5

111 10 0
                                    

Keesokan harinya, semua tamu sudah pulang. Saat para Sakamaki ingin memasuki kereta kuda mereka, Ciel menghentikan Reiji.

"Reiji-san. Maukah kau menginap lebih lama di sini?"

Reiji menatap Shu dan para adiknya. Dia juga menatap Yui. Shu dan para adiknya hanya mengangguk. Reiji menghela napasnya dan turun dari kereta kuda mereka.

"Baik, Earl. Aku akan tinggal sedikit lebih lama."

Ciel tersenyum ke arah Reiji.

"Terimakasih."

Reiji mengantar kereta kuda milik Sakamaki yang mulai berjalan meninggalkan mansion Phantomhive. Dia melihat Jeremy menghampiri kereta kuda milik Arthur dan sepertinya membicarakan sesuatu yang Reiji yakin itu akan membuat sang penulis menyesal seumur hidupnya.

Setelah semua tamu sudah pulang, para pelayan langsung memasuki dapur dan dirinya berjalan ke kamar miliknya. Setelah selesai menaruh barang-barangnya, Reiji keluar dan terhenti saat mendengar bahwa Arthur kembali dengan napas yang terengah-engah. Arthur juga sepertinya sudah menyadari bahwa Jeremy itu Sebastian.

Arthur masih tak percaya bahwa Jeremy adalah Sebastian. Reiji tersenyum saat melihat kedua kaki Arthur gemetar.

"Heh..kejam sekali kau, Sebastian-san," gumam Reiji. Dirinya tak beranjak dari tempatnya.

Ciel terkekeh saat mendengar bahwa Arthur ingin menghentikan kereta polisi.

"Professor mempunyai rasa keadilan yang tinggi. Mungkin setelah tahu ini, kau takkan bisa pulang hidup-hidup. Apa kau yakin ingin mengetahui itu?"

"Apa maksudmu..?"

Ciel menahan senyumnya.

"Bercanda. Kau memang benar, bahwa Woodley bukan pelakunya. Setidaknya dalam kasus ini. Tapi dia pantas untuk ditahan."

Arthur terkejut. Dia meminta penjelasan Ciel. Ciel langsung menaiki tangga.

"Ceritanya panjang. Kita bicara sambil minum teh. Sebastian!"

"Ha'i!"

.
.
.

Di sinilah mereka sekarang berada. Dengan Sebastian yang menyajikan teh untuk Ciel dan Arthur. Ciel bertanya kenapa Arthur berpikir bahwa Sebastian masih hidup. Arthur menunduk karena dia tak mempunyai firasat apapun, hanya ketidaktepatan. Karena Sebastian terlalu sempurna. Bahkan pendeta Jeremy pun sempurna.

"Mereka terlalu sempurna. Itu yang aneh!"

Sebastian menaruh piring berisi makanan ringan di depan Arthur. Dia melirik Arthur sekilas.

"Bersiap untuk mati, atau lebih tepatnya untuk dibunuh dengan pasnya seperti itu. Itu mustahil sekali. Tingkatannya sudah dewa.."

Reiji tersenyum mendengar perkataan Arthur. Dia menguping di depan ruangan itu.

"Lalu pendeta Jeremy. Walaupun dia mencurigakan, namun alibinya tidak bisa dibantah. Lalu kata-kata perpisahan itu.."

Reiji menghela napasnya mendengar kalimat terakhir Arthur. Dia sudah menduga bahwa ini salah satu penyebab Arthur kembali.

"Kesimpulannya, Sebastian si pelayan tidak mati. Begitu tau, aku tidak bisa diam saja."

Sebastian hanya terkekeh pelan. Dia tak menyangka bahwa kata-katanya bisa membuat Arthur kembali. Berakhir Ciel memarahi Sebastian karena dirinya bertindak tak penting.

"Kenapa kau mencurigaiku?"

Arthur menjelaskan dari Siemens meninggal. Dia tau bahwa Sebastian bisa melakukan apapun tapi Sebastian cuma berdiri saja. Apalagi saat Ciel dicurigai, Sebastian bahkan tak membela Ciel. Karena menurutnya seorang pelayan tidak seharusnya melakukan hal itu. Arthur juga mengira bahwa Sebastian tau jika ada kasus lagi, Ciel pasti bebas dari tuduhan. Sebastian tersenyum. Dia membenarkan hal itu.

[End] Demon x Vampire (SebasRei)Where stories live. Discover now