1* Pena & persiapan, memindahkan baju

39 5 3
                                    

1 minggu sebelumnya

Sabtu 25 Desember 1999

♤♤

MALAM ini guyuran hujan masih belum reda. Kilatan cahaya saling bersahutan mengeluarkan suara menggelegar. Geledeg petir. Aku membuka lemari kayu ku untuk memindahkan baju-baju ku ke dalam koper hitam. Besok kami akan pindah ke rumah baru. Hm, sejujurnya agak sedikit sedih untuk meninggalkan rumah ini. Kenangan-kenangan indah sudah banyak tercipta di rumah ini. Mungkin Sulit untuk melupakannya dalam waktu sebentar. Melupakan kenangan.

Tapi, pindah rumah baru adalah pilihan tepat kata papa ku. Katanya, papa membeli rumah itu dengan harga murah dan lokasinya cocok untuk kami. Jauh dari jalan raya yang tiap hari selalu mendengar suara kendaraan hingga pada saat malam hari susah untuk tertidur. Namun, keluarga kami sudah terbiasa dengan itu. Jadi, jika aku ingin tidur, anggap saja suara kendaraan itu adalah musik yang sedang di putar. Kata papa ku begitu.

Sebenarnya, bukan cuma suara kendaraan itu saja yang mengganggu. Namun suara-suara aneh kian seperti meneror kami akhir-akhir ini. seperti mendengar air keran yang menetes saat malam hari, ketokan dari atap kamarku. Ketokan itu bukan hanya di kamarku, Namun semua kamar di rumah kami yaitu kamar, Adik ku, kakak ku dan mama papa ku juga mendengar hal yang sama. Suara itu terdengar baru-baru ini. Dari aku kecil tak ada suara apapun. Kata papa ku tetangga kami itu tidak beres. Ah, kami memang akhir-akhir ini sering menonton acara-acara horor di televisi, mungkin hantu juga menonton nya. 

Oh ya, namaku pena sutena dan biasa di panggil pena saja. Umurku sudah menginjak 18 belas tahun sekarang. Aku tak tau kenapa papa ku menamaiku menjadi pena. Kata papa ku, itu nama yang cocok dan memiliki arti khusus untuk ku. entah, setauku pena itu untuk menulis.

"Kakak!" 

Adikku cowok yang berumur delapan tahun itu memanggilku dengan berteriak setelah membuka pintu kamarku. Namanya—William morgan. Hm, giliran nama adikku saja bergaya yang terdengar kebarat-baratan. Ah sudahlah, Aku mempercepat memasukkan baju ku yang hampir semuanya selesai ku masukkan. 

"Kak pena," lirih adikku. 

William menaiki kasur dan memeluk punggung ku. Membuat Tubuhku sedikit sempoyong ke depan. 

"Ada apa dek?" Tanyaku dengan lembut. 

Aku menutup koper ku yang sudah terisi penuh dengan baju-baju telah ku masukan semuanya. Adikku mencium pipiku lama. Hm, dia pintar sekali menggoda kakak nya. Aku tau, adik ku kalau seperti ini pasti ingin sesuatu. 

"Mau apa?" Tanyaku. 

Adikku melepas kan ciumannya di pipiku. Kemudian adik ku turun dari kasur. 

"Main petak umpet yu kak," ajak adik ku. Rupanya dia ingin bermain. Aku mengulas senyum tipis padanya. "Udah malem, dek. besok aja di rumah baru yah," kataku dengan lembut dan adik ku mengangguk gemas. 

"Dede mau denger cerita gak?" Tawarku sambil menoel hidungnya. Dede memang suka mendengar cerita, dan cerita horor paling disukainya. Adik ku sangat pemberani, ia bukan penakut. Aku bangga padanya. 

"Mau!!" Adikku berseru riang meloncat-loncat. Tidak sabar untuk mendengar cerita dariku.

"Tapi ini ceritanya serem banget loh, nanti bisa kedatangan beneran," ucapku menakut-nakuti. Namun aku ingat lagi adik ku william ini bukan penakut. 

"Ini kan bulan ramadan, kata mama semua hantu pada di kurung," balas adik ku. Sepertinya, ia tetap ingin mendengar cerita ku. Benar katanya, ini bulan ramadan, tapi kenapa suara-suara aneh itu selalu muncul di malam hari. ah, bisa gila aku memikirkan hal itu terus. Aku mengusap muka ku.

"William tidur! Nanti sahur nya kesiangan loh! Besok kita pindah pagi-pagi!" Teriak mama ku. Mama ku bernama gea, dia sangat menyayangi william. Maka nya adik ku ini sangat manja. 

Adik ku memerostkan bahunya lesu, "yaaah, gak bisa denger cerita deh," ucapnya dengan cemberut. Aku melihatnya sangat gemas sekali, rasanya ingin sekali ku memotong bibirnya. Aku terkekeh kecil. 

"Sanah-sanah!" Suruhku dan adik ku langsung mengangguk, setelah itu beranjak pergi dari kamarku. Hujan masih belum berhenti. 

Setelah adik ku telah benar-benar pergi. Aku berbaring ke kasur ku. Menyalakan radio kesayanganku. Kemudian aku tertidur. 

Tok tok!

Kresek!

***

Suara apa itu?

Semuanya Karena Iblis (Hiatus)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu