Satu

892 119 29
                                    

Keenan menggotong seikat besar bunga peacock putih di pundaknya, halaman rumahnya sudah penuh dengan bunga dan sayur. Niatnya ia mengurangi agar bisa ditumbuhi tanaman yang lain, bunga seperti ini sudah banyak di ladangnya, tapi Keenan tidak tahu ingin ia apakan bunganya.

Namun ketika melewati rumah Rumi, langkah Keenan harus berhenti karena melihat pemuda yang ia temukan bersama bapak dan kakeknya kemaren tergeletak di dapur dengan wajah pucat kini sudah menyapu, bahkan di halaman rumah ada lima kasur, beberapa bantal dan guling sudah terjemur.

"Mas Rum!"

Rumi mendongak. "Oey!"

Keenan meletakkan begitu saja bunga yang ia panggul di undakan tangga rumah Rumi.

"Mas kok udah beres-beres aja, bukannya istirahat."

Tidak peduli banyak, Rumi lanjut nyapu bagian undakan tangga dan jalan menurun di bagian kiri untuk jalur mobil naik ke garasi yang menjadi satu dengan ruang tamu.

"Mas!"

"Kok rame banget to, Keen." Rumi berdecak.

Keenan memegang kedua bahu Rumi, menatap wajah yang memang jauh terlihat lebih segar dibandingkan dengan kemarin. "Mas udah sembuh? Samian kemarin baru aja semaput lho, mas."

"Kemarin itu ketiduran, Keen. Lemes aja makanya gak bisa bangun," Jawab Rumi lalu duduk di kursi yang ada di sudut kanan.

"Ketiduran tapi dipanggilin gak nyaut."

Rumi tertawa. "Kamu gak kuliah? Hari ini udah jadi mahasiswa kalau kamu lupa."

"Kuliah nanti, sekarang masih jam enam, mas."

"Itu bunganya mau kamu jual, Keen?" Tanya Rumi melihat bunga pikok putih yang tergeletak begitu saja.

Keenan mengambil bunga itu dan menyerahkannya kepada Rumi. Menggeleng tidak peduli. "Enggak, mas. Gak tau, mau dijual aku kurang pagi nyetornya. Buat mas aja kalau mau."

Bunga pikok adalah bunga yang paling banyak ditanam di desa ini, mungkin karena mudah perawatannya. Cukup menyebar benih sepertinya juga bisa tumbuh apalagi jika dirawat seperti Keenan yang dengan telaten merawat bunga-bunga di kebunnya.

Arti dari bunga pikok ini terlalu indah untuk bunga yang selalu menjadi pelengkap dalam suatu buket bunga. Mungkin karena tampilannya yang terlalu biasa, atau karena dia yang bisa tumbuh dimana saja, bunga pikok tidak pernah menjadi pemeran utama.

Padahal bunga peacock ini ada ikatan darah dengan bunga aster yang terkenal itu, namun tidak membuat eksistensi mereka sama.

Ya... Begitulah. Life.

"Ya udah, buat mas, ya. Nanti ku taruh di vas kaca."

Keenan mengayun-ayunkan kakinya, menatap halaman rumah Rumi yang luas. "Cuma rumah mas Rumi yang nggak punya tanaman bunga di halamannya. Kenapa nggak mau nanam sih, mas? Kan buat hiasan."

Mata Rumi mengikuti arah pandang Keenan. Benar, halaman rumahnya yang luas ini hanya ada satu pohon kelengkeng di pinggir pagar bagian kanan, sisanya terlihat gersang.

"Gak ada waktu. Mas pulang aja cuma buat tidur."

Hari-hari Rumi dihabiskan di kelas, perpustakaan untuk mengerjakan tugas, ruang BEM kalau lagi rapat, kantin, studio, dan indoapril tempatnya bekerja. Ya, kadang kalau weekend bantu-bantu pak Eiman di sawahnya. Tapi hanya sebentar.

Karena Rumi harus bekerja untuk menghasilkan uang.

Agar pikirannya juga selalu penuh.

"Aku liat twit nya base kampus, mas Rumi beneran mau buka kos disini?" Tanya Keenan.

BUKAN TEMPAT PELARIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang