Bab 1 : Setelah Mimpi Buruk

41 3 0
                                    

****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****

"CHAFIA, jangan lari-lari, Nak!" tegur seorang perempuan yang berlari mengejar anak perempuan kecil berusia 4 tahun itu.

"Chafia!" Teriaknya lagi.

Lalu ia tertegun ketika putrinya menabrak seseorang hingga menjatuhkan barang-barangnya.

Brak!!

"Chafia!" Dia segera berlari mendekati putrinya yang baru saja menabrak seorang wanita paruh baya yang masih tetap terlihat cantik dan terlihat seperti seorang sosialita.

"Maaf, anak saya tidak bisa diam." Ujarnya seraya menyodorkan tas belanja yang tadi di jatuhkan Chafia.

Perempuan paruh baya itu tersenyum dan menerima uluran tas belanja itu. "Tidak apa, dia masih kecil."

"Chafia, minta maaf."

"Maaf Bu." Jawabnya seraya menatap Ibunya.

"Bukan sama Ibu, tapi sama Ibu ini yang kamu tabrak."

Chafia maju satu langkah dan menjulurkan tangannya, "Maafin Chafia Bu."

Perempuan paruh baya itu tertawa, gemas dengan Chafia yang memiliki wajah yang lucu, manis, dan gembul.

"Anakmu mirip anakku yang perempuan lho. Bentar ya."

Lama keduanya menunggu perempuan paruh baya itu sampai akhirnya perempuan itu menyodorkan ponselnya.

"Lihat, mirip bukan? Ini putriku waktu masih sekecil Chafia."

"Wah iya, kok bisa mirip ya?" Kekehnya seraya menatap anaknya dengan pandangan mata bingung.

"Perkenalkan saya Nurmala, senang bertemu dengan kalian."

"Saya Azel, senang juga bertemu anda. Dan maaf dengan tingkah laku Chafia yang sedikit aktif."

Dia adalah Azel, perempuan yang sama. Perempuan yang menderita karena ketidak beruntungannya dalam hidup. Sejak ia memutuskan untuk membesarkan Chafia, Azel berjanji akan menjadi Ibu yang terbaik bagi Chafia, meskipun tanpa suami dan ayah yang mendampingi dirinya dan Chafia.

Azel tidak tinggal lagi di Jakarta, ia tinggal di Bandung pertengahan kota. Selama lima tahun, tidak ada yang mencarinya sama sekali. Hanya Rangga yang menemaninya.

Untuk bertahan hidup, Azel mencari pekerjaan yang sesuai dengan fashionnya. Tidak sulit bagi Azel untuk mendapatkan pekerjaan, karena Azel memiliki pengalaman dan kemampuan yang menjamin perusahaan manapun akan menerima dirinya. Azel pun tidak pernah memiliki jejak buruk selama ia bekerja di perusahaan lama.

Azel beruntung karena tinggal di tempat yang dimana orang-orang disana tidak ikut campur dengan urusan Azel. Bahkan Chafia tumbuh menjadi anak yang sangat ceria, pintar dan cantik.

Seringkali anak itu bertanya siapa Ayahnya, tapi Azel selalu mengalihkannya. Ayahnya saja tidak tahu Chafia hidup, untuk apa Chafia tahu siapa ayahnya. Begitulah pikiran Azel.

After That NightWhere stories live. Discover now