1. Aletea Lovenza

18 2 0
                                    

Dingin sekali cuaca malam ini dan nampaknya akan hujan.

Aku berjalan cepat karna tidak ingin kehujanan di jalan, sudah kapok hari itu aku jadi jatuh sakit karna pulang kerja dengan keadaan basah kuyup yang membuat aku demam tiga hari dan sangat menyiksa.

Rintik-rintik mulai menyentuh kulit ku, ku eratkan jaket yang tengah aku pakai guna mengurangi rasa dingin yang menjalar ke suhu tubuh ku, beberapa detik kemudian,

"Yaelah, deras lagi." aku berlari menepi ke sebuah toko yang sudah tutup untuk menghindari hujan yang sudah aku duga akan turun deras.

keadaan jalan benar-benar sepi karna hari sudah cukup malam, aku sedikit takut, bukan takut hantu atau hal ghaib semacamnya tapi, aku hanya memikirkan jika ada segerombolan lelaki masum dan cabul yang bisa saja tiba-tiba mendatangiku yang sedang berada sendirian disini, konon disini banyak lelaki pambok yang suka bikin onar, menyeramkan, terkadang manusia lebih mengerikan dari setan.

Aku meniup kedua telapak tanganku, menyalurkan kehangatan dari hembusan napasku kala itu.

Beberapa kali aku menoleh berharap ada seorang yang aku kenal datang menolongku untuk sekedar mengantar ku pulang.

Namun tak lama setelahnya, decitan suara motor yang berhenti di hadapanku membuat aku terlonjak kaget, aku mundur beberapa langkah karna ketakutan.

"Ini gue." dua kata itu ia ucapkan sembari membuka kaca helmnya.

Aku menghembuskan napas lega karna orang itu adalah Ale, teman ku sejak aku pindah kesini, belum begitu lama kenal, tapi kita sudah sangat dekat, seperti saudara.

Aletea Lovenza lengkapnya, seorang blasteran Prancis-Indonesia. Perempuan tomboy yang hobby nya motoran sama temen cowonya, temennya juga rata-rata cowo. Dia baik, sangat baik bahkan, dan kalo dilihat lebih detail Ale perempuan yang begitu cantik, hanya saja tertutup oleh gayanya yang seperti laki-laki.

"Ayo buruan naik, ntar lo gue tinggal nih." aku buru-buru naik ke atas motornya, tidak menggunakan mantel, tapi yasudah lah, yang penting aku bisa sampai ke rumah.

Ale melajukan motornya sedikit kencang dengan hujan yang terus berjatuhan begitu deras.

"Kok lo tau gue di sana?" tanya ku sedikit berteriak.

"Kebetulan lewat gue, terus ngga sengaja liat lo kek bocah ilang di sana." Ale mengakhiri kalimatnya dengan tawa renyahnya.

"Sialan lo, gue udah dua puluh tahun ya."

"Tetep aja bocah."

Aku menggeplak helmnya kesal, namun Ale membalasnya dengan tawanya yang semakin kencang.

****

"Makasih Ale udah nganterin pulang." ucapku sembari turun dari motornya.

"Kalo ada apa-apa tuh telfon gue, jangan kayak tadi, ntar kenapa-kenapa juga gue yang repot." Ale melepas helmnya dan menggantungnya di pergelangan tangannya.

"Alasan apa lagi ngga nelfon gue, ngga ada kuota, ngga ada batre?" tanyanya dengan nada kesal.

Aku cuma bisa memasang wajah cemberut di depannya.

"Gue ngga enakkan Le, apalagi tadi hujan, mana mungkin gue nelfon lo buat minta jemput."

"Ngga enakkan kalo lo minta jemputnya sama kakek gue, ini kan gue temen lo."

"Iya iya, maaf deh." aku tersenyum jail sembari menyentuh perutnya.

"Gue serius Velysha."

"Iya Aletea, nanti kalo ada apa-apa gue telfon, janji." pungkas ku sembari mengangkat jari kelingkingku.

Ale hanya mengangguk dan mulai menghidupkan motornya lagi.

"Gue pulang ya, hati-hati di rumah, lo sendiri, kalo laper chat gue aja, gua go foodin ."

"Iya Ale, makasih ya."

"hmm, udah gue pulang dulu."

"Take care on the way home."

"Iya." lalu, Ale melajukan motornya kencang, setelah Ale hilang dari pandanganku, aku masuk ke rumah.

Hening sekali, hanya suara detik jam yang terdengar dan suara kucing ku yang langsung mengeong saat aku masuk ke rumah.

"Aduh kamu pasti laper ya, tunggu sebentar ya, aku ganti baju dulu oke." aku mengelus kucingku, dan ia langsung merebahkan badannya ke lantai.

Aku menuju kamar mandi untuk mengguyur tubuh ku guna menjatuhkan air hujan agar tidak jatuh sakit, begitu kata orang tua ku dulu, ada-ada saja tapi aku percaya itu.

Setelah semuanya beres, aku memberikan makan pada kucingku sesuai dengan janji ku tadi, kucingku langsung menghampiri ku setelah ia mendengar suara makanannya yang aku tumpahkan di piring, ia makan dengan lahap terlihat sangat lapar sekali, maklum kurang lebih delapan jam aku meninggalkannya sendiri di rumah. Aku elus ia beberapa kali, sebelum aku beranjak menuju kamar.

Ku hempaskan tubuhku ke kasur, rasanya badan ku remuk semua, serasa habis di timpukin dengan batu bata.

Aku meraih handphone yang berada di atas rak buku di samping kasur ku, tidak ada notifikasi apapun, handphone ini selalu sepi dan hening hahaha.

Kembali ku letakkan di atas rak, namun mataku tak sengaja menatap sebuah kotak tissue yang aku beli beberapa hari lalu dan sebuah kejadian yang sedikit mendebarkan itu.

"Kirain bakalan di sinisin." gumam ku sembari tertawa kecil.

"Dah ah mau tidur."

ENDLESSWhere stories live. Discover now