2* Pena & pertama di Rumah baru

16 4 0
                                    

Minggu 26 desember 1999


PAGI lumayan cerah hari ini. Jalanan raya yang berlekuk dipenuhi air hujan yang sangat deras malam tadi. Mobil-mobil berlewatan ke kanan dan ke kiri. becak - becak berparkiran di pinggir jalan. Aku menghela nafas panjang. Menolehkan kepala. Tetangga sebelahku melihat kami sinis yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam bagasi mobil. Ada apa dengan nya, padahal kami tidak pernah mengusik hidup keluarga mereka. Akhir-akhir ini mereka seperti tidak menyukai kami, bahkan-Rita saja teman kecilku sekarang setiap bertemu denganku hanya memandang sekilas dengan sinis.

"Pena!"

Teriakan seseorang membuatku terhenti beraktifitas, suara itu tak asing di telingaku. Aku menoleh padanya yang sedang berdiri seraya melambai-lambai kan tangan nya di sisi sebrang jalan untuk menyebrang. Namanya-Kino pratamo-dia pacarku yang sangat baik hati sekali, selain baik, tentu pesona tampan nomer satu bagiku, karna akupun cewek yang cantik, hehe. Oh ya, aku berstatus pacaran dengannya sudah menginjak 7 tujuh bulan. Yaaa, cukup lumayan bisa dibilang sedikit lama aku jalani pacaran dengannya. dan yah, aku merasa nyaman jika di dekatnya.

Sedetik berikutnya, Aku melanjutkan langkah menuju mobil papaku untuk memasukkan barang yang terbungkus kardus itu ke dalamnya.

"Pena!" Teriaknya lagi. Dia sudah menyebrang dan menghampiri ku yang sedang menghibaskan kedua tangan ku penuh debu.

"Kamu mau ke mana?" Tanyanya saat sudah di hadap ku. Aku tersenyum selebar mungkin. Ini bukan perpisahan, Dia masih bisa kan main ke rumah baru ku? jadi, aku tak perlu menangis dulu sebelum pergi.

"Aku mau pindah rumah," jawabku.

Dia mengerutkan keningnya sambil menatapku se sedih mungkin. Lalu menggenggam tanganku.

"Tempatnya jauh tidak? Nanti kalau aku rindu gimana?" Ucapnya sambil menatapku. Memohon-mohon.

"Aku tuliskan alamatnya yah. lagian, nanti kita bisa telfon," balasku. Dia mengangguk cepat. Hidupnya akan kesepian jika tidak ada aku. Namun kenapa selama ini kita berpacaran, dia belum mengenalkan orang tuanya padaku, orangtuanya sangat sibuk katanya.

"Hey kino! Bantuin masukin barang-barang ke dalam mobil dong. Biar di restuin!" Teriak kakak ku.

Oh ya, kakak ku cowok bernama-arthur agustino. aku memanggilnya- kak arthur. Kalian tau, Kak arthur itu kakak yang sangat menyebalkan. Apalagi jika aku akan tertidur, dia suka iseng menjaili ku dengan mengetok pintu kamarku, ketawa genderuwo, bersiul-siul. Ooohz, itu Sangat menyebalkan.

Aku kembali fokus menuliskan alamat di keretas. Ku percepat tanganku. Se sudah ku tulis dengan lengkap, aku serahkan padanya. Dia terus berceloteh sedari tadi sejak aku menulis, namun aku tidak terlalu mendengar nya. Lalu aku menggenggam tangan nya.

Dia masih berceloteh, "Gak bisa tahun baruan bareng dong, beb," katanya. Bahu nya merosot lesu. Aku menggeleng pelan lalu memberikan selembar kertas yang sudah ku isi alamat dan dia menerimanya.

***

Sangat membosankan sekali melihat muka kak arthur yang sedang anteng mengorok tidur di dalam mobil. apalagi, suara ngoroknya mirip babi kegencet tikus. Sangat di luar nalar.

Aku menghela nafas panjang. Memandangi luar lewat kaca. Mememeluk adik ku yang sedang di pangkuanku.

"Masih jauh gak pah?" Tanya adik ku. Kemudian, adik ku menengadah kan kepalanya menatapku. Tersenyum. Aku langsung mengusap muka nya.

"Bentar lagi will, sabar." Mamah ku menjawab. Adik ku meraba-raba muka nya. Menyingkirkan tanganku. Menatapku kesal.

Setelah sudah sampai. Aku cukup terkejut dengan rumahnya. Dilihat dari luar sangat rapih dengan gaya amerika klassik. Papaku memang suka menonton film-film amerika.

Aku dan adikku masuk ke dalam dengan lebih dulu. Membuka pintunya dengan kunci yang mama berikan padaku.

Sedangkan kak arthur dan papa mengangkut barang-barang dari dalam mobil untuk di masukan ke dalam. Syukurlah kak arthur sering-sering di andalkan.

Setelah masuk, Adik ku sepertinya sangat suka sampai berlari-lari saking gembiranya. Aku dan mama menelusuri setiap ruangan yang berwarna putih elegan itu. Sampai akhirnya kami berhenti di halaman belakang yang mengarah langsung pada sebuah danau. Tampak indah dan asri tempat ini. Tersedia ayunan juga yang menggantung di pohon besar.

Di hari menjelang sore, aku ngabuburit bersama adikku menaiki sepeda mengikuti jalan aspal. Bolak-balik. Dede sangat gembira sekali saat aku melakukan jemping. Tertawa puas. Menonjok punggung ku saat tertawa.

Aku dan adik ku akhirnya pulang ke rumah dengan selamat. Tak meninggalkan luka apapun. Namun badan kami penuh dengan keringat. Adik ku masih saja melontarkan tawa. Aku dan adik ku saat bersepeda tadi terjatuh bertubrukan saat aku hendak melepas tangan dua. Nekat. Sudahlah, Aku ikut tertawa pelan jika kembali mengingatnya lagi.

Aku dan kakak ku berebut ayam goreng saat berbuka puasa. Benar-benar kakak yang menyebalkan ditambah tidak mau mengalah pada adiknya. Sampai sudah selesai berbuka aku dan kak arthur saling melemparkan wajah penuh dendam.

Setelah berbuka puasa, Papa bercerita tentang danau di belakang rumah baru kami. Katanya tidak ada yang boleh berenang di sana, karna kemungkinan nanti akan bisa tenggelam kapan saja.

Saat papa bercerita itu, atmosfer tiba-tiba menjadi mencekam. Desiran angin terdengar lirih.

Aku masih terbayang kejadian semalam di kamar rumah lama ku. Aku takut di rumah baru ini akan ada kembali hal-hal aneh. Aku meminta pada papa dan mama, kalau aku akan tidur bersama dede. Meski adik ku masih kecil, tapi setidaknya aku ada yang menemani.

***

Seru ga?

Semuanya Karena Iblis (Hiatus)Where stories live. Discover now