✯ Obat Tidur dari Sila

9 6 12
                                    

  Happy reading (◕ᴗ◕✿)

_________________________________

Tiga hari lalu, di acara ulang tahun Cila. Adalah terakhir kalinya ia bertemu Dengan teman nya Sila. Akhir akhir ini, Irana lebih banyak menghabiskan waktunya di butik karena memiliki cukup banyak pesanan.

Mengingat dirinya yang tak bisa tertidur selama beberapa hari ini. Membuatnya memutuskan untuk menginap di kantor mengerjakan pesanan pesanan itu. Meskipun terkadang masih ditemani oleh beberapa karyawan nya yang lembur secara bergantian.

" IRANAA!!" Teriak seorang gadis berbalut jaket denim di depan pintu ruangan Irana.

" Astaga Sila, bisa gak, jangan teriak-teriak."

" Gak bisa, sahabatku ini sibuk banget. Bukan nya udah selesai ya hari ini. Ayo pulang, aku bawa makanan mamak," ajaknya pada Irana.

Irana yang mendengar itu pun menyetujuinya. Lagi pun memang pekerjaan nya sudah selesai hari ini. Akhirnya memutuskan untuk pulang bersama Sila.

Keduanya sampai Di rumah Irana dengan selamat. Rumah itu tetap terlihat rapi namun sedikit berdebu. Karna terhitung sudah dia hari ia tak pulang.

" Astaga, Ran. Kamu gak berubah jadi panda kan?" Ucapnya sarkas melihat wajah Irana yang lesu dengan lingkaran hitam di bawah mata.

" Ada-ada aja kamu, ya enggak lah," Ucap Irana menyangkal.

" Aku gak bisa tidur tiga hari ini, Sil."

" Kenapa?"

" Inget mimpi yang aku ceritain waktu itu? Aku selalu mimpi itu. Aku takut, Sil. Aku gak berani tidur."
Matanya sudah berkaca-kaca. Air matanya sudah siap meluruh membasahi pipi.

Sila yang mendengar pernyataan Irana langsung memeluk gadis yang sudah menangis itu. Seseram itu kah mimpinya hingga membuat Irana yang selama ini terlihat kuat sampai menangis hanya karena sebuah mimpi.

" Tapi jangan gitu, Ran. Itu malah bikin penyakit buat tubuh kamu." Sila terus mengelus punggung gadis yang masih tahan dengan isak tangis nya itu.

" Aku takut, Sil. Di mimpi itu seolah aku yang mati. Seolah aku yang ngalamin itu semua. Aku gak berani tidur."

" Itu semua rasanya sangat nyata," lanjut nya sebelum semakin mengeraskan lagi tangis nya.

" Sttt, udah, Ran. Tarik napas, buang. Ulangi sampai kamu tenang."

Hingga dua puluh menit berselang. Irana kini sudah tenang dan memakan makanan nya dengan tenang. Lain hal nya dengan Sila yang sedari tadi masih melirik lirik ke arah Irana di sela-sela makan nya.

Ia takut teman nya itu kembali menangis. Ia melihat wajahnya yang sangat sayu dan lesu. Mungkin akibat ia tak tidur selama berhari hari, dan malah menyibukkan diri di butik milik nya.

" Aku tinggal bentar ya, mau beli sesuatu."

Sila pamit setelah membereskan piring bekas makan nya. Di otak nya tengah memikirkan sesuatu. Suatu cara agar Irana dapat ber istirahat hari ini.

Ia pergi ke sebuah apotek untuk membeli sebuah obat anti mabuk. Kata orang itu bisa membuat peminumnya merasa ngantuk. Setelah pulang dari apotek ia menyempatkan diri mampir ke seorang pedagang ice cream di pinggir jalan.

.......

" Ran, aku bawa ice creamm."

Irana yang sedang duduk di sofa ruang tamu itu tersenyum lebat dan langsung mengulurkan tangan nya untuk mengambil alih ice cream di tangan Sila.

" Biar teman ku ini gak sedih lag," ucap Sila ambil menyodorkan ice cream di tangan nya.

" Emm, maniss."

" Ran, aku tau kamu takut. Tapi, gak istirahat selama berhari-hari itu juga gak baik. Apalagi kamu bukan cuma gak tidur. Kamu juga sama sekali gak istirahat."

" Sil, bukan aku gamau. Tapi sekalinya aku lengah dari kesibukan ku, aku selalu ngerasa ngantuk. Dan berakhir tertidur. Kamu tau? Setiap kali aku bangun dari tidur singkat itu jantung ku berdebar, Sil. Rasanya mau copot,"

" Aku gak betah, aku takut," lanjutnya lagi dengan suara parau.

" Eh- jangan nangis lagi dong. Nanti es nya cair."

" Gapapa, pelan pelan kamu coba."

Irana mengangguk singkat sambil terus menikmati ice  cream di tangan nya. Ia bukan mengabaikan. Ia hanya tak ingin menangis jika terus menyahuti. Ia mendengarkan semua yang dikatakan oleh Sila. Ia juga ingin mencoba untuk tidur, tapi rasa takutnya jauh lebih besar dari kantuk itu sendiri.

Namun, tanpa ia ketahui. Teman nya itu sudah menambahkan obat tidur kedalam ice cream nya.

" Aku nginep di sini ya, udah jam 8 ih, males pulang," izin Sila pada pemilik rumah.

" Iya, tapi izin mamak mu dulu. Nanti di cariin."

" Iya, aku udah chat kok tadi. Lagian aku udah gede kali, Ran," jawabnya dengan sangkalan di akhir kalimat.

" Ya meskipun begitu, kamu kan masih satu rumah sama mamak. Kamu masih tanggung jawabnya," ucap Irana menasehati.

Setelah perdebatan kecil yang berlangsung. Keduanya sudah mulai berbincang santai tanpa memikirkan hal yang dibicarakan sebelumnya.

Hingga kini Irana sudah tertidur nyenyak di sofa panjang miliknya. Sila bernafas lega. Ia sempat khawatir karena obatnya sama sekali tidak menunjukkan  reaksi di tiga puluh menit sebelumnya.

Namun saat ia fokus dengan ponsel nya. Ia tiba-tiba melihat Irana sudah tenang dengan mata terpejam. Sila berjalan menuju kamar Irana  untuk mengambilkan selimut dan bantar untuk mereka berdua.

Sila menutupi tubuh Irana dengan selimut hingga sebatas dada. Ia merasa kasihan pada wajah damai teman nya yang terlihat  kelelahan.

" Maafin aku ya, Ran. Aku gak mau kamu sakit. Ini juga buat kebaikan kamu. Semoga hal ini bisa mengurangi rasa lelah kamu. Setidaknya selama beberapa hari kalau kmu belum berani lagi untuk tidur beberapa hari kedepannya."

Sila mengelus lembut surai halus yang sahabat. Ia segera mengambil posisi di sofa panjang lain nya untuk ikut berbaring dan menyusul teman nya ke alam bawah sadar.

Malam yang tenang. Hari itu benar-benar menjadi malam yang tenang. Bahkan tak ada satupun suara serangga yang mengganggu. Cuaca pun sangat sejuk. Malam yang tenang membawa nya terlarut dalam suatu hal.

Tak ada yang tau, benar benar tak ada yang tau malam itu membawa Irana pergi entah kemana.

❥ ❥ ❥

Update pertama setelah lebaran bang ᕙ(͡°‿ ͡°)ᕗ

Minal aidzin wal faizin yaa
( ˘ ³˘)♥
 







Dream Calls Where stories live. Discover now