Putra Sang Jenderal

156 45 20
                                    

"Hiduplah dengan selalu menjaga prinsip dan kehormatanmu."

Sebagai putra seorang jenderal dengan pangkat tinggi, Lee Heeseung dididik untuk selalu bangga dalam hidupnya tidak peduli betapa pun sulit itu dilakukan. Sejak kecil, Heeseung selalu diajari untuk tidak pernah tunduk pada orang lain atau menyerah pada keyakinannya. Dia dibesarkan dengan disiplin keras dari keluarganya yang merupakan keluarga dengan kedudukan tinggi di militer sejak generasi ke generasi. Meskipun terkadang didikan yang dia terima terlewat keras dan memuakkan, Heeseung tidak pernah mengeluh karena ia sangat mengidolakan ayahnya.

Kelak saat dia dewasa, Heeseung ingin menjadi seperti ayahnya yang keren dan berwibawa. Ayahnya yang selalu terlihat kuat, teguh, dan bijaksana. Namun, suatu hari ayah Heeseung pulang dalam keadaan menyedihkan. 

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Heeseung menyaksikan ayahnya berputus asa. Pria itu jatuh berlutut, menangis sesenggukan dalam pelukan istri dan anak semata wayangnya.

Waktu itu, Heeseung ingin bertanya apa yang terjadi pada ayahnya. Namun, ibunya yang lebih dewasa darinya saja tidak bertanya apa-apa, maka Heeseung juga tidak berani.

Kemudian, segalanya berubah. Bukan hanya rumah, tapi juga seluruh dunia yang Heeseung tinggali. Dia tidak lagi melihat burung-burung yang kadang lewat di atas langit rumahnya atau bahkan kucing yang biasa mengorek tempat sampah tak jauh dari gerbang sekolah. 

Langit dan orang-orang menjadi suram tanpa harapan, sama seperti ayahnya.

Heeseung yang masih kecil tidak begitu yakin apa yang sebenarnya sedang terjadi. Namun, dia mengerti kalau dunia sudah tidak sama lagi. Dunia sedang bergerak menuju kehancuran, menjadi jelek dan tidak beraturan.

Terkadang, mengira Heeseung sudah tertidur, ayahnya akan duduk di samping ranjangnya. Sambil mengelus puncak kepala Heeseung, dia berkata, "Maafkan ayahmu yang bodoh ini. Maaf karena tidak bisa memberimu masa depan yang baik, Heeseung."

Apa maksudnya? Apakah itu tentang dunia yang berubah atau sesuatu yang lain? Apa yang terjadi pada ayah hari itu? Apakah ayah tahu sesuatu tentang semua ini?

Ada banyak pertanyaan yang berputar di kepala Heeseung selagi dia berusaha menutup mata, tapi semuanya hanya berakhir tertelan di tenggorokan.

Kira-kira setengah tahun setelahnya, seorang tamu berdiri di depan rumah Heeseung. Dia memakai pakaian biasa dengan jaket hitam, topi, dan masker yang menutupi wajah. Satu-satunya hal yang mencolok dari tamu itu adalah sayapnya yang terkembang lebar seperti sayap naga dalam buku dongeng favorit Heeseung.

Tamu itu berpaling pada Heeseung yang baru saja pulang dari sekolah. "Berapa usiamu sekarang?"

"Se–Sebelas..."

Ayah Heeseung yang baru saja keluar dari dalam rumah langsung buru-buru menyembunyikan Heeseung di belakang punggungnya. Dia kelihatan ketakutan; badannya gemetar dan keringat dingin bercucuran di wajahnya yang mulai terlihat kerutan-kerutan.

"Lama tidak berjumpa, Jenderal."

"Apa yang kau inginkan dariku?'

"Saya punya cara untuk memperbaiki dunia ini." Sepasang mata merah itu melirik ke arah Heeseung. "Saya pikir dia bisa membantu."

Sang Jenderal langsung berlutut. "Tolong jangan dia. Aku akan memberikan semua milikku untuk menebus kesalahanku."

"Benarkah? Kalau begitu, bukankah anakmu juga termasuk di antaranya?"

"Bukan, dia seharusnya memutuskan masa depannya sendiri. Hanya karena aku orang tuanya, bukan berarti aku bisa memaksakan kehendakku padanya."

Heeseung tidak dapat melihat bagaimana ekspresi yang ditunjukkan oleh tamu itu, tapi dia dapat merasakan bahwa suaranya menjadi lebih lembut dari sebelumnya. "Ada seorang anak yang usianya lebih muda, dia juga anak yang manis dan baik hati sepertinya, tapi sayang sekali dia tidak punya orang tua sebaik Anda."

HIDDEN FILES: A CREATURE| Sunoo [ENHYPEN]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu