☁️C H A P T E R : 5☁️

490 118 21
                                    

Hai ...! Aku kembali lagi setelah seminggu libur, maaf belakangan ini sering tidak rutin update karena di real life aku masih punya banyak tugas yang menggunung. Sekarang aku update lagi Follow, Vote & Komennya jangan lupa ya biar aku semangat up nya!

Ayah Peter sibuk membaca koran pagi ini dengan Bunda Vika di samping nya yang sedang mengolesi roti dengan selai coklat kesukaan sang suami. Setelah roti siap, Bunda Vika menyajikan nya untuk Ayah Peter.

"Sayang, ini rotimu." Ucap Bunda Vika.

"Terima kasih Bun,"

Bunda Vika tersenyum seraya mengangguk, sambil menikmati rotinya Ayah Peter menatap ke arah kursi yang biasa di tempati Mew. "Bun, Mew belum bangun?" Tanya Ayah Peter.

"Sudah berangkat malah, jam 5 pagi dia bahkan menyiapkan bekal sendiri untuk sarapan di sekolah. Sebelum berangkat katanya, ia sedang ada kegiatan pagi dengan anggota OSIS." Jawab Bunda Vika.

"Emm ... Yasudah. Oh ya Bun, Ayah pulang sore hari ini."

"Ada apa lagi?"

"Hari ini dana BOS turun, ada laporan pertanggung jawaban tahun kemarin yang rancu dan pihak yayasan meminta revisi. Kebetulan tahun lalu Ayah di amanah kan untuk merekap laporannya. Belum lagi kasus Puifai yang hilang membuat beberapa oknum polisi harus datang untuk mencari bukti-bukti apa saja dan keterangan lainnya." Tutur Ayah Peter menjelaskan.

"Ayah bukan nya semalam bilang sedikit kurang sehat, kerjakan tugas nya dirumah saja dan untuk polisi yang datang masih ada guru-guru yang lain tidak harus Ayah yang tangani. Apalagi soal dana BOS, ada kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang urus seharusnya ..." Ujar Bunda Vika yang khawatir pada kondisi kesehatan suaminya, karena akhir-akhir ini Ayah Peter sangat sibuk di sekolah.

"Ya mau bagaimana lagi Bun, kan Ayah sudah diberi mandat."

"Pak San kan ada, dia wakil kepala sekolah tidak sibuk seperi guru yang mengajar di kelas."

"Tapi Bu Thanaya memang memberi mandatnya pada Ayah, bukan Pak San."

"Ck! Calon besan kita itu memang hidupnya enak sekali, punya istri kaya raya dan bekerja di sekolah tugasnya santai. Sedangkan Ayah super repot!" Gerutu Bunda Vika.

Ayah Peter mendekatkan kursi nya pada sang istri, ia merangkul pundaknya. "Jangan begitu ah, Pak San kan Ayah nya Gulf. Walau cuma Ayah tiri, kita harus menghargai beliau juga. Bunda jangan khawatir, Ayah baik-baik saja kok." Kata Ayah Peter menenangkan istrinya.

Hemsh!

Ayah Peter mencium pipi Bunda Vika yang membuat Bunda tersipu malu. "Ih Ayah cium-cium, genit deh." Ujarnya dengan pipi merona.

"Mumpung kita hanya berdua, Ayah bisa dong mesra-mesraan dulu sama Bunda." Goda Ayah Peter yang di balaskan cubitan pelan di perutnya.

"Ayah apa sih, tidak ingat umur. Ayo sarapan lagi, nanti Ayah telat." Bunda Vika terlihat mengelak padahal perut nya seperti di kelitiki karena salah tingkah.

Sebelum pindah Ayah kembali menggoda Bunda dengan mencuri kecupan di bibir.

Muach!

"Selamat makan Bunda, Sayang." Ucap Ayah Peter setelah memberi kecupan.

"Ayah pagi ini nakal!" Sahut Bunda malu-malu seperti anak gadis.

***

Mew dan Mild kini berada di ruang CCTV, Bibble dan Kamon di ruang kepala sekolah untuk mencari bukti lain, sedangkan Gulf sedang buang air besar karena mulas setelah memakan bekal tumis ikan tongkol pedas buatan Mama nya Kamon. Mamanya Kamon berasal dari Indonesia, tepatnya dari Jakarta dan Kamon saat lahir hingga sekolah dasar pernah bersekolah di Indonesia sebelum Ayahnya di pindah tugaskan ke Thailand. Bahkan, Kamon juga bisa berbahasa Indonesia dengan khas logat betawi.

Love JourneyWhere stories live. Discover now