What To Talk

373 81 5
                                    

5 menit sudah berlalu namun hening masih terjadi. Kamar yang penuh dengan warna abu-abu itu justru terasa berat dengan ketegangan yang tidak terucap. Mino dan Grey duduk saling berhadapan diatas ranjang Grey yang lembut, meskipun begitu keduanya masih sama-sama tidak bisa menatap satu sama lain.

Sudah lima menit berlalu sejak Bible dan Build meninggalkan keduanya di kamar Grey ini setelah Mino datang dan mengatakan dia ingin berbicara berdua dengan Grey. Yang tentu saja mereka mengijinkannya setelah memastikan Grey juga berkeinginan sama.

Dan akhirnya disinilah mereka berada meksipun keduanya sama-sama belum ada yang membuka suara.

Mino menarik nafas pelan, merasakan dadanya berat saat dia mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk dia katakan, dan Grey bisa dengan jelas melihat bahwa Mino bingung sekarang. Bingung dan sedih.

"Mino." Grey memulai, suaranya hampir tidak terdengar. Dan dia sendiri juga terkejut kenapa dia memanggil Mino hanya dengan menggunakan nama.

Mino bereaksi, dia sedikit bergerak namun masih tidak berani menatap Grey.

"Aku rasa kita perlu... bicara." Grey melanjutkan.

Mino mengangguk diam, tenggorokannya terasa tegang oleh emosinya sendiri. Dia tidak menginginkan apapun selain mendamaikan hubungannya dengan Grey, tapi beban dari pertengkaran mereka tampaknya menyulitkan setiap percakapan yang akan mereka mulai.

Sekian detik berlalu, namun tidak ada yang kembali berbicara. Dan saat mereka duduk dalam keheningan yang canggung, Mino bisa merasakan air mata menggantung di sudut matanya, mengancam untuk tumpah kapan saja. Dia belum pernah merasa lebih sendirian daripada saat ini, duduk di depan seseorang yang ia pedulikan tapi tidak bisa terhubung dengannya. Setidaknya, sekarang. Saat mereka masih dalam keadaan bertengkar.

"Aku minta maaf," Grey akhirnya berbisik, suaranya hampir tidak terdengar bahkan di ruangan yang hampir hening ini.

Mino menatap, mata mereka bertemu untuk pertama kalinya sejak pertengkaran mereka selama beberapa hari ini. Rasa sakit di mata Grey mencerminkan perasaan Mino, dan untuk sesaat, Mino merasa ada semacam harapan untuk mereka bisa benar-benar berbaikan setelah ini.

Namun ketika Mino mencoba membahas perasaan mereka, atau setidaknya mengutarakan apa yang dia pikirkan, kata-kata sepertinya menguap ke udara, meninggalkan hanya keheningan yang canggung.

Hingga suara tercekat keluar dari mulutnya. Mino juga bahkan tidak tau bagaimana, yang dia tau selanjutnya adalah dia semakin tidak bisa menahan hingga suara itu berubah jadi isakan. Berikut dengan air mata yang sejak tadi dia tahan dan akhirnya meluruh membasahi kedua pipinya.

Pada akhirnya, dia menangis seperti anak kecil didepan Grey.

"I miss you," Mino mengakui, suaranya hampir tidak terdengar jelas dan hanya penuh dengan isakan. "But I don't know how to fix things up."

Ekspresi Grey menjadi lembut, matanya sendiri mulai penuh dengan air mata yang tidak ditumpahkan. Dia bergerak maju, lebih dekat ke Mino sebelum kemudian dia mengulurkan tangannya.

Mengusap air mata Mino yang ada di dagu kakaknya itu, menetes deras deras disana, mengusapnya dengan punggung tangan.

"I miss you too," dia mengaku, suaranya sesak oleh emosi. "Tapi aku takut... aku takut kita nggak bisa perbaiki ini semua."

"...I was too mean to you." Lanjut Grey dan nada suaranya benar-benar terdengar menyesal.

Mino kembali mengangkat pandangannya, kali ini kembali bertemu mata dengan Grey meskipun terhalang pandangan buram yang tertutup air mata.

MIELLE [BibleBuild]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang