Biar Cinta Ini Menghilang

Start from the beginning
                                    

“Sonia, silahkan masuk!” Panggil seorang wanita dari dalam ruangan tersebut.

“Iya,” jawab Sonia sambil melangkahkan kakinya ke dalam ruangan tersebut mengikuti wanita tadi. Ternyata didalam ruangan ada seorang laki-laki dengan penampilan yang cuek sedang asyik menelpon membelakanginya. Sonia masih tetap berdiri karena belum dipersilahkan untuk duduk.

“Silahkan duduk. “ Laki-laki itu berbalik dan mempersilahkan Sonia duduk sementara staf wanita yang mengantar Sonia tadi permisi keluar. Sonia duduk sambil memperhatikan wajah seseorang di hadapannya, ia merasa pernah mengenalnya tapi ia lupa siapa dan dimana? Sonia mencoba memutar ulang ingatan tentang laki-laki di hadapannya ini. Akh! Sia-sia! Sonia merasa benar-benar sulit untuk mengingatnya! Ternyata … cumi, cuma mirip dengan seseorang yang pernah Sonia kenal …dan matanya itu membuatnya menjadi teringat pada rasa yang dulu pernah hadir namun ia paksa untuk hilang dari hatinya, perasaan pada seorang sahabat yang terpaksa ia tinggalkan dan lupakan.

“Kamu yang bernama Sonia?” tanya laki-laki itu. Sonia menilai sosok di depannya ini berpenampilan jaim banget, jaga imej! Cuek dan tanpa senyum.

“Iya Pak.” Sonia menjawab sambil mencoba untuk tenang karena dia sangat berharap dengan pekerjaan ini.

“Saya Rama. Saya sudah membaca daftar riwayat hidup kamu, dan saya akan posisikan kamu sebagai sekretaris saya, kamu boleh membaca daftar tugas harian kamu agar semuanya lancar dan kamu juga pelajari salary yang tertera dikontrak kerja. Kalau sudah merasa oke kamu bisa tandatangani dan bisa mulai bekerja hari ini. Ruangan kamu ada di sebelah,” Rama berkata sambil menyerahkan beberapa lembar kertas pada Sonia. Tampak senyuman disana saat mata mereka bertatapan.

“Kenapa jadi Dag Dig Dug seperti ini hatiku?” Rama memegang dada sebelah kirinya sambil berusaha menenangkan debaran hatinya.

“Apakah aku batalkan saja dia jadi sekretarisku bisa berbahaya bagi kedamaian hatiku karena satu saat dia bisa mengacaukan hari-hariku. Ehm … tapi rasanya nggak mungkin dia dapat menaklukan hatiku penampilannya saja seperti itu dan dia bukanlah tipe gadis idamanku.” Rama terdiam dalam lamunannya dan menggelengkan kepalanya. Dia mendengarkan sisi egois dalam dirinya.

“Maaf Pak, saya sudah selesai membaca kontrak kerjanya dan sudah saya tandatangani.’ Sonia menyerahkan lembaran kertas dihadapannya. Rama pura-pura acuh tapi sesekali melirik kearah Sonia.

“Oh ya hari ini kamu sudah bisa mulai bekerja, silahkan kamu ke ruanganmu.” Rama mempersilahkan Sonia pergi ke ruangannya.

“Oh! Ya, Kamu masih single?”… pertanyaan itu membuat Sonia menghentikan langkahnya.

“Memangnya kenapa Pak?’Bukankah tadi sudah baca daftar riwayat hIdup saya Pak?” kata Sonia balik bertanya.

“Akh! Sudahlah lupakan saja.” Rama mencoba memutus pembicaraan saat ia menyadari apa pedulinya pada status sekretaris barunya itu. Kalaupun single Rama juga nggak mau gadis itu jadi pacarnya.

Sampai di ruangannya Sonia menikmati sejuknya ruangan kerjanya yang ber-AC. Ia langsung duduk di kursi dengan meja kaca di hadapannya. Beberapa lemari dan rak tempat penyimpanan berkas dan dokumen. Ada sebuah laptop di atas meja dan sebuah telepon.

“Apa yang harus aku kerjakan hari ini?” Sonia merasa jadi bingung sendiri sambil membaca daftar pekerjaan yang diberikan bagian HRD.

“Daripada suntuk mending aku main HP dulu. Buka pesan singkat atau lihat media sosial. Kan si bos juga di ruangan sebelah dan nggak tau apa yang sedang aku kerjakan di sini.” Sonia tersenyum dan mulai mengeluarkan HP nya dari dalam tasnya. Beberapa jepretan kamera foto Selfinya yang sedang tersenyum berhasil dia abadikan. Rencananya ia mau update statusnya dengan tulisan “Selamat bekerja”. Belum lagi ia melaksanakan niatnya telepon di atas meja berdering. Sonia langsung mengangkatnya.

CERPEN KUWhere stories live. Discover now