24

92 16 1
                                    

Waksa dengan kuasa dan pengaruh dari Keluarganya yang super duper kaya. Mulai melakukan pembalasan dendam pada Marko dan Reva. Reva adalah target pertama Waksa, sangat mudah menghancurkan gadis itu. Bahkan tanpa Waksa berbuat banyak, Reva akan mudah terpancing.

Waksa memegang satu rahasia Reva, yang bahkan hanya wanita itu yang seharusnya tahu. Reva hamil, dan tentu saja itu anak dari Marko. Karena ia tahu, Reva hanya melakukannya dengan Marko. Menurut penyelidikan Waksa, Reva bersikeras meluluhkan Marko agar berpaling dari Anjani.

Suatu pagi, mading fakultas kedokteran dipenuhi mahasiswa ingin tahu. Sebuah selebaran, memuat gosip hangat tentang suatu berita.

Bisik-bisik antara mahasiswa menggema di setiap lorong fakultas. Sebuah nama santer dibicarakan pagi itu.

Reva

Berita mengejutkan tentang kehamilan salah satu mahasiswi kedokteran. Menggemparkan satu kampus, bahkan beritanya sudah sampai pada Dekan. Tidak ada yang tahu apakah pendidikan Reva masih bisa diselamatkan setelah mempermalukan nama almamater.

Tentu saja, Reva yang masuk pagi hari itu dengan susah payah melepas selebaran yang dibasang pada setiap mading. Semua mata menatap gadis itu sinis, seperti melihat sampah masyarakat yang harusnya tidak ada di sana.

Reva tidak punya muka lagi untuk datang ke kampus mulai hari itu. Berita bahwa dirinya hamil di luar nikah sudah menyebar seperti virus. Semua orang tahu rumor itu. Hingga seminggu kemudian, pihak kampus menghubungi Reva. Memberi tahu gadis itu, jika kampus sudah memutuskan untuk mendrop out dirinya.

Dunia Reva seakan runtuh saat itu juga.

Di sisi lain, Marko masih dengan kekanakannya membujuk sang ayah agar bisa mempertemukannya dengan Anjani.

"Kamu gila Marko!"

"Aku cinta sama Anjani Ayah," jawab Marko memelas.

"Kalau kamu cinta, kamu tidak akan selingkuh. Perbuatan kamu itu sudah merusak nama keluarga kita dan juga hubungan persahabatan ayah dengan ayah Anjani."

Marko menunduk malu, namun masih belum menyadari jika perbuatannya sudah merusak dua keluarga.

"Kamu akan ayah pindahkan ke luar negeri. Lebih baik kamu melanjtkan study di sana sampai keadaan di sini sudah tenang."

Marko kesal dengan keputusan sepihak sang Ayah, "Marko tidak mau, ayah tidak bisa memutuskan masa depanku begitu saja."

"Ayah tidak butuh pendapat kamu Marko."

Setelah bicara seperti itu, Ayah Marko pergi dari hadapan sang putra.

Marko semakin stres, ia hanya ingin menikahi Anjani. Bukan yang lain, ia hanya khilaf dan ia hanya melakukannya sekali. Kenapa ia harus disalahkan atas kesalahan yang ia lakukan sekali.

***

"Semangat buat wawancaranya, semoga lancar," ujar Waksa ketika mengantarkan Anjani ke ruangan interview.

Gadis itu nampak gugup, sehingga Waksa tidak tega jika meninggalkan Anjani sendirian ke ruangan yang baru ia ketahui.

"Makasih, udah sana lo kerja. Nanti telat lagi gara-gara gue."

Waksa melihat jam tangannya, masih ada beberapa waktu sebelum jam masuk. Lelaki itu ingin menemani Anjani sebentar.

"Masih ada lima belas menit, gue bosen kalau ke ruangan dulu. Pasti masih belum ada yang datang."

Anjani memutar bola matanya malas, mana ada ruangan dokter sepi. Ada-ada saja alasan Waksa ini.

"Ya udah, temenin gue ngobrol aja kalau gitu."

Bucin [Ongoing]Where stories live. Discover now