✯ mimpi itu, bunga tidur.

28 22 21
                                    

  
Happy reading (◕ᴗ◕✿)

_____________________________________

Karena ada kesalahan dari pegawai, pesanan pelanggan yang harus diambil hari ini mengalami sedikit kesalahan produksi. Lengan  dari gaun berwana putih itu ternodai pewarna yang membuat Irana harus mengurusnya kembali semalaman.

Syukurlah ia masih bisa membenahinya tepat waktu. Meskipun harus semalaman ia bergadang, dan baru bisa pulang kerumahnya pagi ini.

" Kamu yang nyerahin ini nanti ya, Ra," pintanya pada salah satu pegawai.

" Iya, Mbak."

" Kalo gitu saya mau pamit pulang dulu ya, kerja bagus semuanya! Semangat!"

Ia mengambil kunci motornya di atas meja pembatas di lobby. Jarak butik dan rumah memang tak terlalu jauh. Apalagi di jam segini, jalanan pasti masih sepi.

Irana benar benar ingin segera pulang, dan mengistirahatkan seluruh tulang tulangnya yang terasa akan remuk ini.  Ia mengendarai motornya cukup cepat. Karena jalanan yang sepi, ia merasa seperti sedang menguasai jalanan.

Irana sangat menyukai sensasi berkendara di jalanan sepi pagi hari, rasanya udara sangat sejuk tanpa ternodai asap kendaraan pengendara lain.

Tak sampai 20 menit ia sudah sampai di rumahnya. Tampak ibu ibu yang sudah berkumpul di depan rumah untuk menunggu tukang sayur yang akan lewat beberapa saat lagi.

" Pagi Mbak Irana. Baru pulang ya?" Sapa salah satu tetangganya basa basi.

" Iya, Bu. Baru bisa pulang hehe," jawabnya ramah.

" Saya masuk dulu ya, Bu," tambah nya setelah berhasil membuka pintu gerbang.

Ia menaiki kembali motornya dan memarkir nya didalam lalu menutup kembali pagar rumahnya.

Irana tinggal sendiri di rumahnya. Bukan karena orang tuanya yang sudah tiada atau berpisah. Melainkan ini keputusan nya sendiri.

Sejak lulus sekolah, ibunya mendukung Irana untuk membuka tempat jahitan sesuai kemauan Irana, yang kini berkembang menjadi butik yang cukup berjaya. 

Beberapa saat setelah membuka tempat jahit, ibunya memutuskan untuk pindah ke jawa dan tinggal di dekat kakek neneknya. Ayahnya pun menyetujui. Namun, ia memutuskan untuk tetap disini. Karena saat itu bangunan butik nya kini sudah dalam proses pembangunan.

Ia merasa sangat sayang jika harus merelakan hasil kerja keras nya. Meski begitu, orang tuanya pun menyetujui meski dengan perasaan khawatir. Akhirnya hingga kini Irana tinggal sendiri di rumah itu, dan hanya berkunjung ke jawa beberapa kali.

Gadis itu sudah merebahkan tubuh payahnya dia atas hamparan kasur empuk di kamarnya.

" Huhh, leganya. Akhirnya kita ketemu lagi kasurkuu," ucapnya sambil merentangkan tangan dan kakinya memenuhi kasur.

" Mandi dulu apa tidur dulu ya?" Gumam nya menimang nimang.

" Tidur dulu deh, nanti jam 8 an bangun," ucapnya pada diri sendiri.

Ia pun meraih ponsel nya untuk menyalakan alarm yang akan berbunyi pada pukul 8 pagi nanti.

Tak lama setelah itu. Matanya mulai terpejam. Ia mulai larut dalam tidurnya. Bahkan sinar matahari yang mulai masuk melalui jendela kamarnya pun tak sedikitpun mengusik tidur nyenyaknya.

Dream Calls Where stories live. Discover now