(21+) PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH

Start from the beginning
                                    

[ … ]


 

Ilustrasi: Bram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ilustrasi: Bram


Nenekku sudah cukup tua sehingga lebih banyak hanya di rumah saja melakukan apa saja yang dia suka, seperti hobinya untuk memasak. Aku tidak bisa meninggalkan Nenek karena dia sangat bergantung padaku. Alhasil, ketika semua orang di kampungku merantau ke kota, aku tidak bisa melakukan hal yang sama. Setelah tamat SMA, aku mencari kerja di sekitar kampung. Beruntungnya, aku punya sanak saudara yang menjabat sebagai Kepala Desa. Berkat koneksinya, aku bekerja di Kantor Kepala Desa sebagai staff administrasi meskipun cuma lulusan SMA. Kantor Kepala Desa tidak terlalu jauh dari rumah sehingga aku hanya perlu berjalan kaki sekitar 15 menit ke kantor. Selain itu juga, aku bisa selalu menjaga Nenek yang sudah memasuki usia renta.

Ternyata, menjadi seorang staff administrasi membuat aku cukup sibuk bekerja. Apalagi, karena kerjaku bagus, aku juga mulai dipromosikan menjadi kepala bagian yang menangani anak-anak baru. Aku jadi sering pulang larut malam sehingga Nenek-ku sendirian di rumah. Pernah suatu kali, saat habis memasak makan malam untukku, Nenek jatuh pingsan karena vertigo. Saat aku sampai larut malam, aku segera membawa ke puskesmas terdekat. Aku jadi mengkhawatirkan keadaan Nenek ke depannya kalau pekerjaanku semakin menumpuk.

Untungnya, kami mendapatkan permintaan tolong dari saudara jauh kami di kampung sebelah. Anak dari sepupu Nenek menitipkan anak perempuannya di rumah kami karena beliau akan berangkat sebagai TKW ke Arab Saudi, menyusul Ibu juga, setelah beliau bercerai dari suaminya. Anehnya, dia berangkat bersama seorang temannya lain yang janda dan menitipkan anak perempuannya juga ke kami. Sebagai kompensasinya, kedua ibu mereka akan mengirimkan uang bulanan ke kami dan kedua anak perempuan itu akan ikut menjaga dan merawat Nenek.

“Tetapi Nenek di rumah tinggal bersama Bram, cucu Nenek yang sudah pemuda gagah lho, Nduk…” jawab Nenek melalui ponsel saat aku berada di rumah. “Apa nyaman buat kedua anak kalian? Lagian, Wiwin dan Ririn juga sudah besar… Sudah perawan… Apa nyaman tinggal serumah sama Bram? Belum lagi, bagaimana tanggapan orang-orang kampung…”

“Wiwin sama Ririn mau-mau saja kok, Nek… Lagian, Bram kan pria baik-baik… Wiwin kan juga masih ada hubungan saudara sama Bram… Nanti kami yang pamit ke Pak Kades biar tidak ada fitnah…”

Singkatnya, Nenek setuju menampung dua anak perawan itu. Hitung-hitung, sebagai teman Nenek saat aku bekerja. Selain itu, uang bulanannya juga lumayan untuk menambah-nambah uang tabungan Nenek.


[ … ]


Kehidupan di rumah jadi semakin ramai sejak kedatangan Wiwin dan Ririn. Mereka berdua ternyata sudah bersahabat dari kecil. Usia mereka juga tidak terpaut jauh; Wiwin 17 tahun, sedangkan Ririn 18 tahun. Karena kedua orang tua mereka bersahabat, mereka kenal dari kecil dan disekolahkan bersama. Setelah mereka lulus SMA beberapa bulan setelah percakapan telepon itu, kedua ibu mereka mengantar Wiwin dan Ririn ke rumah dan segera berangkat dan masuk ke asrama PJTKI untuk tidak lama kemudian langsung berangkat ke luar negeri.

KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)Where stories live. Discover now