Chapter 1

50 6 7
                                    

Disclaimer: Harap bijak membaca. Cerita ini tidak ada hubungannya dengan member yang sesungguhnya. Murni imajinasi penulis.







Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Manusia hanya bisa berharap dengan takdir yang telah ditentukan bagi setiap banyak orang. Hidup adalah sebuah pilihan yang hanya bergantung pada keinginan dan juga angan – angan. Tapi dari harapan itu, manusia masih bisa bertahan dan terus melangkah ke depan. Sesekali mereka pun boleh menoleh kebelakang hanya untuk melihat sejauh mana mereka sudah datang, karena hal yang terpenting adalah selama masih bisa bernapas, maka teruslah berharap dan meyakini apa yang telah dipilih. Sebagian orang berpikir, musim dingin adalah sebuah kesakitan yang dingin tapi semua itu akan berganti dengan kesembuhan di musim semi.

Tidak terasa musim telah berganti. Atmosfer yang kering dan lembab kini mulai tergantikan dengan hawa dingin yang di iringi dengan butiran salju. Dedaunan pohon maple yang telah berguguran dan menutupi sebagian jalan, kini tergantikkan dengan sebuah selimut berwarna putih nan tipis dan juga lembut. Meskipun terbilang tipis, tapi salju itu telah menutupi sebagian rerantingan pohon dan juga rerumputan. Tidak hanya itu, bahkan lampu lalu lintas dan juga mobil yang terparkir rapi mulai terdapat tumpukan salju. Fenomena alam yang cenderung di anggap biasa bagi banyak orang.

Meskipun sering di anggap biasa, tetapi peralihan musim tersebut sangat terasa bagi seseorang. Entah sudah beberapa kali musim berganti, kenangan yang terbentuk dan terukir dengan jelas dalam pikiran tidak akan dengan mudah hilang  begitu saja.

Hari ini Xie Xie telah selesai mengemasi barang – barangnya yang telah ia susun dengan rapi kedalam kopor. Tidak hanya barang miliknya tetapi juga suaminya. Tentu saja dalam sebuah kopor terpisah. Saat hendak meresleting kopor tersebut, sebuah ketukan mengganggu aktifitasnya pagi ini. Setelah ketukan itu terhenti, Xie Xie mendengar dengan jelas bahwa seseorang sedang membuka gagang pintu tersebut. Tak lama kemudian dari balik pintu itu, seorang pria melangkah masuk dan duduk tepat di pinggiran tempat tidur. Begitu tahu siapa yang masuk gadis itu melanjutkan aktifitasnya.

“Apa semuanya sudah beres?” dengan lembut Yong Hua mengusap kepala istriya dengan senyum yang indah.

Xie Xie terdiam dan menyelesaikan aktifitasnya. Setelah selesai ia beranjak berdiri dan mentap suaminya itu. Xie Xie sedikit cemberut di hadapan suaminya dengan menggembungkan pipinya. Kali ini Yong Hua pun berdiri dengan senyumnya yang khas yang mampu melelehkan hati Huang Xie Xie dengan pesonanya.

Yong Hua mengetuk dahi istrinya dengan ujung kedua jarinya, “Berhentilah meniru seperti ikan buntal.” Lalu terkekeh.

Gadis itu mulai protes. Bagaimana tidak, di saat dia sudah lelah dan selesai dengan pekerjaannya, Yong Hua malah baru muncul bahkan menertawakannya.

Dasar pria, tidak pernah peka!

“Kau sendiri selalu seperti itu. Berhentilah kebiasaan di kantor kau bawa ke rumah. Tidak ada yang instan. Semua butuh waktu.” Xie Xie berbalik dan hendak pergi.

Akan tetapi, gerakannya terhenti ketika tangan yang hangat itu melingkar dengan sempurna di perut Xie Xie. dengan erat pria itu mendekapnya dan meletakkan kepalanya di bahu sang istri. Dengan lembut pria itu berbisik tepat di telinga Xie Xie, “Aku tahu ini musimmu istriku. Berhentilah untuk bersikap dingin. Aku tidak akan begitu lagi.”

Suara itu terdengar lembut di telinga Xie Xie sehingga pertahanan yang ia ciptakan seakan runtuh. Tak dapat di pungkiri bahwa ia merasakan kehangatan yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata – kata. Semarah apapun dirinya terhadap suaminya itu, tetap saja ia kalah dengan sikapnya ini yang begitu manis dan lembut. Pesona yang tak sanggup untuk ia tolak sekalipun. Xie Xie hanya dapat pasrah dan menghela napas dalam dekapan suaminya itu.

Spring HopeWhere stories live. Discover now