Chapter 6

1 0 0
                                    

"kau terlalu gegabah, kita hampir ketahuan"gerutu seseorang, matanya menatap nyalang kearah lawan bicaranya

"Itu ketidak sengajaan, aku sudah berhati-hati. Hanya saja gadis itu yang terlalu cerdik" balasnya dengan kesal mengabaikan tatapan seseorang yang berada didepannya

"Maka dari itu lain kali kau harus berhati-hati? Jangan sampai karena tindakan impulsif mu itu seluruh rencana yang sudah dirancang harus hancur berantakan?"jelasnya, kemudian melangkah menjauh meninggalkan lawan bicaranya

"Sialan, sialan, sialan"gerutunya kemudian mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya

Ruangan gelap dengan pencahayaan minim, asap rokok mengepul dari seseorang dengan Hoodie berwarna navi serta topi berwarna cream. Matanya menatap lurus kedepan, pandangannya menghunus dengan dingin entah apa yang tengah dia fikirkan namun dari raut wajahnya hal mengerikan mungkin akan terjadi

                                ☁️☁️☁️☁️

"ANGGARA?? ANGGARA TUNGGU SEBENTAR!!"gema suara seorang gadis memantul dikoridor kelas Xll

"Hanif? Ada apa?"tanyanya dengan menatap seorang gadis yang terlihat tengah mengatur nafasnya

"Tu-ngg-nggu dulu, ada yang ingin ku bicarakan"jawabnya, dengan terus mengatur nafasnya yang tak beraturan

"Sehari sebelum Ensira menghilang....... Kau bertemu dengannya bukan?"gadis itu menatap Anggara dengan ekspresi datar, matanya terus menatap wajah pemuda itu

"Hmmm yah?"jawabnya tenang tanpa ekspresi

"Apa yang kalian bicarakan, orang terakhir yang dia ajak komunikasi adalah dirimu? Apakah dia tak membicarakan sesuatu yang janggal kepada mu?"tanya beruntun,  berkilat dengan rasa penasaran

"Tidak, kami bertemu karena aku........."Anggara menjeda ucapannya, kemudian menghela nafas menghilangkan rasa gugupnya

"Aku apa?"serunya dengan penasaran

"Aku ingin mengungkapkan perasaan ku" tukasnya dengan suara pelan diakhir

"Setelahnya apakah kau mengantarnya pulang?"gadis itu bertanya dengan ragu, dengan wajah yang tegang dia beralih menatap Anggara

"Tidak, aku berniat mengantarnya namun Ensi menolak. Dia mengatakan bahwa seseorang akan menjemputnya"jelasnya dengan meneliti wajah Hanifa

"Kenapa kau tak mengantarnya pulang? Kalian pulang jam berapa?"nada kesal dan marah menusuk indra pendengaran pemuda itu, wajah Hanifa pias setelah mendengar jawaban Anggara

"Ada apa? Kami berpisah sekitar jam setengah sembilan, itupun karena seseorang menelpon Ensira. Ketika ku tanya dia bilang itu adalah mommynya"rasa penasaran menggerogoti Anggara, melihat respon Hanifa sebuah tanda tanya hinggap di kepala Anggara

"Anggara, aku harus pergi? Sepertinya aku harus berbicara dengan Alura dan Serio"Hanifa membalikkan tubuhnya setelah mengatakan  itu, namun cekalan dipergelangan tangannya menghentikan pergerakannya

"Aku ikut"putus Anggara kemudian melangkah dengan tangannya yang menggenggam pergelangan tangan Hanifa

Hanifa pasrah ketika Anggara melangkah menuju gudang belakang, ingin menolak namun pemuda itu terlanjur menarik dirinya

                             ☁️☁️☁️☁️

Ruangan gelap tanpa pencahayaan, bau anyir darah menusuk hidung ruangan itu panas, sunyi, dan pengap. Beberapa belati tergelatak disebuah meja kayu yang telah rapuh, di samping terlihat banyak foto seorang gadis yang tengah tersenyum dengan manis

Garuda High SchollWhere stories live. Discover now