II. Awal Mula Mati Rasa

120 21 9
                                    




**

Tawa yang menggema membuat Maira terbangun dari tidurnya. Ia melirik pada jam diatas nakas, pukul satu malam dan ia menyadari bahwa baru sekitar lima belas menit tertidur malam ini. 

Arka sedang sakit, wajar jika Arka menjadi rewel dan sensitif. Suara tawa dan teriakan semakin terdengar keras, hingga Arka menangis dan pikiran serta perasaan Maira tercampur aduk. Marah, kesal, sedih, semua menjadi satu.

Dengan rasa kesal yang memuncak, Maira membuka kenop pintu kamar dan matanya tertuju pada lima orang laki-laki, yang saat ini juga menatap padanya. 

Tatapan Maira sulit dijelaskan, namun sarat akan amarah. Dadanya naik turun, nafasnya memburu, kedua tangannya gemetar. Dan yang semakin membuat amarah Maira membuncah adalah—

"Kalian semua nginep aja deh disini, biar besok kita pergi bareng-bareng ga ada yang telat. Apa lagi lo, Esa! Pasti ngaret!" 

Tebak, siapa yang berkata seperti itu?

Ya, Gema kepada teman-temannya.

Jika sedang seperti ini, Maira akan menuju kamar mandi, menyalakan keran air dan hairdryer dengan kecepatan tinggi hingga terdengar bising, lalu berteriak sekencang-kencangnya. Tidak akan ada yang peduli, buktinya— teriakannya masih kalah oleh tawa yang kembali menggema di ruang keluarga mereka. 

"Arka udah turun belum panasnya?" tanya Gema tanpa dosa. Setengah mengantuk saat masuk kedalam kamar, sampai Gema tidak menyadari Maira sudah berpakaian lengkap, bersama dengan diaper bag yang ia gendong dipunggungnya. 

"Loh, kamu mau kemana?" 

Benci, Maira amat sangat benci tatapan suaminya saat ini. 

"Hotel." 

"Aku dan Arka berhak dapat istirahat yang lebih layak." Jawab Maira sambil mengusap air matanya sendiri. 

Gema berlutut, lalu meraih tangan Maira dan Maira menghempasnya begitu saja. 

"Gem,"

Gema menengadah, menatap Maira dengan tanda tanya. 

"Kamu itu udah bukan bujangan lagi."

Gema menunduk, mengangguk. 

"Aku tau sayang, tapi ini juga kan cuma sebulan dua ka—" tangan Maira menghentikan ucapan Gema. 

Maira berdiri, menggendong Arka yang sedang tertidur hingga Arka menangis. 

"See? Gak usah egois, Mai. Ssst, Arka udah jangan nangis, ya?" Ucap Gema sambil merebut Arka dari gendongan Maira. 

Maira terdiam, pandangan matanya kosong seketika.

Cara ia menatap Gema sudah tak lagi sama. Apabila dahulu Gema selalu menjadi alasan dibalik binar matanya yang mengkilau, suasana hatinya yang menyenangkan, pikirannya yang menenangkan, saat ini semuanya— mati rasa.

"Mai, astaga!" Maira segera merebut Arka kembali dari gendongan Gema, ia bersikeras untuk berdiri dan menggendong Arka dengan erat-erat.

"Malem ini kamu tidur aja sama temen-temen kamu. Gak usah cari aku sama Arka!" Bentak Maira sebelum berjalan menuju pintu, namun Gema menahannya.

"Mai! Apa-apaan sih? Kamu tuh gak suka sama temen-temen aku?" Tanya Gema, Maira menghela nafas berat.

"Siapa yang gak suka sih, Gem? Ini bukan perkara suka dan gak suka! Tapi tau waktu dong! Kamu tuh udah bukan anak remaja lagi yang harus sibuk nongkrong sampe malem! Anak kamu lagi sakit!" Omel Maira pada Gema yang masih menahan tangannya, dan rengekan kecil membuat Maira segera menatap pada Arka digendongannya.

"Sayang, maafin Mami ya.." ujar Maira sambil menimang dan mengusap-usap tubuh Arka.

"Oke, tunggu disini." Gema berjalan menuju pintu kamar, dan tak lama Maira mendengar suara pamitan dari teman-teman Gema.

Tak berselang lama, Gema kembali kedalam kamar dan menatap Maira serta Arka bergantian.

Maira hanya terdiam saat Gema menanggalkan diaper bag dari punggungnya, lalu melepaskan jaketnya dan mengusap pipi Maira dengan lembut.

Tatapan Gema membuat Maira tidak bisa mendeskripsikan apa yang ada didalam hatinya saat ini.

Yang jelas, semua tidak lagi sama.

"Maafin aku ya, Mai?" Gema menarik Maira kedalam pelukannya, membuat Arka tertidur kembali akibat hangat peluk Ibu dan Ayahnya.

Maira mengangguk, berusaha memeluk Gema juga dengan erat, berharap kupu-kupu didalam perutnya akan kembali hidup.

Namun, sepertinya kupu-kupu didalam perutnya sudah enggan untuk terbang lagi.


**

Titik Rindu ; Mina x MingyuWhere stories live. Discover now