12

5 3 0
                                    

Happy Reading...

Malam ini Avika sudah bersiap untuk pergi ke Rumah Anna, karena tadi mamanya lah yang mengundangnya untuk datang.

"Lo mau kemana?" Yalisa baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Avika yang sudah selesai bersiap.

"G-gue mau pergi" gugup Avika.

"Kemana dan sama siapa?" tanya Yalisa mengintimidasi Avika.

"Itu, ah. Anu..."

"Anu apa Avika?"

"Gue mau ke Rumah Pak Abian" Avika sedikit mengecilkan suaranya ketika menyebut nama pemilik sekolah tempatnya menuntut ilmu.

Yalisa yang sudah hampir naik ke ranjang, sontak berbalik ke arah Avika dengan wajah terkejutnya.

"Hah! Lo mau kemana?" untuk memastikan pendengarannya, Yalisa kembali bertanya dan hal itu berhasil membuat Avika kesal.

"KE RUMAH PAK ABIAN. Puas lo" ucap Avika meneriaki Yalisa.

Yalisa mengerutkan keningnya sebelum bertanya, "Emang mau ngapain? Lo mau minta sama pak Abian buat geratisin biaya sekolah lo?"

"Sembarangan, eh tapi kalau pak Abian ngizinin sih gue mau sekolah geratis" ucap Avika cengengesan.

"Huh! Dasar emang"

Saat keduanya sedang asik berbicara tiba-tiba terdengar suara klakson mobil. Avika berpamitan pada Yalisa setelah itu ia meninggalkan Yalisa sendiri di Rumahnya. Yalisa memang menginap di Rumah sahabatnya itu, to juga sahabatnya tinggal sendiri.

.
.
.

Avika sudah sampai di kediaman Argantata. Ia masuk ke dalam Rumah itu bersama dengan Anna dan Abian yang tadi menjemputnya ke Rumah.

"Hai!" sapa Adilah pada kedua anaknya dan tamu yang di undangnya.

"Hallo tante" sapa balik Avika.

"Ih makin cantik aja kamu Avika" puji Adilah membuat Avika tertunduk malu.

"Te-terimakasih tante" Avika benar-benar gugup rasanya.

"Yaudah kita makan malam duluh yuk" ajak Adilah.

Setelah sampai di meja makan Avika sebenarnya malu untuk mengambil hidangan makanannya, apalagi ada Abian di sana.

"Avika, kok nggak makan?" tanya Adilah ketika melihat Avika hanya diam.

"Ah iya tan" Avika mulai mengambil nasi di depannya, ia mengambil sedikit dan begitu juga dengan lauknya.

"Kamu diet?" tanya Abian saat melihat Avika hanya mengambil sedikit porsi makannya.

"Hah!" Avika terkejut ketika mendengar pertanyaan dari Abian, namun karena tidak ingin ketahuan jika ia tengah malu akhirnya Avika menganggukkan kepalanya.

"Diet apa Avika? Orang badan kamu aja kurus gitu" ucap Adilah.

Avika tersenyum sebelum bicara, "Iya tan Avika diet"

"Halah udah nggak usah diet-diet, sini tante ambilin makanannya"

Adilah mengambil piring yang sudah Avika isi dengan sedikit makanan, lalu menambahkan beberapa macam lauk pauknya. Avika terkejut saat melihat porsi yang di ambilkan untuknya.

"Tante ini beneran makanannya sebanyak ini, gimana Avika ngabisinnya tante?" ucap Avika dengan wajah lesunya membuat Abian yang melihat itu tersenyum tipis.

"Gapapa abisin aja Avika" sahut Anna yang duduk di sebelah Avika.

"Caranya?"

"Ya di makanlah masa di lihatin sih" ucap Anna masih dengan senyumannya.

Avika menghela napasnya lalu mulai memakan sarapan yang tadi di ambilkan Adilah.

.
.
.

Kini Avika sedang duduk di ruang tamu keluarga Argantara bersama dengan keluarga Argantara juga kecuali papa Abian yang belum pulang dari kantornya.

"Oh iya Avika tante mau ngomong serius sama kamu boleh nggak?" tanya Adilah tiba-tiba membuat Avika menganggukan kepalanya dengan ragu.

"B-boleh tan silahkan" gugup Avika.

Adilah melirik kearah Abian sebagai kode menyuruh Abian untuk bicara langsung.

Abian mengerti kode dari mamanya. Abian menghembuskan napasnya gugup entah kenapa ia merasa segugup ini tiba-tiba.

"B-begini" ucap Abian menggantung ucapannya karena gugup sedang melandahnya.

"S-saya, maksudnya begini" ayolah Abian benar-benar merasakan gugup luar biasa sekarang.

"Jadi begini nak Avika, sebenarnya tujuan tante mengajak kamu makan malam disini adalah untuk menjodohkan kamu dengan Abian" potong Adilah karena kesal dengan kegugupan putranya itu.

"HAH?!" Avika terkejut bukan main, jantungnya berdebar tidak karuan. Entahlah ini perasaan apa yang jelas Avika terkejut dengan ucapan Adilah barusan.

"Iya sayang, apa Avika mau jadi istrinya Abian dan jadi mantunya tante sayang?" tanya Adilah belak-belakan membuat Abian hanya mampu terdiam.

"T-tapi Avika masih sekolah tan" jawab Avika sembari menunduk dengan suara pelan.

"Soal itu kamu nggak usah pikirin sayang, kamu bisa lanjuttin sekolah kamu bahkan sampai lulus kuliah juga nggak masalah" ujar Adilah meyakinkan Avika.

"A-aku" bukan hanya Abian yang merasa gugup ternyata Avika juga merasakan hal yang sama dengan Abian.

"A-aku takut tan" lirih Avika dengan suara bergetar.

"Takut apa sayang? Kamu takut sama Abian?" tanya Adilah yang di balas gelengan oleh Avika.

"Avika takut kalau nanti mama Avika nggak setuju sama pernikahan ini" ucap Avika yang sudah mulai menangis.

Adilah memeluk Avika untuk menenangkannya, "Kamu tenang aja sayang nanti biar Abian sama papanya yang bilang langsung ke orang tua kamu ya, soal sekolah kamu nggak usah khawatir sayang nanti acaranya setelah kelulusan kamu" ucap Adilah lagi.

Entahlah Avika merasa bingung dengan semua ini, apakah ia harus menerima semua ini atau tidak. Avika merasa nyaman bersama keluarga ini dan Avika juga di terima dengan baik di sini, rasanya Avika tidak sanggup untuk menolaknya.
.
.
.

𝙎𝙚𝙚 𝙪 𝙣𝙚𝙭𝙩 𝙘𝙝𝙖𝙥𝙩𝙚𝙧☺

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Me And My WoundsWhere stories live. Discover now