Hanum merasa tersentuh mendengar ucapan Rindu barusan. Namun dalam hati dia merasa senang karena gadis itu tampak begitu bergantung padanya. Pelan-pelan dia akan membuat Rindu mau menuruti semua keinginannya.

Benar. Dugaan Rindu mengenai sang Bibi memang benar. Hanum telah lama merencanakan sesuatu untuk merebut harta kakak kandungnya melalui Rindu. Karena semua warisan Heru akan jatuh ke tangan Rindu ketika gadis itu telah menginjak usia 21 tahun.

Dulu Rindu mungkin merasa tidak berdaya jika harus melawan sang Bibi. Namun rasa dendam yang benar-benar sudah menguasai hatinya membuatnya bertekad untuk memberontak.

"Bibi sangat menyayangimu, Rin." ujar Hanum dengan senyum tipis yang tidak sampai ke matanya.

Rindu sadar akan hal itu. Hanum hanya pura-pura memperlakukannya dengan baik karena mempunyai tujuan terselubung. Semua itu bisa dia rasakan sejak dirinya mengetahui siapa dalang di balik kejadian mengenaskan yang menimpa orang tuanya.

Untuk itu, Rindu hanya membalas ucapan Hanum dengan sebuah senyum kecil. Dengan dada bergemuruh karena menahan letupan emosi yang selalu Rindu rasakan ketika bersama dengan Hanum.

|•|

Jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat 30 sore ketika Rindu dan Hanum selesai memasak. Gadis itu bergegas membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena baru saja berperang dengan penggorengan yang membuatnya berkeringat.

Keluar dari kamarnya, dia mendapati sosok Hanum yang tengah duduk manis di depan ruang keluarga. Wanita itu sedang bersantai sembari menonton tayangan di televisi. Dan Rindu tentu tidak bisa mengabaikannya karena untuk keluar rumah dia harus melewati Hanum terlebih dahulu.

"Sore, Bibi." sapa Rindu berbasa-basi.

Hanum yang mendengar sapaan tersebut mengangguk kecil. Lalu menaikkan sebelah alisnya begitu melihat penampilan Rindu yang tampak rapi dan cantik. Keponakannya itu memang memiliki paras yang menawan. Dan tentu saja sebagai wanita dia juga merasa iri dengan kecantikan Rindu.

"Mau kemana kamu?" tanya Hanum yang tidak ingin membiarkan rasa penasarannya berlarut-larut.

Rindu tampak tersenyum kecil sembari menyelipkan helaian rambutnya yang mencuat menutupi sebagian wajahnya.

"Rindu mau menjemput Paman Seno, Bik." jawab Rindu jujur.

Kekasih tuanya itu sebenarnya menolak untuk dijemput. Tapi Rindu bersikeras untuk tetap menjemputnya.

Mendengar jawaban Rindu, sebagai seorang istri tentu saja Hanum merasa tidak suka. Kenapa Seno tidak meminta dirinya saja yang menjemput.

"Kenapa dia meminta kamu menjemputnya? Kenapa bukan Bibi saja?" tanya Hanum dengan tatapan tidak suka.

Rindu cepat-cepat memutar otak untuk memberikan alasan yang logis pada sang Bibi. Dia harus bisa bersikap adil pada wanita itu. Bisa-bisa rencananya untuk mendekati Seno gagal karena sikap posesif Hanum.

"Mungkin Paman masih merasa tidak enak karena sudah memarahi Bibi semalam. Jadi biar Rindu saja yang menjemput Paman." kata Rindu beralibi.

Hanum tampak terdiam mencoba mencerna apa yang Rindu katakan. Sepertinya ucapan Rindu kali ini benar. Sehingga tidak ada alasan baginya untuk tidak memberikan ijin pada gadis itu.

"Ya sudah, Bik. Rindu berangkat dulu." pamit Rindu yang hanya diangguki oleh Hanum.

Setelah keluar dari rumah, raut wajah Rindu seketika berubah datar. Jika tidak untuk memuluskan aksi balas dendamnya, mana mau dia bersikap baik pada Hanum.

Namun kemudian wajah datar itu kembali dihiasi sebuah senyuman. Senyum menyeringai yang akhir-akhir ini selalu menghiasi wajah cantiknya.

Gadis itu menatap dalam rumah milik Hanum yang merupakan rumah peninggalan kakeknya. Sebelum melajukan motornya meninggalkan pelataran rumah itu untuk menjemput sang paman.

Tak membutuhkan waktu yang lama bagi Rindu untuk sampai di bengkel milik Seno. Ketika gadis itu sampai, pintu bengkel telah tutup sebagian. Rindu tidak mendapati satu pun motor milik para karyawan Seno. Menandakan jika semuanya telah pulang.

Senyum cerah seketika terbit di wajah Rindu saat ini. Dia akan memanfaatkan waktu yang tidak lama ini untuk memikat hati Seno. Tentu saja dengan kebohongan dan rayuan manjanya.

Dengan langkah ringan dia masuk ke dalam bengkel yang telah sepi. Netranya mengedar mencari keberadaan Seno. Dan dia menebak jika pria itu pasti ada di dalam ruangannya.

"Waktunya beraksi Rindu." smirk Rindu sembari berjalan menuju ruangan Seno yang pintunya tertutup rapat.

Tbc.
___________

Si cegil beraksi lagi nih guys..

Pesona Paman SenoWhere stories live. Discover now