CHAPTER 3:TRAUMA

Comincia dall'inizio
                                    

"ESTHEER,kamu di sana ternyata...Ayoo ikut Paman Bill ke rumah sakit!! Astaaagaa siapa yang membuat Si Pucat ini menangis...!??"
Celoteh Bill yang khawatir dengan keadaan Esther.

Esther Hathaway,salah satu siswa di Institute of AcademyVille. Tempat berkumpulnya anak-anak dari bangsa Albinis untuk belajar di pusat kota. Dahulunya yayasan tersebut adalah yayasan pendidikan terbaik dan terkenal di kota tersebut, juga dipenuhi oleh anak-anak pribumi yang ingin menuntut ilmu dan belajar di sana.

Namun,lama kelamaan sejak adanya pendatang yang muncul di kota mereka, membuat pendiri dari yayasan haus akan kekayaan dan merenggut pendidikan anak-anak dengan cara menaikkan biaya pembayaran pada setiap anak.

Satu persatu anak mulai tersingkir dan rata-rata yang keluar adalah kaum miskin dan berpenghasilan rendah. Anak-anak tersebut mulai bersekolah di tempat lain atau bahkan berhenti sekolah untuk membiayai kehidupan mereka.

Anak-anak dari para pendatang mulai bersekolah di yayasan yang dikenal dengan yayasan terbaik di kota itu. Mereka para kaum bangsawan yang mempunyai biaya yang memumpini dan uang yang cukup dapat bersekolah di yayasan tersebut dengan mudah.

Kemudian,lama kelamaan para pendatang di luar negeri mereka mulai berdatangan. Jumlahnya menyaingi dari jumlah penduduk asal. Tak banyak yang tahu mereka berasal dari daerah dan negeri mana,namun satu fakta yang membuat masyarakat turut iba dan
bersimpati adalah mereka para kaum bangsawan yang diusir dari negeri dan tanah mereka sendiri.

Esther Hathaway, penerima beasiswa, satu-satunya anak pribumi yang tersisa di yayasan tersebut. Ia anak yang pintar serta berprestasi, maka dari itu ia diberi keringanan oleh para pendiri.

Tak banyak yang tahu bahwasannya para pendiri juga mempertimbangkan satu hal dari Esther Hathaway yang cukup spesial. Namun,itu cukup dirahasiakan sepenuhnya dari khalayak umum.

"sini Estheer ku tersayaaang..." Sahut seorang anak perempuan berambut pirang ikal yang sedang melambaikan tangan ke arah Esther dengan tatapan mengintimidasinya.

Esther tidak menanggapi dan terus berjalan cepat tanpa memalingkan wajah ke arahnya. Sampailah anak itu segera melompat ke arah Esther dan menamparnya hingga tubuh kecilnya terjatuh di atas tanah.

"Kau berani-beraninya tidak menyahutku sama sekali. Kaum pribumi jangan berani-beraninya kamu merenggut hidupku ini.." Ia terengah-engah,hidungnya mengembang kempis dan matanya melotot ke arah Esther.

Esther,murid yang terkenal di sana. Membuat ia selalu unggul dengan teman sekelasnya dalam peringkat teratas di kelas. Membuat seluruh anak-anak di sana merasa iri akan pencapaiannya.

Awalnya menjauh secara sosial...
"Esther,maaf kita harus jauh dulu yah..."

Kemudian secara lisan...
"Bisa pakai mata kalau jalan?"

Dan secara kekerasan... Di saat itulah ia berfikir bahwa ia dan lingkungan di sekelilingnya berbeda. Hanya ia seorang di sana yang berbeda dari orang lain. Perawakannya selalu dicemooh bahkan dilirik aneh oleh anak-anak bangsawan tersebut.

"Hey, Estheer....jari kamu sudah tidak sakit kan? Maaf yah ku injak sebelumnya, pasti sakit..." Ucap anak pirang dengan bibir yang tersenyum lebar sambil melirik tajam ke arah Esther.

"Teman-teman,kalian bosan kan? Ayo bermain permainan yang seru...." Ia berjalan melompat kegirangan dengan wajah yang masih mengintimidasi kepada Esther.

"Permainan? Permainan apa...yang beneran seru yah...dan satu lagi, tidak... cepat... bosan...itu syaratnya..." Sambung anak lain.

"Baik,kita bermain....permainan perbudakan...." Teriaknya dengan penuh semangat dengan kedua lengannya yang terangkat ke atas.

"Baik,akan ada raja dan ratu,pangeran dan putri,terakhir adalah pelayan. Disini pelayan bertugas untuk melayani semua hal apa yang diperintahkan oleh para bangsawan kepadanya." Ia menyeringai bak seperti binatang buas yang ingin memakan mangsanya dengan gigi yang tajam.

"Ooh,jadi semua yang diperintahkan? Termasuk perbuatan aneh? Itu bisa? Aku tahu ini jadi permainan yang sangatttt... sangat-sangat seruuu." Anak lain berseru sambil menaikan alisnya ke atas.

"Yang lebih tinggi itu aku..,akulah rajanya kan...Jadi kekuasaan berada di tangan ku semuanya.Aku tahu yang harus kuperintahkan untuk anak ini...Mungkin kalian akan terhibur..."

Saat belum selesai dengan kalimatnya ia langsung mendorong Esther dengan tangannya sendiri hingga jatuh dari atas bangunan berlantai 2.

Suara remukan terdengar dari bawah gedung. Terdengar suara pekikan tak tertahankan dari mulut seorang anak perempuan yang melolong bak serigala di bulan purnama. Dilanjutkan dengan rintihan dan jeritan tangis yang keras dengan  suara yang serak yang menjalar.

"Semoga suka yah teman-teman...." Ia memutar lengannya seolah sudah mempertunjukkan hal yang luar biasa dan fantastis kepada teman-temannya.

Hal yang tidak disangka-sangka oleh orang dewasa. Perbuatan menyimpang yang dilakukan oleh anak berumur 8 tahun. Anak yang dikaitkan dengan kepolosan dan keluguan kehidupan telah berubah menjadi seorang monster tanpa belas kasihan.

Catatan Harianku:
"Jika engkau menusuk kami, apakah kami tidak berdarah? Jika engkau menggelitik kami, apakah kami tidak tertawa? Jika engkau meracun kami, apakah kami tidak mati? Dan jika engkau berbuat salah terhadap kami, apakah kami tidak harus membalas dendam?"

Next chapter?? Tolong beri saran dan dukungannya yah teman-teman! Pasti saya balas, karena saya orang yang ramah...


OPPOSITE                         [War Is Love]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora