Part 1

3.4K 440 21
                                    


Senandung pelan dari bibir mungil perempuan muda yang sedang menggoreng nugget membuat sang suami tersenyum manis. Hari demi hari mereka habiskan dengan perasaan bahagia walaupun pernikahan mereka baru satu bulan lebih sedikit tapi pelan-pelan mereka bisa mencerna apa itu rumah tangga. Bagaimana bersikap saat sudah menjadi seorang istri ataupun suami.

Dulu Melisya saat akan pergi selalu berpamitan pada Azzura maupun Gavril sekarang berpindah tanggung jawabnya mengabari Alex terlebih dahulu. Meminta izin apakah boleh ini itu atau diperbolehkan main. Pandangan pernikahan orang tuanya dulu selalu terekam jelas dalam otaknya, dimana Azzura selalu meminta izin pada Gavril dalam setiap kegiatan. Melihat kisah romantis keluarga harmonis di rumah tangga orang tuanya menjadi patokan Melisya harus seperti itu juga.

Sedangkan rumah tangga Gavril dan Vellin dulu dijadikan sebagai pelajaran juga. Mungkin ibunya tak salah, mungkin ibunya hanya tertekan maupun butuh sandaran tapi tetap Melisya jadikan pertimbangan kalau sikap Vellin kurang baik dan kurang menghormati suami. Sedikit banyak dia akan mengambil yang baik dan membuang yang buruk. Tapi itu semua baru ada di otak Melisya, entah bagaimana nanti kedepannya karena dia juga tak tahu konflik apa yang akan menghampirinya.

Bukankah setiap rumah tangga selalu memiliki permasalahan sendiri-sendiri, tanpa campur tangan masalah dalam rumah tangga bagai masakan tanpa garam akan hambar. Mungkin membuat pusing, iya. Tapi bisa juga menjadikan Melisya sebagai sosok yang lebih dewasa dalam menghadapi masalah, menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang secara sengaja maupun tak sengaja dia perbuat.

"Aku bekelin nugget gak apa-apa, kan?" Tanya Melisya setelah merasakan ada tangan kekar memeluk pinggangnya. Alex tersenyum miring sebelum melirik tumis kangkung berada di meja makan ditutup sangat rapat.

Bagaimana Alex tahu kalau itu tumis kangkung? Jawabannya sangat gampang, kemarin mereka belanja Melisya mengambil kangkung dua ikat, tadi malam sebelum tidur Melisya juga memotonginya dan membelah batang kangkung menjadi dua agar lebih bersih saat mencucinya. Dan yang terakhir sebelum memeluk sang istri dia membuka penutup mangkuk berisi kangkung itu.

"Gak jadi masak kangkung? Katanya mau tumis kangkung sama goreng udang." Tanya Alex menumpukan dagunya pada pundak sang istri.

"Abang, Meli belum bisa bersihin udangnya. Udah Meli rendem dari bangun tadi. Terus tangan Meli gak sengaja ketusuk bagian udang, gak tahu sih itu bagian apa tapi sakit banget." Melisya mematikan kompornya dan memutar tubuhnya menghadap Alex.

"Jari yang mana, Sayang?"

Melisya mengangkat jari telunjuknya menampilkan luka tertusuk berwarna merah. Terlihat sangat kentara dikulit Melisya yang putih bersih. Alex mencium ujung jari istrinya penuh kasih sayang, bibir yang dulu dipakai adu argumen dengan Azzura karena ingin mendekati Melisya kini bisa menciumnya secara langsung. Jangankan cium lebih saja sudah dari malam pertama.

"Nanti gak usah cuci piring, manggil Mbak aja. Kalau gak gitu nunggu Abang pulang biar Abang yang nyuci piring. Kamu istirahat aja, ya."

"Abang, Meli cuma ketusuk gini doang. Bukan yang sakit parah sampai gak bisa cuci piring."

"Tapi ini kalau kena sabun cuci piring perih, Sayang. Gak usah cuci piring, ya. Nunggu Abang aja nanti siang Abang pulang sekalian bawa makanan, cantiknya Abang mau apa?" Melisya menahan senyumnya melihat wajah tampang sang suami terlihat penuh cinta saat menatapnya, bicara penuh kelembutan.

"Sushi, pengen banget makan sushi."

"Oke, nanti Abang beli sushi buat kesayangan Abang. Apa lagi?" Gelengan pelan Melisya menjadi jawaban bahwa dia tak ingin hal lain lagi selain sushi.

"Minggir dulu, Meli mau ngambilin Abang nasi buat sarapan."

"Kamu duduk aja, biar Abang ambil sendiri. Sepiring berdua, ya."

Dream Wedding? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang