06

33 0 0
                                    

Sesuai tradisi kerajaan Pendragon, setiap gadis yang akan menghabiskan malam bersama sang raja harus mengikuti serangkaian kegiatan perawatan, agar tubuhnya bersih dan wangi ketika melayani sang raja.

Setelah mengatakan kebersediaannya melayani raja Richard, Eleanor diboyong oleh Aria menuju istana bagian timur, bagian dimana raja dan ratu tinggal. Letak bagian istana tersebut cukup jauh dari Luna Paviliun. Ia harus melewati beberapa ruangan di istana bagian tengah untuk mencapai istana timur.

Sepanjang perjalanan menuju istana timur ia dibuat terkagum-kagum dengan ornamen istana yang memanjakan mata. Warna putih dari batu marmer tampak berkilau diterpa sinar matahari.

Antara istana tengah dan istana timur dibatasai dengan pagar yang menjulang tinggi. Pintu masuk utamanya dihiasi dengan pintu gerbang yang tinggi, diukir dengan simbol-simbol kerajaan. Sebelum memasuki istana timur, ia diperiksa dengan ketat oleh prajurit.

Lagi-lagi Eleanor terkagum-kagum dengan istana ini. Dinding istana terbuat dari batu putih yang bersih, dipadukan dengan ornamen kristal tampak bersinar berkilauan. Ia seperti masuk ke dalam dunia lain ketika menginjakkan kaki di sini.

Seperti di Luna Paviliun, aula utamanya berkubah transparan, memperlihatkan pemandangan langit yang memukau. Interior istana dirancang dengan nuansa putih dan emas. Di ujung aula terdapat tangga Y. Terdapat dua cabang di tengahnya. Sayap kana dan sayap kiri. Sayap kanan merupakan ruangan pribadi  raja dan sayap kiri merupakan ruang pribadi ratu.

Aria mengatakan jika Raja dan Ratu tidur di tempat yang terpisah. Mereka tidur bersama jika Yang Mulia Raja menginginkan Yang Mulia Ratu. Sisanya, mereka akan tidur di kamar pribadi masing-masing.

Aria membawanya menuju sayap kanan, tempat pribadi sang raja. Mereka masuk kedalam sebuah ruangan pemandian. Ruangan pemandian ini diperuntukkan bagi gadis atau selir yang akan melayani raja. Wanita yang dipilih untuk menemani sang raja akan diberikan perawatan eksklusif, begitupun dengan Eleanor. Ia harus melalui ini sebelum ke kamar pribadi raja.

Setelah melalui perawatan yang panjang, akhirnya Eleanor telah siap dibawa menemui raja Richard. Penampilan Eleanor tampak memukau malam ini. Rambut coklatnya dibiarkan terurai panjang dengan hiasan bunga mawar. Wajahnya tampak dipoles dengan cantik, membuat auranya semakin terpancar. Tubuhnya pun menguarkan aroma mawar yang memabukkan. Penampilan Eleanor sangat cantik dengan balutan kimono berwarna hitam.

"Sudah waktunya." Ujar Aria. Ia memberi instruksi pada Eleanor untuk mengikutinya.

Eleanor dengan patuh berjalan di belakang Aria. Kepalanya tertunduk dengan jari yang saling bertaut. kegugupan semakin melingkupinya.

Aria membawa Eleanor menuju kamar pribadi raja Richard. Mereka melewati lorong istana yang sepi.

"Ingat, layanilah Yang Mulia dengan sepenuh hati. Berikan pelayanan yang terbaik supaya Yang Mulia membebaskanmu." Aria memberikan nasehat untuk Eleanor.

"Baik Aria." Ujar Eleanor.

Langkah mereka berhenti di depan pintu besar.
"Hidupmu setelah ini tergantung di kamar ini." Pungkas Aria. Sebelum undur diri, ia mengetuk pintu tersebut tiga kali. Dua Kasim yang berdiri di depan pintu membuka pintu besar tersebut setelah terdengar sautan dari dalam.

Eleanor melangkah masuk ke dalam kamar yang sangat luas. Dinding-dinding kamar dihiasi dengan hiasan emas dan kristal. Lantainya dialasi dengan karpet berbulu lembut. Di tengah-tengah kamar, terdapat ranjang berukuran besar dengan seprai sutera dan selimut berwarna emas.

Eleanor melihat laki-laki yang sebulan lebih tidak dilihatnya sedang duduk dengan nyaman di ranjang. Tatapan mereka beradu sekilas. Namun, segera Eleanor putuskan. Dengan kaku, Ia menunduk hormat. Ia menelan ludahnya dan menguatkan tekadnya.

"Hormat hamba Yang Mulia. Izinkan hamba melayani Anda malam ini." Kedua matanya menatap sang raja dengan senyum simpul terpatri di bibirnya.

Raja Richard menyeringai. Ia benar-benar tidak percaya wanita yang menolak dan menghinanya mentah-mentah berada di hadapannya.
"Rupanya kau sudah berubah pikiran. Apakah sebulan lebih dikurung membuatmu berubah pikiran atau karena kau merindukan aku?" Ujar raja Richard dengan percaya diri.

Eleanor mengumpat dalam hatinya. Rindu? Ia sama sekali tidak merindukan laki-laki bajingan itu.

Eleanor tersenyum lebar, menampilkan giginya yang berjajar rapih. Ia berjalan mendekat ke arah raja Richard dengan tubuh melenggak lenggok.

Dengan berani, Eleanor duduk di atas paha sang raja dengan kedua tangannya dikalungkan ke leher raja Richard. Kepalanya ia sandarkan ke dada bidang sang raja.

"Yang Mulia pintar sekali menebaknya. Tentu saja aku merindukanmu, Yang Mulia. Ragaku merindukan sentuhanmu dan jiwaku merindukan kehangatanmu." Ujar Eleanor dengan suara manja. Berikan pujian untuk Eleanor atas aktingnya malam ini. 

Raja Richard terkekeh mendengar rengekan Eleanor. Ia melepaskan belitan tangan Eleanor di lehernya dan memundurkan kepala Eleanor.
"Apa rencanamu kali ini? Apa yang kau katakan pada Aria hingga membuatnya membawamu ke sini?" Tanya sang raja sambil kedua tangannya memegang lengan atas Eleanor.

"Rencanaku malam ini membuatmu terpuaskan, Yang Mulia." Jawab Eleanor dengan tatapan penuh damba.

Raja Richard menaikkan salah satu sudut bibirnya.
"Memangnya apa yang akan kau lakukan untuk memuaskanku."

"Membuat raga kita bersatu dalam pusaran gairah, membuat bibirmu mengalunkan namaku, dan membuat penerusmu berada dalam rahimku." Pungkas Eleanor.

~Bersambung~

Kelanjutannya ada di Karya Karsa.

Publikasi ulang: 04 April 2024

Moonlit DesiresDonde viven las historias. Descúbrelo ahora