JD

185 8 0
                                    

>Three-Shot<

~Monochromatic(part 3)

.・゜-: ✧ :- 𓆩♡𓆪 -: ✧ :-゜・.

Pagi hari telah tiba. Dunk terbangun tepat pada jam 08:30 pagi karena alarm pada ponselnya telah berbunyi. Ia lupa men setting ulang alarmnya lagi. Masih dalam keadaan mengantuk, dirinya bangun dari kasur dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.

Di dalam, ia mengguyur diri menggunakan air hangat dari shower dan dengan mendongakkan kepala sebentar, membiarkan air hangat itu berusaha menghilangkan rasa kantuk.

Dunk bukanlah tipe orang yang berlama-lama saat mandi, hanya perlu sekitar beberapa menit dan ia sekarang berada di depan cermin yang memantulkan seluruh refleksi tubuhnya. Berusaha mengenakan pakaian yang sering digunakannya saat di rumah.

Setelah selesai, Dunk keluar dari kamar dan berjalan santai menuruni tangga.

Rumahnya memiliki dua lantai. Di lantai dua sengaja dibuat untuk kamar Dunk seorang dan ruang studio yang dirancang khusus untuk melukis dan memajang semua hasil karyanya. Alasan untuk itu, yang pertama adalah kedua orang tua Dunk punya kebiasaan keluar dan masuk kamar, jadi jika keduanya berada di lantai dua maka mereka akan kelelahan. Lalu alasan kedua adalah karena Dunk.

Setelah mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kesalahan pada penglihatannya, ia mengalami trauma dan tidak ingin diganggu. Selama masa trauma, Dunk lebih banyak menghabiskan waktunya di studio atau di kamar tidurnya. Kegiatan yang ia lakukan hanyalah melukis dan melukis sampai dirinya merasa tenang.

Saat menuruni anak tangga terakhir, Dunk melihat Mamanya sedang duduk di sofa sambil menonton televisi di ruang keluarga. Tidak biasanya, pikir Dunk.

"Ma?" Panggilnya dan membuat sang Mama menoleh.

"Halo sayang. Selamat pagi, tumben sekali jam segini baru bangun."

"Pagi ma. Aku lupa ganti alarm."

"Ohh. Ya sudah sana, kamu sarapan dulu."

Walau bingung mengapa sang mama sudah selesai di dapur, ia tetap menurut. Berjalan menuju ruang makan yang digabung dengan dapur. Biasanya Mamanya masih sibuk di sana, entah apa yang dilakukan.

Tepat saat sampai di dapur, Dunk melihat seseorang. Seorang pria yang ia temui beberapa hari yang lalu, seseorang yang membuatnya berdebar-debar semalam.
Joong Archen, sedang mencuci piring di wastafel. Membelakanginya.

Merasa ada yang datang dari arah belakang, Joong menoleh sedikit untuk melihat siapa yang datang ke dapur.

"Selamat pagi, Dunk." Sapanya sambil tersenyum.

"Ah iya. Selamat pagi."

Setelah mencuci satu piring terakhir dan meletakkannya, Joong membilas tangannya dan berjalan ke arah Dunk.

"Kamu mau sarapan kan? Nih, mama sama aku bikin ini."

Joong menyodorkan sepiring Curry yang sudah dibuatnya. Dunk berganti menatap piring itu dan juga Joong dengan ekspresi bingung.

"Kamu juga yang bikin? Kenapa?"

"Itu, ga enak rasanya kalo sudah izinkan menginap terus pergi gitu aja. Jadi aku bantu mama masak dan bantu-bantu, ini juga aku pinjam baju papa dulu."

Dunk melihat Joong dari atas ke bawah, ternyata pria itu memang menggunakan pakaian milik papa-nya. Ia baru sadar, pantas aja merasa familiar dengan modelnya.

Joylada[PP-JD]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt