Chapter 3 Part 2

13 2 0
                                    

“Akhirnya selesai juga ya hyung.” Jungkook berjalan beriringan dengan Heo Yoongi setelah selesai dalam pertunjukkan mereka.

“Aku ingin segera beristirahat,” Jawab Yoongi singkat.

Sepanjang langkah mereka tidak banyak yang keduanya bicarakan. Mereka hanya berjalan dalam diam dan larut dalam pikiran masing - masing. Mungkin karena rasa lelah yang mereka rasakan setelah penampilan mereka.

Saat mereka berada di panggung mereka terlihat sangat sempurna dan sangat bersemangat. Bagaimanapun juga, mereka berusaha untuk menampilkan yang terbaik di depan para penggemar mereka yaitu ALDEBARAN. Meskipun lelah, ketika bertemu para penggemar mereka, rasa lelah itu-pun sirna. Hanya kenangan terindah yang terukir hari itu.

***

Sesampainya di lantai 15, Aeri keluar dari lift. Aeri sedikit tampak ragu untuk memilih jalan. Dia berusaha mengingat dimana tadi ruangan yang ia masuki bersama Heng Riu dimana Ryu Mi berada di ruang tersebut untuk menunggunya. Sekilas memang tampak membingungkan karena lantai tersebut nampak lengang dari pada pertama kali ia tiba. Tapi ia berusaha mengingat jalan mana yang ia lewati.

Gedung tersebut di fasilitasi dengan lift yang berada di kedua sisi gedung, sehingga tata letak setiap lantai akan sangat berlainan di antara kedua sisinya. Tergantung dengan jalan yang mereka ambil. Pasti akan berbeda satu sama lain meskipun dalam lantai yang sama. Tapi Aeri ingat benar bahwa di depan pintu ruang backstage tersebut terdapat sebuah pot berukuran sedang yang di Tanami tumbuhan kaktus.

Setelah melewati beberapa ruangan, ia berbelok ke arah kanan. Aeri memperlambat langkahnya ketika sebuah lukisan yang tergantung di dinding menarik perhatiannya.
Wah berseni sekali.

Aeri bergumam mengagumi lukisan tersebut. Setelah puas, ia melanjutkan langkahnya. Sesekali Aeri berjalan sambil melompat kecil saking senangnya. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah lorong dimana terdapat ruangan yang ia cari. Pencahayaan di sana sangat terang sehingga tidak sulit bagi Aeri untuk menemukan ruang tersebut. Sekiranya kurang dari enam meter, Aeri menghentikan langkahnya. Dia tidak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Aeri menangkap sosok pemuda mengenakan baju berwarna putih gading dengan celana hitam yang sangat pas. Beberapa detik Aeri memandang pemuda itu. Benarkah dia. Benarkah dia yang kini berdiri tepat di depannya.

Tidak hanya Aeri, pemuda itu juga membalas memandang Aeri dengan tatapan terkejut dan tidak percaya. Tidak terelakan, kedua mata mereka saling bertemu. Aeri merasakan sesuatu sedang berdesir dalam hatinya. Terdapat sebuah gejolak perasaan yang tidak menentu. Aeri merasa seolah kehilangan keseimbangannya. Seolah tulang – tulang dalam tubuhnya hendak runtuh begitu saja. Sebuah perasaan yang sulit untuk dia artikan.

“Oppa.” Aeri bergumam nyaris tak bersuara.

Tapi melihat pakaian yang dikenakan oleh pemuda itu dan juga gaya rambutnya, tak salah lagi bahwa ia adalah seorang idol. Seolah tak percaya, dengan reflek Aeri mulai melangkahkan kakinya dengan langkah mundur. Ada perasaan kecewa yang bergelayut dalam dadanya sehingga sejenak Aeri merasa sesak. Seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

“Aeri – ah.” Pemuda itu mencoba mendekati Aeri.

Tetapi semakin pemuda itu mendekatkan diri, Aeri melangkah mundur hingga akhirnya ia berbalik dan berlari menjauhi pemuda itu.

“Ya! Aeri – ya! Jangan lari! Dengarkan aku!”

Tanpa pikir panjang pemuda itu berlari mengejar Aeri yang terlihat sangat terluka. Sedangkan Aeri berusaha untuk tidak memperdulikan teriakan tersebut dan terus berlari untuk menghindar. Sebenarnya apa yang terjadi hari ini. Awalnya Aeri sangat ceria dan merasa senang, tiba – tiba saja ia merasa kecewa.

Spring HopeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt