Antidote

135 38 12
                                    

Mereka pergi di pagi yang langitnya merah dan berdebu. Tidak banyak makanan yang bisa tercerna akibat betapa gugupnya mereka hari itu. Tangki di Laboratorium Busan adalah yang terakhir dan dengan begitu mereka berharap akan ada titik terang untuk mengatasi bencana yang menimpa mereka selama ini.

"Aku akan menghitung waktunya dari sini, jadi jangan sampai kalian tidak mendengarkan suaraku," Jay memberi instruksi dari balik perekam suara yang terhubung dengan earplug yang dipakai oleh masing-masing dari mereka. "Sunghoon, bagaimana?"

Visi Sunghoon memperbesar jarak pandangnya, menembus dinding tebal, dan memetakan semuanya dalam gambaran panas yang berbeda-beda. Tentara super yang akan mereka lawan umumnya memiliki warna dari jingga hingga ke merah –sama seperti hewan mamalia besar, sedangkan monster yang lebih lemah punya panas yang lebih rendah.

Kira-kira butuh satu sampai dua menit hingga Sunghoon bisa melihat keseluruhan. "Selain kelelawar, ku rasa ada beberapa jenis tikus besar dan serangga."

"Jumlahnya?"

Sunghoon menghela napas panjang. "Aku takut kalau itu sekitar dua –tidak tiga ratus atau lebih."

Jay, Heeseung, dan Sunghoon yang menunggu di dalam mobil langsung menyandarkan punggung mereka. Tingkat kesulitan untuk Laboratorium Busan sungguh di luar nalar. Mereka hanyalah rombongan kecil dan hanya empat di antaranya yang betul-betul bisa bertarung.

"Kami menunggu!" Suara Jake terdengar. "Hei, Jay! Ganti! Ganti! Apa ini tidak berfungsi?"

"Aku mendengarmu, jangan berisik!"

"Hei, hanya masalah waktu sampai kelelawar-kelelawar ini menyadari keberadaanku dan mencabik-cabikku seperti mangga masak! Cepat, apa keputusannya?!"

Heeseung merebut perekam suara dari tangan Jay dan menggantikannya memberi arahan. "Jake bersiap di posisimu dan Sunoo jatuhkan Jungwon. Sekarang!"

Tepat di atas pusaran kelelawar, Sunoo menjatuhkan Jungwon yang dia pegang dari ketinggian. Kala anak itu semakin dekat dengan kawanan kelelawar, serbuk dari sayapnya meledak, berhamburan dan berkelip-kelip oleh sinar matahari.

"Jake!" teriak Jungwon.

Jake melesat cepat dari samping dan menangkap Jungwon tepat dua meter sebelum dia jatuh menghantam tanah. "Jangan dihirup, Jungwon!"

Jungwon mengangguk sambil menutup hidung dan mulutnya.

Serbuk yang dia lepaskan berhasil menjatuhkan seluruh kawanan kelelawar bahkan hampir setengah dari jumlah seluruh tentara di bawahnya. Jake terbang secepat mungkin membawa diri mereka menjauh dari pusat ledakan serbuk yang mungkin akan membunuh mereka lebih cepat daripada monster.

"Dilihat berapa kali pun, serbuk Jungwon itu benar-benar menakutkan," gumam Jay, lalu beralih pada Heeseung. "Lalu, sekarang bagaimana? Kelelawar sudah beres dan beberapa sisa tentara bisa diurus, tapi perjalanan ke sana akan sulit, Heeseung."

"Buka atapnya."

"Hei, kau serius? Kita bisa mundur dulu, bagaimana pun mereka sudah mati."

Heeseung menggeleng. "Tidak, ini satu-satunya kesempatan."

Laboratorium di Gwangju punya sangat banyak monster kecil. Saat mereka menaklukannya dulu mereka membuatnya menjadi dua kali serangan saking banyaknya monster yang harus dihadapi. Namun, kali kedua mereka datang ke sana, jumlah monster yang ada justru menjadi lebih banyak. Mungkin karena tangkinya belum ditutup, makanya tidak ada gunanya mereka memusnahkan sebagian atau seluruh monster yang ada karena itu hanya akan bertambah lagi pada akhirnya.

"Kau betulan bisa mengoperasikan itu, kan?" tanya Jay pada Heeseung yang sedang memasang senapan gatling di atap mobil dan mulai memosisikannya.

"Ayahku adalah seorang jenderal, aku hidup dengan kebanggaan itu."

HIDDEN FILES: A CREATURE| Sunoo [ENHYPEN]Onde histórias criam vida. Descubra agora