Smith mengikuti arah pandang Ratu Julie. "Benar juga! Dengan begitu Kerajaan ini akan terkontrol di bawah kekuasaanku."

"Kau berniat membuat Ricard menjadi kelinci percobaanmu?" Tanya Ratu Julie.

Senyuman sinis terbit di wajahnya, "Aku semakin menyukaimu karena kamu sangat memahamiku, Julie." Jawab Duke Smith. "Lanjutkan ritual terakhirmu. Jangan membuang waktu."

Ratu Julie mengangguk, ia pun duduk bersila dengan kedua tangan masih menangkup janin yang masih segar dan hangat. Sinar keabu-abuan dan asap kehitaman keluar dari lingkaran sihir yang muncul tepat di bawah Ratu Julie yang terdiam membaca mantra.

"Kita harus merebut janin tersebut, Tha!" Ujar Ace.

Thalia kini berdiri sendiri, ia melepas dekapan Ace, "Baik."

"Aku akan membantu!" Duke Aaron menimpali.

Thalia menggeleng, "Jangan, Ayah! Terlalu berbahaya. Karena Ratu Julie dan Duke Smith memiliki sihir hitam."

"Kalian akan kewalahan jika menyerang mereka." Jawab Duke Aaron.

Ace menggelengkan kepalanya, "Akan lebih sulit untukku melindungi kalian berdua." Timpal Ace.

"Percayalah pada kami, Ayah!" Thalia mencoba meyakinkan.

Ace dan Thalia mencoba menyerang Ratu Julie, Duke Smith yang tak tinggal diam segera mengayunkan pedangnya bersama beberapa pasukannya.

Ayunan pedang Thalia sangat cepat. Ia tak ragu untuk menghunus, merobek, serta memenggal kepala lawannya. Wajah mulusnya terciprat sedikit darah dari para korban. Prajurit terakhir Thalia menikam tepat di jantungnya, ia memutar pedangnya sehingga membuat luka dalam prajurit tersebut menjadi fatal dan meninggal seketika.

Ace menghadapi Duke Smith dan kedua prajuritnya. Ia menggunakan pedang beraliran sihir, siapapun yang terkena meskipun hanya goresan kecil maka kematian langsung menjemputnya. Dari tubuh Ace menguar aura hitam, kedua netra merahnya berkilat seperti darah, begitu pula dengan pedang yang ada di tangannya—tampak mengerikan dengan tetesan darah serta siluet kehitaman akibat aliran sihir mengalir.

Sementara Thalia kesulitan menembus perisai sihir milik Ratu Julie—ia hanya manusia biasa yang tak memiliki sihir apapun. Dengan kemarahan dan rasa frustasi Thalia merasa dirinya tak bisa diandalkan.

Duke Smith kembali menyerang Ace dengan pedangnya. Akan tetapi, Duke Aaron menahan serangan tersebut. "Lawan aku yang setara denganmu!" Duke Aaron tersenyum meledek.

Duke Smith yang tak terima mendapat ledekan dan merasa di rendahkan. Ia segera menyerang Duke Aaron mambabi buta.

"Ace! Bantu istrimu! Aku akan menangani pria ini!" Perintahnya.

Ace mengangguk, ia segera beranjak untuk membantu Thalia. "Hati-hati, Ayah!"

Thalia masih berusaha menembus perisai milik Ratu. Sedangkan, sang Ratu mulai menikmati sesajian yang menggugah seleranya.

Krek

Suara patahan tulang kaki terdengar samar. Jemari lentik Ratu menarik kaki janin tersebut hingga terpisah dari badannya. Perlahan, ia menikmati potongan kaki janin seperti makan makanan lezat pada umumnya.

Kres

Kres

Kres

Suara patahan tulang akibat kunyahan sang Ratu terdengar. Sesekali wanita itu menghisap isi tulang yang keras dan menyisihkannya jika sudah tidak terasa apapun. Netra heterochromia menatap sesajian seperti orang kecanduan narkotika.

Ace menggenggam tangan Thalia, si pemilik rambut highlight blonde terkejut. "Kita menghadapi bersama." Ujar Ace.

Thalia mengangguk, "Baik! Ayo kita hadapi bersama!"

Ace mengalirkan mana sihirnya ke tubuh Thalia. Ia dapat berbagi sihir dengan seseorang yang sudah ia tandai jiwanya. Perlahan kedua tubuh suami-istri itu terselimuti kepulan asap hitam milik Ace, menyembunyikan sosok mereka didalamnya.

Perlahan penampilan Thalia dan Ace berubah, outfit mereka khas seperti warrior pria dan wanita yang di dominasi oleh warna hitam. Thalia semakin cantik dengan rambut hitamnya yang tertata kepang merambat ke belakang. Kedua matanya hitam legam menatap tajam ke arah Ratu Julie. Ukiran sayap di dada kirinya semakin jelas terlihat karena ukurannya sedikit membesar dan berwarna merah—Sosok Nathalia kini lebih mirip Thalia di dunia aslinya, ia tak menyadarinya karena tidak dapat melihat perubahan dirinya sendiri. Thalia merasa seperti orang lain, tubuhnya sangat ringan dan sangat bertenaga.

Ace membuka kedua matanya, iris matanya berkilat seperti darah. Warna senada terjadi pada rambutnya yang awalnya hitam legam. Kini, Ace dan Thalia sama-sama menggenggam pedang yang mengeluarkan aura kehitaman akibat sihir yang menyelimutinya.

Ace menatap wanita di sampingnya, Thalia berubah jauh dari penampilan Nathalia biasanya. Senyumannya semakin mengembang karena ia dapat melihat sosok wanita yang dulu pernah ia lihat waktu kecil dan saat pesta perayaan kemenangannya. Sosok wanita yang sudah membuat hatinya terpikat sedari awal.

"Kamu sangat cantik!" Ceplosnya tiba-tiba membuat Thalia terperangah kaget.

"Aku memang sudah cantik dari dulu." Balas Thalia tersipu—ia tak menyadari apa yang terjadi pada diri Nathalia.

"Kau siap?" Tanya Ace.

"Ayo serang!" Seru Thalia.

🌹🌹🌹

Mode slow update karena puasa.. Maaf yah..

Akan rutin kembali ketika Puasa dan Lebaran tiba.. Karena aku bisa ngalong buat nulis ketika si kecil tidur...

Sampai ketemu lagi!

Jaga kesehatan selalu biar kuat puasanya!

"Tanya dong! Di DM nih, Kenapa sebagian pembaca gak nemu sama cerita ini ya? Ada yang tanya juga —apa cerita ini uda di hapus?" Begitu....

Salam Manis Dariku

NING SRI 😘

I WANT YOUWhere stories live. Discover now