400 meter dari rumah keluarga Dursley. Ia sudah akan memberikan suratnya pada Hedwig, namun terhenti karena melihat 2 orang yang sedang singit berdebat. Seorang wanita dewasa dan anak  perempuan yang terlihat sebaya dengannya.

Mereka sepertinya ibu dan anak. Harry bisa mendengar sang anak yang merengek kelelahan dan ibunya yang menarik-nariknya. Sepertinya mereka tetangga baru Harry yang belum lama ini pindah. Ia pernah mendengar Bibi Petunia yang mencela kecantikan si Ibu dan anak itu dengan gaya mereka yang terlihat mahal.

Harry mengabaikan mereka dan diam-diam menyelipkan suratnya ke cakar Hedwig dan memberikan sedikit biskuit. Hedwig sudah terbang, dan Harry berniat kembali ke rumah. Namun ia dikejutkan dengan 2 wanita itu yang sudah ada di belakangnya. Mereka bertanya dimana Harry tinggal dan ingin berkunjung dalam rangka berkenalan.

Harry yang bingung harus menjawab apa, dengan pura-pura sariawan menunjuk ke arah rumah Paman Vernon yang sebenarnya tidak terlihat dari taman. Akhirnya kedua wanita itu mengikuti Harry pulang, Bibi Petunia yang sedang asyik menyemprot tanaman bunganya pun terlonjak melihat Harry datang bersama 2 wanita.

Tetangga baru harry adalah wanita cantik yang memiliki anak perempuan yang berparas manis dan sedikit jutek, Bibi Petunia suka memuji sekaligus mencela mereka. Mereka tinggal di rumah no 15 yang terlihat sangat besar. Harry pernah mendengar bibinya berkata kalau anak perempuan itu tidak memiliki ayah yang jelas.

Ibunya mungkin adalah wanita penghibur atau simpanan orang kaya maka dari itu ia bisa terlihat sangat kaya, dengan rumah dan gaya pakaian yang mahal, dan hanya tinggal berdua dengan anak perempuannya yang tidak ramah. Namun sekarang si bibi malah terlihat ramah sekali, sangat berbeda jauh saat menjelaskan keadaan keluarga si wanita kaya.

Bibi Petunia dengan terlihat ramah dan bermartabat mengundang 2 wanita tadi masuk ke rumah, memanggil Dudley dan suaminya dari ruang kerja, dan meminta Harry menyajikan makanan dan minuman untuk tamu mereka kelihatannya sangat ia hormati.

"Teh dan cookies buatan Harry sangat enak, maka dari itu kami suka meminta tolong dia untuk menyajikannya." Ucap Bibi Petunia memberi alasan, mungkin ia takut kalau si wanita kaya curiga dengannya yang suka mengeksploitasi anak dibawah umur. 

Di dapur Harry bisa samar-samar mendengar Bibi Petunia yang memuji kecantikan si ibu, beserta anaknya yang ternyata memang berada di tahun yang sama seperti Harry. Namun nasib mereka tentu sangat berbeda, ia memiliki ibu yang akan selalu melindungi dan mendukungnya. Harry juga mendengar Bibi Petunia yang menanyakan dimana suami si wanita kaya, yang akhirnya ia ketahui berada di Amerika.

Seketika dapat Harry lihat ketika ia meletakkan hidangan di meja ruang tamu, Bibi Petunia dan Paman Vernon menatap antusias kepada wanita yang duduk di hadapan mereka. Mereka akhirnya tahu kalau ayah dari anak cantik itu ternyata pembisnis ternama di Amerika, dan memiliki sekolah yayasan terkenal disana. 

Harry juga menyadari tatapan malu-malu yang diberikan Dudley kepada anak yang duduk tidak jauh darinya. Yah ia memang cantik dan terlihat sedikit imut, namun ia sangat jutek apalagi sekarang. Ia menatap garang Dudley yang mengedip malu-malu, lalu ia memberi tatapan mencela ketika Dudley menyembunyikan wajahnya dibalik lengan Bibi Petunia.

Harry sudah akan kembali ke kamarnya, namun terhenti."Jadi namamu Harry? Dimana kau bersekolah?" Tanya si wanita kaya. Rupanya Bibi Petunia memberitahu nama Harry kepada si wanita. Mendengar pertanyaan itu, Ibu Dudley mendelik ke arah Harry. Ia seakan memberi kode agar Harry berakting menjadi orang  idiot.

"Ia bersekolah di Pusat Penampungan Anak-Anak Kriminal yang Tak Bisa Disembuhkan St.Brutus!" Harry sudah akan menyanggah hal itu, namun terputus dengan isak tangis palsu dari bibinya.

"Oh ia memang sungguh malang, ibu dan ayahnya meninggal karena kecelakaan dan ia menjadi seperti ini karena terlalu merindukan mereka. Mungkin ia berharap akan mendapat lebih banyak perhatian dari sekitar maka dari itu ia menjadi sangat nakal. Aku memang bibi yang gagal, hanya ini yang bisa aku lakukan untuknya." Ucap Bibi Petunia terisak palsu.

"Oh maafkan aku Mrs. Dursley harusnya aku tidak bertanya. Tapi kalau ada yang bisa aku bantu, aku akan dengan senang hati membantu kalian. Anak laki-laki ku yang tertua sedang bersekolah di yayasan keluarga kami di Amerika, mungkin kalau kau berkenan Harry bisa bersekolah disana bersamanya. Kami akan sangat senang menerima Harry." 

"Terimakasih atas kepedulian kalian, namun aku tidak bisa. Aku sudah berjanji kepada Lily, saudari kecil ku yang amat aku sayangi." Seketika suasana menjadi haru biru, dan keluarga ini patut menerima piala citra.

"Ini kartu namaku kalau kalian butuh sesuatu, kalian bisa menghubungi sekretarisku. Kami akan dengan senang hati membantu kalian." Setelah selesai beramah-tamah tamu kami pun pamit karena harus mengurus surat perpindahan mereka, dan Paman Vernon masih sempat merekomendasikan Smeltings, sekolah Dudley kepada si wanita tadi.

Harry baru akan mengangkat piring dan gelas bekas pakai, hingga ia menatap tulisan dikartu nama yang diberikan wanita tadi, 'Morringga Euphemia Sayre'.


----------------------------------------------------------------------------------------------------

Semoga kalian suka ya.

Thalia Sayre | Harry Potter FanficWhere stories live. Discover now