03-Lelaki Malam Itu

69 15 6
                                    

"Hai kak! Ketemu lagi kita!"

Langkah Singto terhenti di pelataran kondominium khusus mahasiswa yang ia tinggali selama dirinya mengenyam pendidikan di universitas itu. Seorang pria manis tersenyum menyapanya dengan ramah, namun Singto tak ingat jelas siapa sosok ini.

Namun lelaki manis itu menyapa duluan, parasnya lumayan, sekalian saja dibalas, "Halo, manis?" Sapanya tak kalah ramah, "Tinggal di sini juga?" Anggukan kencang menjadi jawaban. Oh, gemas sekali! Pikir Singto, namun sayang, bukan tipenya.

Lantas omega tersebut mengulurkan tangannya, "Kemarin kita belum sempet kenalan, nama aku Krist! Ilmu Komunikasi tahun kedua," Ujarnya memperkenalkan diri.

Uluran tangan bersambut, tangan seputih susu itu terasa halus menyambut tangan Singto, "Aku Singto, Sastra Jepang tahun ketiga,"

Jabatan tangan itu lalu terlepas, dengan Krist yang tersenyum malu, "Malem-malem gini baru mau keluar?" Tanya Krist melihat pakaian Singto yang terbilang rapi jika hanya sekedar turun ke pelataran kondominium.

Singto juga sama mengamati lawan bicaranya, "Kamu juga rapi banget, mau kemana?" Tanya Singto balik.

"Bar,"

Si alpha terkejut, namun ia tak menampakkan reaksi apapun selain tersenyum. Rupanya benar kata pepatah, jangan menilai sesuatu dari luarnya saja. Nyatanya Krist si omega dengan lesung pipi yang muncul ketika tersenyum lugu itu kini tengah bersiap untuk pergi ke tempat haram. Menarik, batin Singto.

"Bar?" Tanya Singto memastikan.

Lagi-lagi anggukan menjadi jawaban, dan Singto menyukainya. Krist nampak lugu di luar, tapi ternyata omega tersebut pengunjung tempat haram di malam hari. Meskipun Krist hanya mengenakan kemeja dan celana panjang, namun kemeja yang digunakan adalah jenis Satin yang jatuh dan mencetak lekuk tubuhnya, kancing yang tidak terpasang sempurna itu menampakkan dada seputih susu yang dihiasi kalung rantai yang tidak terlalu besar. Malam ini Krist sngguh manis, sekaligus seksi.

Sesaat Singto terpana mengamati penampilan omega di depannya, kemudian ia tersadar dan berdeham kecil, "Hm... Krist, mau berangkat sama aku?"

"Huh?!"

Mata yang membola itu nampak lucu menurut Singto, keterkejutan Krist menunjukkan ekspresi yang membuat siapa saja berseru gemas pada Krist, "Bareng? Ke Bar?" Krist membeo, "Emang kakak nggak ada yang nungguin? Pacar...misalnya?"

Alpha di depannya tak menjawab, justru menggandeng tangan Krist, "Jangan banyak mikir, kelamaan!"

Niat Krist mendekati Singto nampaknya gagal, karena saat ini justru dirinya lah yang tengah didekati alpha sejuta pesona di hadapannya ini. Langkah Krist kalah cepat dengan sang alpha.

"Ayo turun ke dance floor!" Setelah di Bar, Singto malah mengajaknya menari, bahkan Krist masih mencerna apa yang dilakukannya sekarang bersama alpha tampan ini.

Mengesampingkan fakta jika Singto adalah seniornya di uni, dan fakta bahwa mereka baru saling mengenal sebatas nama dan fakultas satu sama lain, Krist juga akhirnya larut dan menikmati bisingnya musik yang berdentum kencang seperti biasanya.

Sepasang alpha-omega itu saling menari berhadapan, dan oh! Baik Singto maupun Krist sama-sama langsung jatuh ke dalam pesona satu sama lain. Singto yang gagah dan tampan, serta Krist yang malu-malu tetapi juga tidak menolak sentuhan Singto dimana-mana. Keduanya rapat dalam lautan manusia yang dimabuk kesenangan duniawi.

***

Seperti adegan di drama televisi, Krist terbangun karena silau matahari yang menerpa wajahnya. Dengan kepala yang terasa berat seperti tertimpa beban, seluruh tubuhnya juga merasakan sakit luar biasa. Namun dari semua rasa sakit yang menyerang tubuhnya, Krist merasakan nyaman yang membuatnya ingin kembali terpejam.

Sebelum ia mengingat apa yang semalam terjadi.

Alisnya mengerut tajam, tangannya meraba tubuhnya yang terbalut selimut tipis, dan tangan yang mendekapnya hangat.

Tunggu! Tangan?

Jantung Krist berdebar kencang, tangan yang mendekapnya itu berwarna tan yang eksotis, Krist memindahkan tangan itu dari perutnya perlahan. Seraya menenangkan dirinya yang kalang kabut menolak apa yang tengah dipikirkannya sekarang.

Namun belum sempat tangan itu berpindah tempat, justru ia kembali mendekap Krist, bahkan lebih erat daripada sebelumnya. Omega yang di dalam dekapan itu semakin panik, nafasnya tercekat ketika mendengar suara serak khas bangun tidur yang teramat seksi. Belum lagi hembusan nafas hangat yang menyapa tengkuknya.

Krist meremang kuat.

"Nanti dulu, Krist... aku masih ngantuk,"

Tidak, tidak! Krist pasti salah dengar, suara itu amat familiar, tapi Krist enggan menerima satu nama yang terpikirkan. Singto, alpha itu yang semalaman bersamanya. Apakah...

"Kak Singto?"

"Ya, Krist?"

Mampus! -Batin Krist getir.

Sosok di belakang Krist itu bergerak, tangannya melepas pelukan itu, tetapi beralih menarik bahu Krist. Alpha itu tersenyum manis. Jelas sudah, Singto orangnya.

"Kak? Semalem kita ngapain?"

Yang lebih tua terkekeh pelan, ia mendudukkan dirinya bersandar di kepala dipan yang sempit itu, satu tangannya membelai surai Krist lembut, "Aku pertama kalinya kamu, ya?"

Pertanyaan dibalas pertanyaan, Krist makin tidak mengerti apa yang telah terjadi. Pertama kali apanya? Pikir Krist bingung.

Krist ikut bangun dan duduk bersandar di sebelah yang lebih tua, meskipun dengan seluruh tubuh yang terasa remuk dan kepala yang terasa mau pecah. Omega itu pun membelalak ketika mendapati ia bertelanjang dada, keadaannya sama seperti alpha di sampingnya. Sejenak Krist memijat pelipisnya, ia yakin bagian bawahnya juga tak memakai apapun selain selimut tipis yang melindungi.

"Aku mabuk banget ya, semalem?" Tanya Krist yang diangguki Singto, lelaki yang lebih tua menyodorkan segelas air putih untuk Krist minum.

Helaan nafas keluar begitu saja setelah Krist menenggak habis cairan bening yang Singto berikan padanya, Krist bersandar pada bahu Singto, "Padahal aku pengen ngerasain pertama kali waktu sadar, bukan pas mabuk gini, huft.." Krist mengeluh.

"Kamu nggak marah?"

Pertanyaan Singto dibalas kekehan dari si manis, "Orang udah kejadian juga, ngapain marah? Aku omega, harus heat dulu biar aku hamil," Jawab Krist enteng tanpa beban sedikitpun.

Pandangan Krist beralih ke sembarang arah, "Seenggaknya aku ngelakuin pertama kali sama kamu, kak!"

"Apa hubungannya?" Tanya Singto bingung.

Lalu Krist tersenyum kepada Singto, mencuri satu kecupan manja dari alpha tersebut, "Kamu ganteng soalnya," Ujarnya senang lalu bangkit, meskipun dengan langkah tertatih, Krist tahu diri untuk tidak mengganggu pagi seseorang, "Aku pulang dulu kak, makasih buat malemnya," Pamit Krist setelah memakai pakaiannya yang tadi berserakan di lantai.

Dan pintu tertutup begitu saja, meninggalkan Singto seorang diri dengan segala sikap tercengangnya. Omega itu begitu berani dan penggoda. Senyum miring terbit di bilah penuh alpha si pemilik kamar.

"Omega gila,"









Bersambung, ternyata Vee kembali nulis Singkit dengan Krist yang binal, but it's okey, kalo kalian gimana? Kalo ada yang menurut kalian keterlaluan, bisa tegur Vee, ya! Terima kasih!

(Sebelum) Rumah Cemara [SingtoKrist]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz