2 || Don't Leave Me (Part 1)

401 65 4
                                    

Seperti yang aku bilang di part sebelumnya, aku punya beberapa cerpen. So, aku memutuskan untuk jadiin lapak ini buat publish cerita pendek (ada juga yang agak panjang, sih)😀

Btw, ini judul baru ya, jadi nggak terkait sama part sebelumnya. Akan ada 2 part di judul ini, selamat membaca! Semoga berkesan😉

***

Mentari semakin naik ketika sepasang ayah anak itu masih sibuk di dapur, berkutat dengan beberapa peralatan masak. Mereka yang sama-sama tak paham cara membuat nasi goreng, sedari tadi hanya dapat meraba-raba sebisanya. Menu sederhana itu berhasil membuat keributan antara keduanya di pagi ini.

"Tuh kan, asinnnn!" Arish langsung berkomentar usai sesendok nasi goreng masuk ke mulutnya. Remaja itu memandang ayahnya yang sedang nyengir tanpa dosa. "Ayah cobain, cepet!" Ia menyuapkan sesendok nasi goreng pada sang ayah, lantas menunggu reaksi pria itu. Kedua alisnya bertaut, kesal karena tadi Jaya tak menuruti pintanya untuk berhenti menambahkan garam.

"Woahhh ... enak banget ini mah, kayak yang dijual sama abang-abang pinggir jalan," ucap Jaya dengan mulutnya yang masih asik mengunyah. "Akhirnya Ayah bisa masak ya, Rish? Kamu pasti bangga," sambungnya, meski sebenarnya ia sedang menahan rasa asin di mulut.

"Enak dari Hongkong! PD banget lagi bilang sama kayak yang dijual abang-abang. Tapi ya udah deh sesuai perjanjian, kita harus habisin." Arish membawa wadah berisi nasi goreng menuju ruang makan. Begitu sampai, ia membaginya menjadi dua piring. "Mbok Jum kapan pulang ke sini, sih? Aku kayaknya bakalan trauma nyobain masakan Ayah."

"Kurang ajar kamu. Ini Ayah bikinnya pakai bumbu cinta, pasti lebih nikmat." Jaya menarik kursi dan duduk berhadapan dengan sang anak.

"Dibilang keasinan. Kebelet kawin, ya?"

"Mau kamu kalo Ayah kawin lagi?"

Seolah baru menyadari ucapannya, Arish langsung membeku untuk beberapa saat. Ia sontak menggeleng keras. "Nggak ada kawin-kawin!" tegasnya, membuat Jaya seketika tertawa. "Tapi kalo sama Bunda baru aku setuju.”

"Heh, Bundamu udah punya suami baru. Kamu mau Ayah jadi pebinor?"

"Pebinor apaan?" tanya Arish dengan kening berkerut tipis.

"Perebut bini orang. Kamu remaja kolot kah nggak tau istilah begitu?"

"Ayah aja yang salah pergaulan. Bisa-bisanya tau kosa kata absurd begitu." Arish mulai memakan nasi goreng yang tak benar-benar ia nikmati. Namun meski keasinan, ia juga ingin menghargai usaha ayahnya. Setidaknya, pria super sibuk itu berkenan meluangkan waktu untuknya di pagi ini.

"Ntar berangkatnya Ayah anter, ya?"

Mendengar itu, Arish semakin dibuat bingung. Sikap ayahnya pagi ini benar-benar memunculkan banyak pertanyaan dan asumsi. "Ayah lagi kenapa, sih? Tumben-tumbenan manjain aku."

Jaya menggaruk alisnya yang tak gatal. Pria itu antara siap dan tak siap jika harus mengabarkan suatu hal penting pada putranya. "Sebenernya ...."

Arish menghela napas, seolah dapat menebak apa yang akan disampaikan oleh Jaya. Kini, anak itu sepenuhnya menaruh perhatian pada sang ayah. "Kenapa?"

"Hari ini Ayah harus berangkat ke Singapura. Mau ada pertemuan sama kolega-kolega Ayah buat bahas proyek. Kayaknya Ayah nggak akan di rumah selama seminggu. Tapi kamu tenang aja, besok Mbok Jum udah balik kok."

"Tuh kan!" Ekspresi kecewa seketika tersemat di wajah Arish. Selera makannya kini mulai lenyap. "Ayah udah janji bakal luangin waktu di hari ulang tahunku nanti, loh. Ayah juga udah janji bakal dateng pas aku lomba."

Bittersweet✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora